Salah satu penyair kenamaan di negeri ini dia adalah Sapardi Djoko Damono atau SDD
panggilan akrabnya, beliau lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta.SDD ialah anak tertua dari
pasangan bapak Sadyoko dan ibunda Sapariah. Ayah Sapardi Djoko Damono adalah seorang
Abdi Dalem Kasultanan Surakarta.
Semenjak kecil, ia sudah menyukai dunia tulis menulis terutama menulis puisi. Puisi
yang pertama kali ia tulis ketika SDD duduk di bangku SMA atau pada saat usianya 17 tahun.
Keahlian atau kemampuan menulis puisinya makin terasah ketika dia berkuliah di jurusan sastra
Inggris di Universitas Gajah Mada ,Yogyakarta.
Pada tahun 1969 telah berumur 29 tahun, telah resmi diterbitkan buku kumpulan puisi-
puisinya yang berjudul Duka-Mu Abadi. Buku-buku puisinya yang lain pun mulai diterbitkan
sejak buku pertama terbit. Sihir Hujan, Mata Pisau, Akuarium Perahu Kertas, Ayat-Ayat Api,
Hujan Bulan Juni, Arloji, dan lain-lain, merupakan beberapa buku puisinya. Tak hanya membuat
buku-buku puisi, Sapardi juga melahirkan beberapa buku novel serta buku nonfiksi. Buku-buku
fiksi dan nonfiksi yang sudah diterbitkan antara lain Bilang Begini Maksudnya Begitu dan
Pingkan Melipat Jarak.
Sapardi Djoko Damono juga pernah aktif di dunia akademisi dan media.Sapardi pernah
dipercaya memangku jabatan sebagai redaktur majalah di Basis, Horison, dan Kalam pada
bidang media. Untuk bidang akademisi, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia beliau
mengajar dan bahkan menjadi dekan di sana. Konsistensi yang dimiliki Sapardi Djoko Damono
dalam dunia literasi yang ia tekuni membuat dirinya meraih berbagai penghargaan, misalnya saja
Cultral Award dari Pemerintah Australia tahun 1978, S.E.A. Write Award dari Thailand tahun
1986, dan Hadiah Putra Puisi dari Malaysia tahun 1984. Sang penyair legendaris Sapardi Djoko
Damono.
2. Apa yang kalian lakukan bila menjadi seorang Sapardi Joko Damano di masa
sekarang?
Berusaha mengembangkan pengetahuan,keterampilan,dan segala kelebihan agar bisa
memberikan karya terbaik sebagaimana Sapardi Djoko Damono.
3. Pernahkah kalian mendengar nama Sapardi Joko Damono sebelum membaca biografi
ini, jelaskan alasannya !
Pernah, saat menonton film “yuni” yang terinspirasi dari puisi Hujan Bulan Juni
karya Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisi ini dikombinasikan dengan situasi yang
dialami tokoh utama bernama Yuni yang lahir pada bulan Juni. Empat puisi Sapardi
Djoko Damono yang ada di film ini, adalah Yang Fana Adalah Waktu, Berjalan Ke
Barat Waktu Pagi Hari, Aku Ingin dan Hujan Bulan Juni. Kata kata yang dipakai
puisi ini sederhana tapi memiliki kesan yang mendalam dan indah untuk dipahami
maknanya dan terkenal familiyar di lingkungan masyarakat.