Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Sella Hardianty Ratmana

NIM : 22010644020
KELAS : PGSD 2022B

MENGANALISIS PUISI ANAK DAN PUISI DEWASA


Puisi Anak

Malam Tiba
Karya: Ibu Sud

Hari sudah senja


Alam mulai sunyi
Burung-burung semua
Telah berhenti bernyanyi

Anak gembala kerbau


Menghalau ternaknya
Pulang menuju dangau
Jauh di tepi lembah

1. Analisis dari sisi konten puisi :


a. Tema
Tema utama dari puisi "Malam Tiba" adalah transisi dari siang ke malam dan ketenangan
yang menyertainya. Puisi ini menggambarkan suasana damai dan sunyi saat senja tiba,
menciptakan gambaran tentang alam yang bersiap untuk malam, dan menggambarkan
aktivitas sehari-hari yang melambangkan akhir dari sebuah hari.
b. Diksi
Puisi ini menggunakan diksi sederhana dan indah untuk menciptakan gambaran yang
tenang dan damai. Kata-kata seperti "senja", "sunyi", "berhenti bernyanyi", "dangau", dan
"tepi lembah" memberikan nuansa ketenangan dan keheningan yang mendalam.
c. Rima
Puisi ini tidak memiliki pola rima yang tetap (bebas).
d. Pesan moral
Pesan moral dari puisi ini adalah merenungkan keindahan dalam ketenangan dan
perubahan alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami dan menghargai momen-
momen tenang dan damai dalam kehidupan, serta menunjukkan pentingnya kesederhanaan
dan ketenangan dalam menghadapi perubahan.
2. Analisis puisi dari faktor luar
a. Biografi penulis
Saridjah Niung lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 26 Maret 1908 dan meninggal
tahun 1993 pada usia 85 tahun. Setelah menikah dengan seorang pengusaha bernama Raden
Bintang Soedibjo, pada tahun 1927, Beliau lebih dikenal dengan nama Saridjah Niung
Bintang Soedibjo, atau lebih dikenal sebagai Ibu Sud. Saridjah merupakan putri bungsu
dari 12 orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah bernama Mohamad Niung, seorang
pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi, kemudian menjadi pengawal Prof. Dr.
Mr. J.F. Kramer.
Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga
mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek
School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik.
Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah
titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi
Istri Raden Mas Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu
Soed, singkatan dari Soedibjo.
Puisi Dewasa

Hujan Bulan Juni


Karya : Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

1. Analisis dari sisi konten puisi


a. Tema
Puisi "Hujan Bulan Juni" mengeksplorasi tema tentang kebijaksanaan, keberanian, dan
ketenangan dalam menghadapi rasa rindu dan keraguan. Hujan bulan Juni dalam puisi ini
menjadi metafora untuk perasaan yang dirahasiakan, dihapuskan, dan dibiarkan meresap
ke dalam tanah.
b. Diksi
Diksi (pemilihan kata) dalam puisi ini sederhana namun puitis. Kata-kata seperti "tabah",
"bijak", "arif", "rintik rindu", "jejak-jejak kakinya", dan "akar pohon bunga" membentuk
gambaran tentang kelembutan dan kebijaksanaan hujan bulan Juni. Penggunaan kata-kata
ini menciptakan suasana yang mendalam dan introspektif.
c. Rima
Puisi ini tidak memiliki pola rima yang teratur. Meskipun demikian, ritme puisi ini alami
dan harmonis, menciptakan aliran kata-kata yang melengkapi satu sama lain dengan indah.
d. Pesan Moral
Pesan moral dari puisi ini adalah tentang kebijaksanaan dalam menghadapi rasa rindu dan
keraguan. Hujan bulan Juni, dengan kepandaian dan ketenangannya, mengajarkan kita
untuk merahasiakan perasaan, menghapuskan jejak keraguan, dan membiarkan hal-hal
yang tak terucapkan meresap dengan alamiahnya. Puisi ini memberikan pesan tentang
kebijaksanaan dalam merespon emosi dan ketidakpastian, serta mengajak pembaca untuk
menghadapi perasaan-perasaan tersebut dengan ketenangan dan penerimaan.
2. Analisis puisi dari faktor luar
a. Biografi Penulis
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940 – 19 Juli 2020) adalah
seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan
singkatan namanya, SDD. Ia adalah putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian.
Sapardi dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh
makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan
sastrawan maupun khalayak umum. Dalam dunia kesastraan Indonesia, Sapardi kerap
dipandang sebagai sastrawan angkatan 1970-an.
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta dan jalur pendidikan dasar ditempuhnya di
SD Inpres Nagaraherang. Pendidikan menengah ditempuh di SMP Negeri 2 Surakarta
(lulus 1955) dan SMA Negeri 2 Surakarta (lulus 1958). Pada masa ini, Sapardi sudah
menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini
berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat,
Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setelah sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu, Sapardi menempuh
program doktor di Fakultas Sastra UI dan lulus pada tahun 1989.

Anda mungkin juga menyukai