Anda di halaman 1dari 10

SASTRA ANGKATAN 70-an SAMPAI SEKARANG

Nama Kelompok 8
1. Esra Aulia
2. Fera Ningsih
3. Joice Erlita
4. Mazidah Zahra
A.Sejarah Lahirnya Angkatan 70an Sampai Sekarang

Sejarah Sastra Angkatan 70-an

Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam
menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik dibidang
puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI.
Abdul Hadi W.M. dan damai Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an
dengan sastra periode 70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia
sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ’80.

Sejarah Sastra Angkatan 1980 – 1990-an

Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya
sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an antara lain adalah : Rami
Sylado,Yudistria Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet
Senja,Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Efendi
Tarsyad, Noor Aini Cahaya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Sejarah Sastra Angkatan 2000 – sekarang

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke


B.J. Habibie lalu K.H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati
Soekarno Putri, muncul wacana tentang sastrawan reformasi. Munculnya
angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra puisi, cerpen
maupun novel, yang bertemakan sosial-politik, khususnya seputar
reformasi. Peristiwa reformasi 1998 banyak melatar belakangi kelahiran
karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, dan novel. Bahkan, penyair yang
semula jauh dari tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Acep
Zamzam Noer dan Ahmadun Yosi Herfanda, juga ikut meramaikan suasana
itu dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
B. Latar Belakang Angkatan 70-an

Perkembangan sastra Indonesia periode 70-an maju pesat, karena


banyak penerbitan yang muncul dan bebas menampilkan hasil
karyanya dalam berbagai bentuk. Sutardji menampilkan corak baru
dalam kesusastraan Indonesia di bidang puisi. Sutardji Calzoum
Bachri dalam puisinya cenderung membebaskan kata dalam
membangkitkan kembali wawasan estetik mantra, yakni wawasan
estetik yang sangat menekankan pada magic kata-kata, serta
melahirkannya dalam wujud improvisasi. Menurut Dami, angkatan 70
dimulai dengan novel-novel Iwan Simatupang, yang jelas punya
wawasan estetika novel tersendiri; lalu teaternya Rendra serta
puisinya “Khotbah” dan “Nyayian Angsa”, juga semakin nyata dalam
wawasan estetika perpuisian Sutarji Calzoum Bachri, dan cerpen-
cerpen dari Danarto, seperti “Godlob”, “Rintik”, dan sebagainya
C. Tokoh-Tokoh angkatan 70-an Sampai Sekarang

1. Tokoh Tokoh Angkatan 70-an


Sapardi Djoko Damono (20
Goenawan Mohamad lahir di
Maret 1940 – 19 Juli 2020)
Batang, Jawa Tengah, 29 juli
adalah seorang pujangga
1941. Ia adalah tokoh
berkebangsaan Indonesia
pejuang angkatan ‘66 dalam
terkemuka.Puisi-puisi
bidang sastra budaya. Buku
Sapardi Djoko Damono
kumpulan puisinya adalah
dikenal sebagai puisi
Parikesit (1972), Potret
“sangat sopan”, “sangat
Seorang Penyair Muda
gramatikal”, dan “sangat
Sebagai Si Malin kundang Abdul Hadi Wiji Muntari
lembut”.
(1972), Interclude (1973), lahir di sumenep pada tanggal
Asmarandana (1995), dan Taufiq Ismail lahir di Bukit Tinggi, 24 juni tahun 1944.
Misalkan Kita di 25 Juni 1937. Ia pernah menerima Kumpulan puisinya Riwayat
Sarajevo(1998). Anugerah Seni dari Pemerintah (1967), Laut Belum Pasang
Republik Indonesia tahun 1970. (1972), Potret Panjang
Kumpulan puisinya yang lain Seorang Pengunjung Pantai
adalah Puisi-Puisi Sepi (1971), Sanur (1975), Meditasi
Pelabuhan, Ladang, Angin, dan (1976), Tergantung pada
Langit (1971), dan Sajak-sajak Angin (1977) dan Anak Laut
Ladang Jagung (1975). Anak Angin (1984).
2. Tokoh Tokoh Angkatan 1980 – 1990-an

Diah Hadaning lahir di Jepara,


Jawa Tengah dalam lingkungan
Lastri Fardanhi merupakan keluarga Jawa. Karya Diah
wartawan dan produktif Hadaning antara lain: Kabut
menulis novel yang Abadi (bersama I Gusti Putu
Jenny Mercelina Laloan atau lebih bergabung dengan majalah Bawa Samar Gantang, Lesiba
dikenal dengan nama La Rose (22 kartini sejak 1986. Salah satu Bali, 1979), Surat dari Kota
Desember 1932 – 22 November karya Lastri Fardanhi adalah (1980), Jalur-jalur Putih
2003) adalah sastrawan Gunung Biru di Atas (Pustakan Swadesi, 1980).
berkebangsaan Indonesia.La Rose Dusunku.
lahir di Pekalongan, Jawa Tengah,
tahun 1932.
3. Tokoh Tokoh Angkatan 2000 – Sekarang

1.Ahmadun Yosi Herfanda

Lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan
Sarjana Kesastraan Indonesia ( 1993-1995) dan Ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia
(1999-2002), Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana
menerbitkan Creative Writing Institute. Ahmadun Pernah menjadi Anggota Dewan
Penasihat Majelis penulis Forum Lingkar Pena. Contoh karyanya: Resonasi Indonesia.

2. Dewi Lestari ( Dewi Dee )

Lahir di Bandung, 20 januari 1976. Ayah, Ibu: Yohan Simanungsong-Turlan Siagian.


Pendidikan: Univ. Parahyangan dengan gelar sarjana politik. Ketiga novelnya yaitu Ksatria,
Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; dan Petir mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award
tahun 2002 dan 2003.

3. Nenden Lilis

Lahir di Garut, 26 September 1971 Kumpulan puisi tunggalnya Negeri Sihir (1999), kumpulan
cerpen Dua Tengkorak Kepala (2000). Pernah membaca puisi di Poetry Festival Belanda (1999)
D. Pengarang dan karya nya angkatan 70-an Sampai Sekarang

1. Pengarang dan karya nya angkatan 70-an

Korrie Layun Rampan (17 Agustus 1953 – 19 Linus Suryadi Agustinus adalah seorang
November 2015) adalah seorang editor, sastrawan asli Yogyakarta. Ia Lahir
penulis, dan kritikus sastra Indonesia berdarah dipelosok dukuh Kadisobo, desa Trimulyo,
Dayak Benuaq.Kumpulan karya Korrie Layun Sleman, Yogyakarta pada 3 Maret 1951.
Rampan: Matahari Pingsan di Ubun-Ubun Karya Linus Suryadi AG antara lain: Langit
(1974), Cermin Sang Waktu (bersama Gunoto Kelabu (1980), Pengakuan Pariyem (1980),
Saparie, 1976), Sawan (1978), Suara Perkutut Manggung (1986), Rumah
Kesunyian (1981), Nyanyian Kekasih (1981), Panggung (1988), Kembang Tunjung
Kekasih (1981) Ende: Nusa Indah, Malam (1988).
Putih (1983) Jakarta: Balai Pustaka.
2. Pengarang dan karya nya angkatan 1980 – 1990-an

Afrizal Malna menyelesaikan pendidikan SMA Acep Zamzam Noor (lahir 28 Februari
pada tahun 1976, namun baru pada 1981 ia 1960) adalah seorang sastrawan,
melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat penyair dan pelukis Indonesia dari
Driyarkara, Jakarta. Karyanya antara lain : etnis Sunda. Karyanya antara lain:
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987) Tamparlah Mukaku, 1982
Yang Berdiam Dalam Mikrofon (1990) Aku Kini Doa, 1986
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991) Antologi Pesta Sastra, 1987
Dinamika Budaya dan Politik (1991) Kasidah Sunyi, 1989
Arsitektur Hujan (1995) Ketika Kata Ketika Warna, 1995,
Pistol Perdamaian (1996) Kota Hujan, 1996
Di Luar Kota, 1997
Di Atas Umbria, 1999
3. Pengarang dan Karya Sastra Angkatan 2000 – Sekarang

Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir 21 November 1968) adalah
aktivis, jurnalis, dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Karyanya antara lain :
Novel Saman, KPG, Jakarta Novel Larung, KPG, Jakarta Novel Bilangan Fu,
KPG, Jakarta, 2008 Novel SiParasit Lajang:, KPG, Jakarta, 2013.

Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum. (lahir 19 Juni 1958) adalah penulis
dan ilmuwan sastra Indonesia. Sampai saat ini, Seno telah menghasilkan puluhan
cerpen yang dimuat dalam media antara lain : “Manusia Kamar” (1988),
“Penembak Misterius” (1993), “Saksi Mata” (1994), “Dilarang Menyanyi di
Kamar Mandi” (1995).

Soni Farid Maulana (lahir 19 Februari 1962) adalah sastrawan berkebangsaan


Indonesia.Karya sajaknya, Tusuk Gigi (1987) oleh musikus Harry Roesli,
direpresentasikan ke dalam pertunjukan Opera Tusuk Gigi (1996) di Bandung,
Variasi Parijs Van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas Kata
(2004), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut (2006), Angsana (2007).

Anda mungkin juga menyukai