Anda di halaman 1dari 7

Nama: Lisma Gusmiatie

NIM: AAB 118 002

Mata Kuliah: Kajian Puisi

LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA

Silahkan dibaca dan dicermati materi Latar belakang sosial budaya dalam buku Pengkajian

Puisi. Kemudian kerjakan tugas di bawah ini:

1. Buatlah resume materi Latar Belakang Sosial Budaya.

2. Carilah salah satu puisi yang menggambarkan latar belakang sosial budaya. Kemudian

pada latar belakang sosial budayanya. (Puisi Isteri karya Darmanto tidak boleh dianalisis)

3. Silahkan diketrjakan di CR sampai pukul 23.55 hari ini. Terima kasih.

Jawaban:

1. Resume Latar Belakang Sosial Budaya

Pemahaman puisi tidak dapat dijelaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan.

dapat memberikan makna sepenuhnya kepada sebuah sajak, selain sajak dianalisis struktur

instrinsiknya (secara struktural) dan dihubungkan dengan kerangka kesejarahannya, diantaranya dengan

intertekstualitas, maka analisis tidak dapat dilepaskan dari kerangka sosial budayanya (Teeuw, 1983: 61,

62). Karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh

keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan zamannya (Abrams, 1981: 178). Hal ini mengingatkan

bahwa sastrawan itu adalah anggota masyarakat, maka ia tidak dapat lepas darinya. Seorang penyair

tidak lepas dari pengaruh sosial-budaya masyarakatnya. Latar belakang sosial-budaya itu terwujud

dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat,

kesenian, benda-benda dan kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra.


Penyair Indonesia berasal dari bermacam-macam masyarakat sesuai dengan jumlah suku

bangsa indonesia. Hal tersebut mengakibat adanya latar belakang sosial-budaya dari tiap daerah. Untuk

memahami dan memberi makna sajak yang ditulis oleh penyair Sunda, Bali, Jawa, dan sebagainya,

diperlukan pengetahuan tentang latar sosial-budayanya yang melatari. Misalnya untuk memahami

sajak-sajak Linus Suryadi yang berlatar budaya wayang, begitu juga sebagian sajak Subagio

Sastrowardoyo, maka pembaca harus mengetahui pengetahuan tentang wayang.

2. W.S. Rendra dalam sajaknya “Ada Telegram Tiba Senja” yang termuat dalam kumpulan sajak Ballada

orang-orang Tercinta (Pembangunan Jakarta, 1959), menampilkan suasana pedesaan di Jawa. Hal ini

dapat kita lihat dari kata-kata seperti : kapuk randu, sawo muda, asam jawa, bunga randu, podang,

tembangnya, dan ketapang. Kata-kata ini menunjukkan bahwa Rendra dipengaruhi alam pedesaan di

Jawa pada waktu menciptakan sajak ini. Hal ini tidak mengherankan karena Rendra lahir dan dibesarkan

di Jawa, sehingga latar budaya Jawa sangat kental dalam karya-karyanya. Di bawah ini sajak “Ada

telegram Tiba Senja”.

Ada Tilgram Tiba Senja

(Ada Tillgram tiba senja

Dari pusar kota yang gila

Disemat di dada bunda)

(BUNDA LETIHKU TANDAS KE TULANG

ANAKDA KEMBALI PULANG)


Kapuk randu! Kapuk randu!

Selembut tudung cendawan

Kuncup-kuncup di hatiku

Pada mengembang bermekahan

Dulu ketika pamit mengembara

Kuberi ia kuda bapanya

Berwarna sawo muda

Cepat larinya jauh perginya.

Dulu masanya rontok asam jawa

untuk apa kurontokkan air mata?

Cepat larinya

jauh perginya.

Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya

menghunjam ke rimba dan pusar kota.


Tinggal bunda di rumah menepuki dada

melepas hari tua, melepas doa-doa

cepat larinya

jauh perginya.

Elang yang gugur tergeletak

elang yang gugur terebah

satu harapku pada anak

ingat 'kan pulang 'pabila lelah.

Kecilnya dulu meremasi susuku

kini letih pulang ke ibu

hatiku tersedu

hatiku tersedu.

Bunga randu! Bunga randu!

Anakku lanang kembali kupangku.


Darah, o, darah

ia pun lelah

dan mengerti artinya rumah.

Rumah mungil berjendela dua

serta bunga di bendulnya

bukankah itu mesra?

Ada podang pulang ke sarang,

tembangnya panjang berulang-ulang

- Pulang ya pulang, hai Petualang!

Ketapang. Ketapang yang kembang

berumpun di dekat perigi tua

anakku datang, anakku pulang

kembali kucium, kembali kuriba.

Ekspresi seorang W.S Rendra sangatlah tertuang didalam puisi diatas sesuai dengan latar

belakangnya. W.S Rendra yang berasal dari jawa sangatlah kental dalam memilih kata yang berasal dari
bahasa Jawa Anakku lanang, kembali kupangku. Kata Anakku lanang berasal dari bahasa jawa yang

memiliki arti anak laki-laki.

Dalam sajak "Ada Tilgram Tiba Senja" ini tergambar lingkungan sosial-budaya seorang anak laki-

laki yang latar belakangnya dari pulau Jawa. Puisi ini mampu menggambarkan perasaan kasih sayang

yang tulus seorang Ibu kepada sang anak. Orang Jawa dikenal dengan orang yang ramah, lemah lembut,

dan selalu sopan. Mengembara sudah menjadi hal yang biasa bagi anak-anak dari masyarakat Jawa,

karena dari mengembaralah mereka menemukan jati diri mereka yang sebenarnya.

Tinggal bunda di rumah menepuki dada

Melepas hari tua, melepas do’a-do’a

Cepat larinya

Jauh perginya.

Pada bait ke tujuh, kata nyata kita dapati pada menepuk dan melepas. Menepuki dada

merupakan majas. Dimaksudkan makna sesungguhnya yaitu berusaha mengikhaskan kepergian

putranya. Pada baris kedua terdapat pengulangan pola susunan kalimat, “melepas hari tua/melepas

do’a-doa” itu membawa imaji pembaca bahwa benar-benar dihabiskannya usia di rumah dan selama itu

bunda selalu berdo’a untuk anaknya yang sedang mengembara.

Dalam latar belakang sang Ibu pada puisi "Ada Tilgram Tiba Senja" hal itu digambarkan oleh

W.S. Rendra dalam suasana pemandang alam yang ada di Jawa (Kampung sang Ibu). Tanaman Kapuk

randu cenderung sekali kita temukan di Jawa. Hal ini dipengaruhi karena penyair W.S. Rendra juga
merupakan penyair yang berasal dari Jawa oleh karena itu gambaran dari puisi "Ada Tilgram Tiba Senja",

kita dapat merasakan pemandangan atau suasana perdesaan di Jawa.

Kapuk randu! Kapuk randu!

Selembut tudung cendawan

Kuncup-kuncup di hatiku

Pada mengembang bermekahan

Anda mungkin juga menyukai