DI SUSUN OLEH
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan
sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki
karya tulis kami di masa datang.
diambil dari karya ini. Semoga dengan ada nya karya tulis ini dapat membantu para guru
dan mahasiswa dalam menggunakan gaya bahasa pada puisi
BAB I
Pendahuluan
Oleh karena latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang gaya bahasa
dalam puisi karya w.s rendra yang berjudul “doa seorang serdadu sebelum berperang” dan Taufik
islmail yang berjudul “membaca tanda tanda”
1. Gaya bahasa apa saja yang banyak di pakai di dalam puisi “doa seorang serdadu sebelum
berperang” dan “membaca tanda tanda”
2. Apa pengaruh gaya bahasa dalam gaya bahasa?
3. Bagaimana gaya bahasa pengulangan dalam puisi?
1. Asdasdad
2. Asdada
3. Adadad
4. Dadadada
2. Puisi Lirik
Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu elegi, ode, dan serenade.
Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya Elegi Jakarta karya Asrul
Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.
Serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata "serenada" berarti nyanyian
yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam
Empat Kumpulan Sajak. Misalnya "Serenada Hitam", "Serenada Biru", "Serenada Merah
Jambu", "Serenada Ungu", "Serenada Kelabu", dan sebagainya. Warna-warna di belakang
serenade itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, dan kecewa.
Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan.
Ode banyak ditulis sebagai pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi
contohnya Teratai (karya Sanusi Pane), Diponegoro (karya Chairil Anwar), dan Ode buat
Proklamator (karya Leon Agusta).
3. Puisi Deskriptif
Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa,
benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk ke dalam jenis puisi
deskriptif, misaInya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial.
Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu
keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidakpuasan penyair terhadap
keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau
ketidakberesan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam
puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.
b. Metafora
gaya bahasa yang membuat suatu benda tidak mempunyai sifatnya yang biasa, melainkan
sifat yang lain.
Contoh: -Batang usiaku sudah tinggi
c. Pengulangan
d. Hiperbola
gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dengan maksud untuk
memperhebat, meningkatkan kesan, dan daya pengaruh.
Contoh: - Pekik merdeka berkumandang di angkasa
e. Litotes
kebalikan dari hiperbola, yaitu mengecilkan atau mengurangi keadaan yang sebenarnya.
Contoh: - Aku bukanlah manusia yang berada
f. Ironi
gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk mengolok
olok.
Contoh: - Bagus benar kelakuanmu, adikmu kau pukuli
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dan Saran
LAMPIRAN
Biografi W.S Rendra. Bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, beliau lahir di
Solo tanggal 7 November 1935. Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung
Merak”. Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater
Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai
majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu
Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah
Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di
keraton Surakarta.
Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai
pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di
sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud
bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke
Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan
kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam
pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American
Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas
Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah
mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai
kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia
mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat
berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui
majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat
itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat
dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an
Penghargaan WS Rendra
Pada pertengahan tahun 2009, WS Rendra menderita sakit jantung koroner dan harus
menjalani perawatan intensif di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah satu bulan ,
penyakitnya semakin menggerogoti tubuhnya dan akhirnya sang penyair besar Indonesia WS Rendra
menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu juga pada 7 Ogos 2009 tepat jam 22.15 WIB di
usianya yang ke 74 tahun.
Itulah biografi WS Rendra, sang sastrawan Indonesia yang dijuluki Burung Merak. Terlepas dari
kurang lebihnya seorang WS Rendra adalah tetap manusia biasa. Sebagaimana peribahasa Tak Ada
Gading Yang Tak Retak. Semoga kita bisa meneladani hal-hal positifnya dan tidak meniru hal-hal
negatifnya
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurk
Setelah tamat kuliah, Taufik Ismail pernah mengajar sebagai guru di SMA Regina Pacis, SKP
Pamekar dan IPB di kota Bogor. Ia kemudian mulai menulis di beberapa media sebagai wartawan.
Taufiq menjadi salah satu pendiri Yayasan Indonesia yang kemudian juga melahirkan majalah sastra
Horison sejak tahun 1966.
Taufiq juga menjadi salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail
Marzuki (TIM) dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Ia juga sempat bekerja di perusahaan
swasta sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia sampai tahun 1990. Sebagai penyair,
banyak karya-karyanya yang terkenal.
Di tahun 1993 Taufiq bahkan sempat diundang di Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Ia
juga sering membacakan karya puisinya, terutama di beberapa peristiwa bersejarah di Indonesia.
Total ia pernah mewakili Indonesia di 24 festival sastra di dunia, termasuk di benua Asia, Eropa dan
Amerika. Puisinya sudah diterjemahkan di berbagai bahasa termasuk Inggris, China, Prancis, Jerman
dan Rusia.
Ia juga aktif dalam bidang musik. Kerjasamanya dengan Himpunan Musik Bimbo, Chrisye dan
Ian Antonio telah menghasilkan banyak lagu yang ia ciptakan dimana lagu-lagunya dinyanyikan oleh
musisi Indonesia populer di era tersebut. Taufik Ismail pun menerima banyak penghargaan di bidang
sastra dan bahasa. Hingga kini, nama Taufik Ismail dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia
dengan sederet penghargaan. Ia pun masih aktif menulis puisi dan karya sastra lain sampai sekarang.
Membaca Tanda-Tanda
Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata