Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata). Citraan ini merupakan
jenis yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberikan
rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah
olah terlihat.
Contoh citraan penglihatan dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.
Perahu kertas
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali, aliranya
sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.
Karya Sapardi Djoko Damono
Citraan pendegaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui
indera pendengaran ( telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau
menguraikan bunyi suara misalnya dengan munculnya diksi sunyi,tembang,dendang suara
mengiang,berdentum-dentum, dan sayup-sayup.
Contoh citraan pendengaran dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.
Penerbangan Terakhir
Maka menangislah ruh bayi itu keras-keras
Kedua tangan yang alit itu seperti kejang-kejang
Kakinya pun menerjang-nerjang
Suaranya melengking lalu menghiba-hiba
Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan yang muncul dari puisi
sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam,
manis, atau pedas. Contoh:
Dalam larik-lirik puisi, kamu pun dapat menemukan citraan gerak atau kinestetik. Yang
dimaksud citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau
melihat gerakan tersebut.
Contoh:
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1. Citraan perasaan
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
DUKA CITA
sedang di luar
anjing terdiam
Tangan-tangan gadis
Di ujung desa
(Kuntowijoyo)
Menghubungkan Isi Puisi dengan Realita Alam - Sebagaimana anda ketahui, puisi ditulis
berdasarkan inspirasi yang didapat oleh penyairnya melalui pengamatan atau perenungan atas
lingkungan sekitar. Contohnya, puisi yang menceritakan kesedihan yang sangat mendalam.
Puisi tersebut dibuat atas dasar perasaan dan kehidupan si penyair yang mungkin mempunyai
kenangan kesedihan yang begitu mendalam. Kesedihan itulah yang menginspirasi penyair,
perasaannya dicurahkan ke dalam bait-bait puisi.
Contoh lain, sering kali puisi muncul sebagia bentuk kritikan yang ditujukan kepada
pemerintahan. Puisi tersebut dibuat oleh sang penyair berdasarkan inspirasi atas beratnya
kehidupan dalam pemerintahan yang kurang tegas dalam menjalankan hukum, banyak
permasalahan, dan sering muncul kerusuhan termasuk tindak korupsi oleh pemerintahan,
yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sama halnya dengan lirik lagu
Iwan Fals yang dibuat untuk mengkritik pemerintah.
Dengan demikian, seorang penyair tidak dapat dilepaskkan dari kondisi kehidupan alam
sekitar, termasuk juga keadaan alam tempat penyair itu berada. Benda-benda dan suasana di
sekelilingnya sering kali dipergunakan penyair untuk mengekspresikan perasaan ataupun
pikiran-pikirannya.
(Chairil Anwar,
1946)
Untuk dapat menghubungkan isi pusi dengan realitas alam dan atau realitas sosial budaya,
yang perlu diketahui pertama kali adalah isi puisi itu sendiri. Pahamilah bait isi puisi dengan
cara mengartikan kata-kata konotasi, kata yang bermakna lambang, ataupun dengan cara
memparafrasekan puisi tersebut.
Setelah memahami isi puisi atau perasaan yang ingin disampaikan penyair, langkah
selanjutnya mencari realitas alam. Maksudnya, penyair mencurahkan puisi sering kali
menggunakan perwakilan benda-benda ataupun suasan lingkungan alam sekitar. Selanjutnya
menghubungkan isi puisi dengan realitas alam yang tergambar dalam puisi tersebut, mengapa
penyair memilih perwakilan benda-benda tertentu ataupun suasana tertentu yang dirasa paling
tepat untuk mewakilkan perasaannya.
Puisi yang dibuat oleh penyair sering kali diwarnai oleh kehidupan sosial budaya. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, dalam kaitannya dengan sosial, penyair kadang mewarnai isi-isi
puisi dengan realita kehidupan sosial yang sedang terjadi sebagai bentuk kritikan. Selain itu,
unsur-unsur budaya kerap kali tertulis dalam sajak-sajak yang dibuatnya.
Gambaran seorang penyair yang religius, mereka akan menuangkan ayat-ayat AL Quran ke
dalam puisinya. Gambaran seorang penyair asli solo, mereka akan menuangkan kehidupan
sosial budayanya ke dalam bentuk puisi.
Perhatikan contoh puisi berikut yang notabene ditulis oleh orang solo
Secara sekilas, isi puisi tersebut mempunyai makna seseorang yang merasa hatinya sunyi
walapun sedang berada di tengah keramaian suasana sekaten. Dalam puisi di atas, diwarnai
kebudayaan sekaten yang mejadi budaya masyarakat Jawa Tengah.
Contoh selanjutnya
SURAT CINTA
Dalam kegiatan ini, kita harus tahu secara persis latar kehidupan sang penyair sehingga
mampu menghubunglkan isi puisi dengan realitas sosial budaya.
Bagaimana kalau kita tidak tahu? Alternatifnya kita bisa menggunakan analisis kita yang
masih sebatas dugaan. Dicirikan dengan kata “mungkin, sepertinya”.
Dicontohkan sebagia berikut.
Kata panggilan Dik dalam petika puisi di atas tidak lepas dari kehidupan sosial budaya, dalam
hal ini Jawa. Pemuda Jawa menggunakan panggilan dik untuk orang yang terkasih atau orang
yang di bawah usianya. Mungkin Rendra adalah salah satu penyair yang berasal dari Jawa,
atau bisa juga sang penyair pernah mengamati kebiasaan sosial Jawa dan sangat tahu betul
kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa, sehingga tidak heran jika ia menuangkan kata-
kata itu ke dalam puisinya.