Anda di halaman 1dari 5

Relavansi Puisi “Hujan Bulan Juni” dengan Masa Sekarang

Hujan Bulan Juni


Karya : Sapardi Djoko Darmono

Tak ada yang lebih tabah


Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Sastra merupakan salah satu bentuk karya seni lisan maupun tulisan yang
bersifat imajinatif. Sastra sendiri memiliki pengertian berupa wujud dari suatu
gagasan seni yang memuat pandangan terhadap lingkungan dengan penggunaan
kata-kata yang memiliki keindahan bahasa (Sebayang, 2018). Salah satu bentuk
karya sastra adalah puisi. Menurut Nurhayati (2019) puisi adalah suatu karya seni
sastra yang berfokus pada kualitas pemilihan kata yang menciptakan keindaahan
bahasa yang dikemas dalam ide yang imajinatif dan disusun menggunakan
struktur bahasa yang memiliki makna yang mendalam.
Puisi menurut (Aminuddin, 2009) kata puisi berasal dari bahasa Yunani
pocima “membuat” atau poeisis “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya
seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisipesan
atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Menurut
Waluyo (Azizah, 2015) puisi adalah suatu struktur teks yang terdiri dari berbagai
unsur-unsur pembangunnya. Puisi terbentuk unsur-unsur pembangun yang dapat
dibagi berdasarkan strukturnya diantaranya struktur fisik dan struktur batin.
strruktur fisik merupakan unsur yang dapat terlihat secara nyata, struktur fisik
meiputi tipografi, diksi, imaji dan kata konkret. Sedangkan struktur batin
merupakan unsur utama dalam puisi karena struktur batin berkaitan erat dengan
makna yang dihasilkan dalam puisi, struktur batin meliputi tema, nada, suasana
dan amanat. Puisi dapat dikatakan baik jika puisi tersebut memiliki nilai-nilai
yang mendalam, penggunaan bahasa yang tertata dan terdapat unsur-unsur
pembangun didalamnya.
Pada era tahun 1900-an hingga 2000-an puisi menjadi salah satu karya seni
yang begitu popular dikalangan masyarakat Indonesia, hal ini menyebabkan
banyak munculnya penyair-penyair puisi yang terkenal pada masa itu. Bahasa
merupakan salah satu unsur penting yang digunakan oleh pengarang untuk
menyampaikan pikiran dan imajinasi pada sebuah karya sastra. Bahasa digunakan
sebagai alat untuk mengungkapkan bagaimana fenomena kehidupan yang ada
dipikirannya kedalam sebuah karya sastra. Karya sastra menggambarkan
romantika mengenai liku-liku atau perjuangan kehidupan seseorang yang
kemudian dituangkan melalui bahasa.
Salah satu penyair yang terkenal adalag Sapardi Djoko Darmono atau yang
kerap disebut SDD. Beliau dikenal memiliki banyak karya puisi mengenai hal-hal
yang sederhana namun dapat memiliki makna yang begitu dalam. Sapardi
merupakan seorang sastrawan yang memiliki nilai keromantisan yang tinggi
disetiap karya yang beliau ciptkan. Satu dari sepersekian karya Sapardi yang
begitu popular adalah puisi “Hujan Bulan Juni”. Puisi ini dibuat Sapardi
berdasarkan pengalaman masa mudanya di Yogyakarta dan Surakarta. Puisi
“Hujan Bulan Juni” menjadi sangat populer karena kekuatannya dalam
kesederhanaannya. Puisi ini tidak begitu panjang, namun Sapardi mampu
mengekspresikan makna yang mendalam.
Syair Puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni” ini merupakan salah satu
karya dari penyair terkenal di Indonesia yaitu Sapardi Djoko Darmono yang
begitu popular dimasanya di era tahun 1980-an. Puisi ini menggunakan pemilihan
kata yang tepat dan sederhana menjadi pesan yang begitu bermakna. Puisi ini
menyampaikan makna tentang seseorang yang lebih memilih untuk mencitai
dalam diam tanpa mengungkapkan perasaan yang sebenernya. Sapardi sendiri
lebih memilih menggambarkan sebuah penantian dan ketabahan kepada seseorang
dengan kata hujan. Pemilihan kata ini bersifat realistik dan dirasa sangat
menggambarkan suasana hati yang sedang kelabu dan gundah. pada bait pertama
puisi yang berbunyi “tak ada yang lebih tabah, dari hujan bulan juni,
dirahasiakannya rintik rindunya, kepada pohon berbunga itu” menggambarkan
perasaan rindu yang amat dalam dan juga perasaan cinta yang tertahan karena tak
dapat terucapkan hingga akhir seperti yang digambarkan pada bait terakhir yaitu
diserap oleh akar pohon yang berbunga itu (Pratiwi, 2020).
Nada yang digunakan pada puisi yaitu cenderung lirih dengan emosi tenang,
hal tersebut tergambar dari pemilihan kata dari setiap bait yang digunakan penulis
seperti kata tabah, bijak dan arif adalah kata yang mencirikan nada dalam puisi ini
sehingga pengarang dalam puisinya menuangkan perasaannya hingga akhirnya
menghapus jejak-jejak kakinya. Dalam penulisan puisi tersebut bahwa penulis
mengalami keraguan hingga akhirnya memilih diam dan mencintai dalam diam.
Sapardi tidak hanya memilih kata-kata yang tepat untuk merangkai menjadi
sebuah bait yang indah namun juga memberikan ruh atau rasa didalam setiap bait
yang ingin disampaikan. Para pembaca dan penikmat puisi ini diajak dan dibawa
untuk merasakan da menikati juga bagaiaman perasaan rintik hujan yang jatuh di
pohon berbunga, rintik hujan yang jatuh ke jalanan dan juga rintik hujan yang
diserap oleh akar pohon. Sehingga para pembaca dapat merasakan juga perasaan
rindu yang dimaksud oleh Sapardi sebagai penulis. Selain itu dalam puisi ini
pemilihan kata hujan dibulan juni sendiri menjadi salah satu hal mendalam yang
ingin digambarkan oleh penulis. Seperti yang diketahui bahwa bulan juni sendir
merupakan bulan musim kemarau sehingga sehingga penggambaran penantian
dan rasa menunggu sangat digambarkan pada puisi ini. Tidak hanya itu saja
penggambaran perasan penantian juga dipersonifikasikan dengan beberapa kata
seperti hujan, tabah, bijak, dan arif. Hal ini lah yang membuat banyak orang
menyukai karya sastra khususnya puisi.
Selain aspek struktur puisi yang memukau isi dan pesan dalam puisi ini
sangatlah relevan dengan keadaan generasi muda zaman sekarang. Banyaknya
orang di zaman sekarang takut untuk menyatakan atau mengungkapkan perasaan
cinta mereka sehingga mereka cenderung untuk tidak mengungkapkan dan
memendamnya sendirian. Cinta atau perasaan tertarik terhadap orang lain menjadi
salah satu hak setiap orang tanpa ada batasan usia dan budaya (de Munck,
Korotayev, de Munck, & Khaltourina, 2011). Usia remaja merupakan salah satu
usia dimana perkembangan psikologis dan emosi manusia yang sulit untuk
dikontrol. Banyak hal yang mendasari mengapa seseorang tidak berani atau takut
untuk mengungkapkan rasa cinta mereka salah satunya adalah belum siap untuk
memulai suatu hubungan dan insecure.
Belum siap untuk memulai suatu hubungan biasanya bersumber dari adanya
ketidaksiapan emosional seseorang yang menyebabkan timbulnya rasa keragu-
raguan terhadap orang. Seseorang yang belum siap memulai hubungan biasanya
cenderung kurang mempercayai orang lain dan memiliki banyak ketakutan
terhadap hubungan. Rasa insecure juga menjadi salah satu dasar seseorang tidak
berani untuk mengungkapkan rasa cintanya. Rasa tidak percaya diri biasanya
bersumber dari banyak hal seperti penampilan, harta, derajat, dan lain-lain.
Perasaan tersebut akan membuat sesorang yang jatuh cinta menjadi overthinking
akan sebuah penolakan-penolakan yang akan diterimanya apabila dia
mengutarakan perasaannya tersebut.
Pengungkapan rasa rindu yang teramat dalam pada puisi tersebut dapat
menjadikan inspirasi bagi generasi sekarang untuk dapat mengungkapkan
perasaanya meskipun tanpa mengataka secara langsung yaitu melalui sebuah
karya sastra ataupun karya tulisan lainnya yang dapat mengekspresikan
perasaannya. Perasaan cinta dapat diekspresikan dengan cara tak langsung seperti
menulis. Menuangkan perasaan lewat tulisan dapat menjadi sarana untuk
mengungkapkan aspek diri lebih bebas tanpa adanya penghalang. Dengan kata
lain, menulis memberikan kebebasan berekspresi melebihi kata-kata yang
diucapkan secara lisan. Selain itu, menulis juga dapat menjadi alternatif bagi
remaja yang seringkali mengalami kendala dalam hal keberanian. Beberapa orang
merasakan malu, takut, dan tidak percaya diri ketika mengungkapkan cinta secara
langsung. Pengekspresian dengan cara ini dapat diterima oleh lingkungan, karena
mengedepankan unsur privasi di antara kedua pasangan yang menjalankannya.
Berdasarkan analisis struktur batin yang dilakukan oleh peneliti pada puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Hujan Bulan Juni”. Dalam puisi
tersebut terdapat struktur batin yang memiliki tema percintaan dan memiliki rasa
atau suasana mengharukan karena ketulusan cintanya serta memiliki nada yang
cenderung lirih dan emosi yang tenang dan memiliki amanat agar setiap manusia
mempunyai sifat tabah, bijak dan arif.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A. (2015). Pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan teknik


brainwriting pada peserta didik SD/MI kelas V. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 2(2), 136–140.

de Munck, V. C., Korotayev, A., de Munck, J., & Khaltourina, D. (2011). Cross-
cultural Analysis of Models of Romantic Love Among US Residents,
Russians, and Lithuanians. Cross-Cultural Research, 45(2), 128–154.

Nurhayati, E. (2019). Cipta kreatif karya sastra. Bandung: Yrama Widya.

Pratwi, A. I., I. Mustika, I. Permana. 2020. Analisis Struktur Batin Puisi ”Hujan
Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. 3(3): 203-209.

Sebayang, S. K. H. (2018). Analisis struktur batin puisi sesamar kasih pencari


rezeki karya Dwi Ayu Utami Nasution. Basastra, 7(1), 1–13

Anda mungkin juga menyukai