Anda di halaman 1dari 6

HUJAN BULAN JUNI

karya : Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak


dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif


dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

1. Tema :
Dari pokok bahasan puisi ini dapat disimpulkan bahwa cinta yang terpendam dan lebih
memilih untuk mencintainya dalam diam. Hal tersebut dapat terlihat pada bait pertama yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rinrik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

2. Diksi :
a. baris pertama dengan jelas menunjukan ketabahan seseorang dalam menahan sesuatu.
Pada baris kedua kata hujan dan bulan juni, berdasarkan penanggalan musim di Indonesia
bula Juni merupakan musim kemarau. Bisa diibaratkan hujan harus menahan dirinya untuk
tidak muncul hujan pada saat musim kemarau.
b. pada kata dirahasiankannya memperjelas bahwa penulis sedang memendam sesuatu. Kata
rintik rindunya tergambar jelas bahwa rasa yang tengah dirasakan oleh penulis. Kata pohon
yang berbunga merupakan gambaran semua rasa yang dimiliki penulis.
c. Kedua baris tersebut menggambarkan bahwa penulis ragu-ragu dan tidak berani
mengungkapkan perasaanya.
d. Kedua baris tersebut juga menggambarkan bahwa penulis menyerah untuk tidak
menunjukkan perasaanya.

3. Makna :
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan mengenai rasa yang
tertahan. Rasa terseut berupa rindu dan cinta yang tak sempat disampaikan.

4. Struktur puisi :
Pembuka
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Isi
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Penutup
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Unsur Intrinsik Hujan Bulan Juni


1. Tipologi

Tipologi merupakan unsur intrinsik karya sastra puisi. Tipologi berkaitan dan bentuk visual
sebuah teks puisi (sajak). Maka dari itu, berdasarkan unsur intrinsik tipologi puisi Puisi Hujan Bulan
Juni Karya Sapardi Djoko Damono terdiri dari tiga bait. masing-masing bait terdiri dari empat baris.
Masing-masing baris tidak lebih dari sebelas suku kata. Dari sini dapat diketahul kekonsistenan
bentuk puisi Hujan Bulan Juni.

2. Diksi

Diksi adalah pemilihan dan penggunaan kata dalam sebuah sajak atau puisi. Dilihat dari
diksinya, pilihan kata yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono adalah kata-kata yang bernas dan
menunjukkan kedalaman makna. Bernas maksudnya sangat berisi. Bukan kata-kata yang biasa
digunakan dalampercakapan sehari-hari. Kata yang sangatkuat adalah tabah, bijak, dan arif.
Ketiganya dibandingkan dengan hujan yang terjadi pada bulan juni.

3. Pengimajian/Citraan

Pengimajian lebih mudahnya disebut sebagal seolah-olah. Jadi, jika pengimajian visual
adalah seolah-oleh melihat. Pengimajian pendengaran berarti seolah-olah mendengar. Adapun
pengimajian yang ada dalam Hujan. Bulan Juni adalah pengimajian visual dan pengimajian
pendengaran.

Citra Pengelihatan (Imaji Visual)

Merupakan citraan yang sangat dominan dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono ini. Masing-masing bait dalam puisi tersebut, mengandung citraan pengelihatan.

Salah satu baris yang paling kuat menunjukkan citraan pengelihatan adalah:

“Kepada pohon yang berbunga itu”

Kondisi pohon yang berbunga dapat diketahui dengan indra pengelihatan.

Citra Pendengaran (Imaji Bunyi)

Selain citra pengelihtan juga ada citra pendengaran yang mungkin dapat dilekatkan. pada bait
pertama, lebih tepatnya pada baris:

“Dirahasiakannya rintik rindunya”

Rintik merupakan bunyi yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran.


4. Majas / Gaya Bahasa

Majas adalah perumpamaan, atau gaya bahasa yang terdapat dalam puisi. Cara
penyampaian maksud dengan mengambil perbandingan yang lain.

Puisi Hujan Bulan Juni memiliki dua majas. Majas yang paling tampak adalah majas
personifikasi. Majas personifikasi adalah pengorangan yang bukan orang. Maksudnya benda mati
atau hewan atau tumbuhan bertindak seolah-olah seperti manusia.

Selain majas personfikasi, juga terdapat gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh terdapat pada
baris Dari hujan bulan Juni Ketiga bait puisi tersebut mengandung baris ini di baris keduanya.

Selain repetisi penuh, juga terdapat reptisi pengulangan sebagian baris yaitu Adakah yang lebih.

5. Rima / Irama

Rima adalah bunyi akhir atau persajakan. Dalam puisi ini, dapat diidenfitikasi rima yang
terdapat berupa aliterasi, yaitu perulangan bunyi konsonan.

Perulangan bunyi /n/ terdapat pada baris :

Hujan bulan Juni

Masing-masing kata dalam baris tersebut mengandung huruf /n/

Perulangan bunyi /r/terdapat pada baris:

Dirahasiakannya rintik rindunya.

Masing-masing kata tersebut adalah rahasia, rintik, dan rindu sama-sama diawali dengan
bunyi/r/

Perulangan bunyi /r/ lebih terasa pada dua baris terakhir puisi Hujan Bulan Juni berikut ini:

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Unsur Ekstrinsik Puisi Hujan Bulan Juni

1. Unsur Ekstrinsik: Tema


Tema puisi Hujan Bulan Juni adalah Cinta terpendam yang tak terungkapkan. Tema
termasuk unsur ekstrinsik karena berkaitan dengan dunia di luar puisi yang turut memengaruhi
puisi. Baik dari segi penulis maupun pembaca puisi.

Adapun tema puisi Hujan Bulan Juni dapat dianalisis sebagai berikut: Meskipun cintanya tak
dapat diungkapkan, sang manusia (hujan) tetap tabah, arif, dan bijaksana. Membiarkan keadaan
menghapus jejak (cintanya) di jalan (kehidupan)nya. Karena dia ragu hendak mengungkapkan atau
tidak.

Akhirnya dia (pencinta) membiarkan yang tak terucapkan tetap ada dan diserap melalui
akar pohon yang berbunga. Artinya, diserap dan diketahui secara sembunyi-sembunyi (akar
tersembunyi di dalam tanah) oleh wanita (pohon berbunga) yang dicintainya.

2. Unsur Ekstrinsik: Perasaan

Perasaan yang dimaksud adalah perasaan yang melatar belakangi penciptaan puisi. Bisa
juga dianggap melatar belakangi pemaknaan puisi. Jadi perasaan penyair atau perasaan pembaca.
Hal ini merupakan unsur di luar puisi yang dapat memengaruhi proses penciptaan dan pemaknaan
puisi.

Perasaan penyair yang tampak dalam Puisi Hujan Bulan Juni adalah perasaan orang yang
sabar. Kesabaran yang sangat dalam meskipun harus memendam rasa. Kesabaran tersebut tampak
pada penggunaan kata tabah, bijak, dan arif. Kata kata tersebut menunjukkan sifat yang tidak
emosional. Dia juga ragu mengungkapkan perasaannya, akhirnya dia menghapus jejak jejaknya.

3. Unsur Ekstrinsik: Nada

Nada berkaitan erat dengan perasaan. Salah satu cara mengungkapkan perasaan dalam
puisi adalah menggunakan menggunakan nada-nada tertentu. Nada puisi hujan bulan juni, adalah
kegetiran. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan huruf /r/ yang berulang-ulang. yang digunakan
juga Pilihan kata menunjukkan bahwa penyair mengalami keraguan. Hingga akhirnya memilih diam
saja. Mencintai dalam diam.

4. Unsur Ekstrinsik: Amanat

Adapun amanat puisi Hujan Bulan Juni adalah sebagai berikut:

a. Semua orang harus memiliki sifat tabah, arif, dan bijak meskipun segala sesuatu tidak seperti
yang kita harapkan.

b. Tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan dengan mudah.
Demikian penjelasan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono.

Nama kelompok :

1. M. Wahyudin
2. Nabila Sekar Ayu Rahmadani
3. Nurfateha
4. Restu Hermawan
5. Suzen

Anda mungkin juga menyukai