Anda di halaman 1dari 23

Analisis Puisi

“Bunga Gugur”
Karya W.S Rendra
Nama Anggota
Ahmad Radhitya Alam (19/443335/SA/19824)
Arlita Putri (20/463010/SA/20577)
Aulia Nailul Muna (20/459970/SA/20390)
Defita Farahdhila Putri (20/459971/SA/20391)
Elma Salsabila El Zahro (20/455950/SA/20208)
Farah Rahmadanti (20/463013/SA/20580)
Fatimah Az Zahra (20/459974/SA/20394)
R. Ay Paramitha N. (20/459978/SA/20398)
Ma’rifah Nur Aulia (20/459975/SA/20396)
Zulfa Nuha Z (20/455958/SA/20216)
Struktur
Fisik
Struktur
Kajian Batin
Struktural
BAGAN ANALISIS

Tolak Ukur Tolak Ukur


Epistemis Moral
Tolak Ukur
Dominan
Tolak Ukur
Estetis
Bunga Gugur
Asmara cuma lahir di bumi
Bunga gugur
(di mana segala berujung di tanah mati)
di atas nyawa yang gugur
ia mengikuti hidup manusia
gugurlah semua yang bersamanya
dan kalau hidup sendiri telah gugur
gugur pula ia bersama sama.
Kekasihku. 
Ada tertinggal sedikit kenangan
tapi semata tiada lebih dari penipuan
Bunga gugur
atau semacam pencegah bunuh diri.
di atas tempatmu terkubur
 
gugurlah segala hal ikhwal antara kita.
Mungkin ada pula kesedihan
itu baginya semacam harga atau kehormatan
Baiklah kita ikhlaskan saja
yang sebentar akan pula berantakan.
tiada janji 'kan jumpa di sorga
 
karena di sorga tiada kita 'kan perlu asmara.
Kekasihku.
 
Gugur, ya, gugur
semua gugur
hidup, asmara, embun di bunga - 
yang kita ambil cuma yang berguna.
 
Solo, 1954
IDENTITAS PENULIS
● Nama: Willibrordus Surendra
Bawana Rendra
● Lahir: Solo, 7 November 1935
● Wafat: 6 augustus 2009
● Anak dari pasangan: R.
Cyprianus Sugeng
Brotoatmodjo dan Raden Ayu
Catharina Ismadillah
● Pendidikan: Sastra Inggris,
Universitas Gadjah Mada,
American Academy of
Dramatic Arts
KAJIAN
STRUKTURAL
Struktur Fisik
Wujud Puisi Kata Konkret
● Judul: Bunga Gugur Kata konkret merupakan cara yang
● Karya: W.S Rendra dilakukan oleh penyair supaya kata
● Jumlah bait: 8 tersebut dapat menyaran kepada arti
● Jumlah baris: tiga baris yang menyeluruh. Dalam puisi ini,
(bait pertama, ketiga, untuk memperkonkret bahwa perasaan
keempat, dan keenam); cinta yang hilang ketika kekasihnya
satu baris (bait kedua, bait meninggal dunia, penyair
menggunakan diksi:
ketujuh); delapan baris
(bait kelima); dan empat Bunga gugur
baris (bait kedelapan) di atas nyawa yang gugur
● Titimangsa: Solo, 1954. gugurlah semua yang bersamanya
Diksi
a. Perlambangan: bunga gugur sebagai perlambangan
kekasihnya yang sudah meninggal dunia
b. Orkestra bunyi: efoni dengan kombinasi bunyi vokal
(asonansi) a, i, u, e, o; konsonan bersuara b dan g, bunyi
liquida r, bunyi sengau m, n, ny, dan ng
c. Simbol bunyi: lambang rasa, (1) perpisahan: gugurlah,
ikhlaskan, kenangan, kesedihan, nyawa, hidup, terkubur (2)
kasih sayang: kekasihku, asmara, bunga.
d. Persajakan (rima): sajak akhir bait ke 4 (akhiran vokal a)
dan bait ke 6 (akhiran vokal a dan konsonan n)
Gaya Bahasa
(a) Eufemisme 
Bunga gugur
(c) Paralelisme
di atas nyawa yang gugur Bunga gugur
gugurlah semua yang bersamanya di atas nyawa yang gugur
gugurlah semua yang
bersamanya
(b) Enumerasio  
Kekasihku.
Asmara cuma lahir di bumi  
(di mana segala berujung di tanah Bunga gugur
mati) di atas tempatmu terkubur
ia mengikuti hidup manusia gugurlah segala hal ikhwal
dan kalau hidup sendiri telah gugur antara kita
gugur pula ia bersama sama.
Citraan
Citraan adalah gambaran angan yang
dihasilkan oleh panca indra manusia, misalnya
indra penciuman, penglihatan, pendengaran,
perabaan, dan gerak. Dalam puisi berikut, dapat
ditemukan contoh dari dua citraan, yaitu citraan
penglihatan dan citraan gerak.
(a) Citraan Penglihatan

Citraan penglihatan adalah citraan tentang


sesuatu yang dapat dibayangkan dan dilihat
secara nyata oleh indra penglihatan kita, yaitu
mata. Dalam puisi berikut, citraan penglihatan
dapat terlihat pada baris berikut,

//Bunga gugur/ di atas tempatmu terkubur//

Frasa bunga gugur adalah sebuah fenomena


alam yang dapat disaksikan oleh kedua
penglihatan kita. Kita dapat melihat dan
membayangkan bunga yang berguguran di
atas sebuah tempat kubur.
(b) Citraan Gerak
● Citraan gerak adalah citraan tentang sesuatu yang
seolah-olah dapat bergerak juga gambaran gerak pada
umumnya. Dalam lirik lagu Labirin, citraan gerak dapat
terlihat pada baris berikut.

● //Ia mengikuti hidup manusia//

● Dalam konteks puisi berikut, kata “mengikuti” merupakan


kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan
menurutkan (sesuatu yang berjalan di depan, yang telah
ada); mengiringi (KBBI online edisi V)

● //yang kita ambil cuma yang berguna//

● Dalam konteks puisi berikut, kata “ambil” merupakan kata


kerja yang digunakan untuk kegiatan pegang lalu dibawa,
diangkat, dan sebagainya (KBBI online edisi V).
Struktur Batin
Tema Nada dan Suasana
Pokok persoalan (subject Puisi ini disampaikan dengan nada
matter) yang menghasilkan melankolik karena menceritakan
atmosfer dari sebuah puisi yang
kisah percintaan yang berujung
diciptakan oleh penyair.
Percintaan terlihat dari perpisahan sehingga
penggunaan diksi kekasihku dan menghasilkan nada murung yang
asmara menggambarkan suasana hati
Perpisahan terlihat dari yang sedih. karena kenangan yang
penggunaan diksi gugur,
ditinggalkan oleh kekasih Aku.
kenangan, dan kesedihan
Amanat
Amanat yang dapat dipetik dari puisi
Bunga Gugur ini adalah apa yang akan
terjadi maka terjadilah, setiap pertemuan
akan ada perpisahan. Saat itu terjadi maka
kita harus mengikhlaskannya dan
menerima apa yang ada.
TOLAK UKUR
DOMINAN
Tolok Ukur Moral
Secara umum, moral menyaran pada pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. Tolak ukur
moral ini berbicara tentang isi, kandungan karya
sastra, dan aspek pragmatiknya bagi kehidupan.

● Mengikhlaskan orang yang telah tiada


● Menerima bahwa tidak ada sesuatu yang abadi 
● Memahami bahwa segala sesuatu akan gugur
bersamaan dengan gugurnya seseorang
Tolok Ukur Epistemis
(a) Mengikhlaskan adalah cara paling lapang untuk menerima
keadaan.

Bunga gugur
di atas tempatmu terkubur
gugurlah segala hal ikhwal antara kita.
 
Baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji 'kan jumpa di sorga
karena di sorga tiada kita 'kan perlu asmara.
 
● Dari bait ketiga dan keempat, dapat diambil kesimpulan bahwa
puisi “Bunga Gugur” karya W.S. Rendra ini merepresentasikan
perihal “sikap” ikhlas yang relevan dengan kehidupan. Dalam
kata “ikhlaskan”, Rendra mencoba menyampaikan pesannya
bahwa kepergian orang-orang terkasih perlu dimaknai sebagai
sesuatu yang membebaskan dan melegakan.
● (b) Menerima bahwa segala sesuatu tidak ada yang
bersifat abadi

Asmara cuma lahir di bumi


(di mana segala berujung di tanah mati)
ia mengikuti hidup manusia
dan kalau hidup sendiri telah gugur
gugur pula ia bersama sama.
 
● Bait kelima ini memberikan gambaran bagaimana cinta
(asmara) yang lahir di bumi, namun cinta ini tidak dapat
bertahan selamanya karena dua insan manusia harus
dipisahkan oleh jurang kematian. “Ia mengikuti hidup
manusia” merepresentasikan bahwa cinta hanya berlaku di
dunia, sebagaimana “dan kalau hidup sendiri telah gugur,
gugur pula ia bersama sama” yang berarti cinta mengikuti
fase hidup manusia (si pemilik rasa cinta itu).
● (c) Tidak ada yang tersisa di dunia ketika manusia telah
mencapai ajalnya

Mungkin ada pula kesedihan


itu baginya semacam harga atau kehormatan

Setelah seseorang meninggal, orang-orang terdekat


yang ditinggalkan biasanya merasakan kehilangan dan
kesedihan. Biasanya hal itu dilakukan semata untuk
menghormati orang yang meninggal. Namun,
orang-orang tidak selamanya akan bersedih atau
kehilangan, seperti yang digambarkan dalam larik “yang
sebentar akan pula berantakan.” 
 
● Puisi ini memberikan gambaran jika manusia telah gugur
(meninggal) tidak ada hal yang tersisa darinya di bumi.
Hal itu ditekankan dalam bait terakhir puisi ini.

Gugur, ya, gugur


semua gugur
Tolok Ukur Estetis
‘Estetis’ berarti indah, tentang keindahan, atau mempunyai nilai
keindahan. Tolok ukur estetis adalah ukuran karya sastra yang
mencoba memperlihatkan nilai-nilai keindahan dalam karya sastra.
Berikut beberapa nilai estetis yang terdapat dalam puisi Bunga Gugur
karya W.S Rendra:
Terdapat ritme berupa pengulangan
bunyi atau rima pada bait ketiga dan Pada bait kesatu dan kedua juga
kelima terdapat persamaan pola rima pada
akhir larik
Baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji 'kan jumpa di sorga Bunga gugur
di atas nyawa yang gugur
karena di sorga tiada kita 'kan perlu
gugurlah semua yang bersamanya
asmara.  
(bait ketiga) Kekasihku.
 
Mungkin ada pula kesedihan Bunga gugur
itu baginya semacam harga atau di atas tempatmu terkubur
kehormatan gugurlah segala hal ikhwal antara
kita.
yang sebentar akan pula
berantakan.
(bait kelima)
Simpulan
Sajak Bunga Gugur dalam kumpulan Puisi-Puisi Cinta karya W.S. Rendra ini
merupakan sajak yang sarat dengan gaya bahasa dan citraan. Sajak ini
mengandung tiga tolak ukur yang dominan yaitu tolak ukur moral, tolak
ukur epistemis, dan tolak ukur estetis.

Diksi-diksi yang digunakan dalam sajak ini merupakan kata-kata yang


cukup familiar. Namun membutuhkan kontemplasi yang mendalam untuk
memahami makna yang dituju penulis. Maknanya, pembaca seolah diajak
untuk merenungi momen yang terjadi saat itu. Pemilihan diksi yang
dilakukan oleh W.S. Rendra menekankan pada kata yang menunjukkan
kemirisan dan sendu yang diungkapkan.

Dalam sajak ini Rendra berusaha mengajak pembaca dalam suasana sedih.
Karena kenangan yang ditinggalkan dan pertemuan akan ada perpisahan
serta memahami bahwa segala sesuatu akan gugur bersamaan dengan
gugurnya seseorang
Terimakasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai