Yuli K Werdiningsih - Makalah
Yuli K Werdiningsih - Makalah
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan harmonisasi hubungan Tuhan dengan
manusia yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. Serat Sastra Gendhing (SSG) dapat
disebut sebagai salah satu sastra Jawa transendental, karena termasuk dalam jenis suluk.
SSG sebagai suluk juga berisi ajaran kesempurnaan hidup yang termuat dalam bentuk
tembang macapat dan diutarakan dalam berbagai perumpamaan. Oleh karena itu,
pemaknaan SSG memerlukan metode penafsiran khusus. Pengumpulan data yang berupa
kata, frasa, dan kalimat menggunakan metode pustaka. Analisis dan interpretasi data yang
berbentuk perumpaman menggunakan metode pembacaan secara hermeneutik. Hasil dari
proses analisis ditemukan bahwa antara manusia dengan Tuhan sudah semestinya
menjalin hubungan yang harmonis guna mencapai kesempurnaan hidup, yakni berada
sedekat-dekatnya atau bahkan menyatu dengan Tuhan (manunggaling kawula Gusti).
Kata kunci: harmonisasi, Tuhan, manusia, SSG, hermeneutik.
sesuai, rukun, cocok’, sedangkan diketahui bahwa teks SSG belum pernah
harmonies berarti ‘keselarasan, dikaji secara khusus dengan hasil berupa
keserasian, kesesuaian, kerukunan, harmonisasi hubungan Tuhan dengan
kecocokan’ (Echols, dan Shadily, manusia.
2005:290). Dalam bahasa Jawa terdapat
3. METODE PENELITIAN
kata yang merupakan sinonim dari kata
harmonis, yakni kata cocog yang berarti Objek penelitian ini adalah teks SSG
‘sesuai, serasi’ (Poerwadarminta, yang merupakan hasil suntingan dari
1939:76). Werdiningsih (2006). Teks SSG koleksi
dari Tepas Widya Pustaka Pura Paku
Menurut Geertz (1981:235), istilah Alaman ini terbagi dalam 5 pupuh, yang
cocog adalah salah satu istilah metafisik terdiri atas 73 bait. Pupuh 1 dengan
Jawa yang paling fundamental. Cocog metrum tembang Sinom, terdiri atas 13
yang berarti sesuai menunjukkan bait. Pupuh 2 dengan metrum tembang
kesesuaian kunci dengan gembok, obat Asmaradana, terdiri atas 12 bait. Pupuh 3
mujarab dengan penyakit, pria dan dengan metrum tembang Dhandhanggula,
wanita, dan lain-lain. Dua hal yang terdiri atas 11 bait. Pupuh 4 dengan
terpisah akan menjadi cocog jika metrum tembang Pangkur, terdiri atas 17
keduanya memiliki koinsindensi yang bait. Pupuh 5 dengan metrum tembang
dapat membentuk pola yang estetis. Durma, terdiri atas 20 bait (Werdiningsih,
Oleh karena itu konsep cocog sejalan 2013:30).
dengan konsep harmonis. Dalam suluk
hubungan antara manusia dengan Tuhan Hakikatnya, harmoni merujuk pada
jarang dikemukakan secara langsung, adanya keserasian, kehangatan,
tetapi melalui berbagai perumpamaan. keterpaduan, dan kerukunan yang
Hal inilah yang akan dimaknai dalam mendalam dengan sepenuh jiwa dan
penelitian ini. melibatkan aspek fisik dan psikis (Roqib,
2007:2). Dalam konteks penelitian ini
Berdasarkan hal tersebut, harmonisasi harmonisasi diartikan sebagai keserasian,
hubungan Tuhan dan manusia sama keselarasan atau kecocokan antara lahir
dengan hubungan harmonis, selaras, atau dan batin. Harmonisasi hubungan Tuhan
mesra antara manusia dengan Tuhan. dan manusia berarti keserasian,
Harmonisasi hubungan Tuhan dengan keselarasan atau kecocokan antara lahir
manusia merupakan salah satu pesan yang dan batin manusia dalam hubungannya
terdapat dalam SSG. Pesan dalam SSG dengan Tuhan guna mencapai
diungkapkan secara tidak langsung dan kesempurnaan hidup. Kesempurnaan
dengan berbagai perumpamaan. hidup yang dimaksud adalah berada
Sejauh pengamatan peneliti, SSG sedekat-dekatnya bahkan bersatu dengan
pernah diteliti oleh beberapa orang Tuhan (manunggaling kawula Gusti).
peneliti. SSG pernah disunting dan
dibandingkan oleh Soebalidinata (1966). Manusia tidak akan mencapai tahap
SSG memuat konsep-konsep kehidupan manunggaling kawula Gusti tanpa
sosial dan ajaran ini merupakan warisan menjalin hubungan yang harmonis dengan
Sultan Agung yang dapat menjadi Tuhan. Harmonisnya hubungan manusia
pedoman manusia Indonesia dalam dengan Tuhan dapat dilihat dari
menghadapi konflik sosial masyarakat kemesraan manusia dengan Tuhan. Nilai
(Supadjar, 2001). Upaya signifikansi kemesraan ini akan menunjukkan
terhadap teks SSG juga penah dilakukan kedekatan hubungan manusia dengan
oleh Werdiningsih (2013). Berdasarkan Tuhan. Oleh karena itu, dalam penelitian
hasil-hasil penelitian tersebut, dapat ini konsep harmonisasi hubungan Tuhan
dan manusia disejajarkan dengan konsep capa Sang Parta dan Sang Bathara
mistik. Mistik merupakan persatuan Wisnumurti. Manusia diibaratkan dengan
langsung dan mesra ruh manusia dengan gendhing; pangrasa; ripta;kang
Tuhan Yang Maha Dihambai, Maha manembah; bayangan; gema; mina;
Abadi dan Maha Mutlak (Jaiz 1980:9). gamelan; tulisipun; wayang; Srikandhi
kang hru; dan Narendra Kresna.
Keselarasan hubungan manusia
dengan Tuhan adalah faktor penentu
Keduabelas perumpamaan tersebut
dalam mencapai pengenalan dan
tersebar dari pupuh satu sampai empat.
penyatuan diri dengan Tuhan. Hubungan
Keberadaan sastra lebih dahulu dari pada
yang harmonis antara manusia dan Tuhan
gendhing. Sastra dengan gendhing harus
akan mempermudah manusia dalam
senantiasa menjalin hubungan harmonis
menemukan diri dan Tuhannya.
jika ingin mendapatkan keselarasan dalam
Harmonisasi hubungan Tuhan dan
hidupnya nyemlengireng wirama
manusia dalam teks SSG akan diketahui
(PII.b5:2). Harmonisasi suara gendhing
setelah melakukan proses pembacaan data
dengan sastra harus dijaga guna mendapat
secara hermeneutik. Data berupa kata,
petunjuk tentang pemersatuan tuduh
frasa, kalimat, dan paragraf-paragaf
katunggalane (PII.b5:3). Harmonisasi
dikumpulkan dengan metode pustaka.
antara sastra dengan gendhing adalah
Data yang bersifat kualitatif tersebut,
harmonisasi antara Tuhan dengan
menjadikan penelitian ini menggunakan
manusia. Tujuan dari harmonisasi tersebut
metode analisis deskriptif kualitatif.
adalah panunggal (PII.b4:6-7), yakni
Deskripsi akan mengedepankan proses
persatuan yang sempurna antara Tuhan
pembacaan hermeneutik, yakni membaca
dengan manusia.
secara bolak-balik atau retroaktif. Selain
itu, reduksi serta pengambilan simpulan Rasa ada lebih dahulu daripada
juga dilakukan dalam menganalisis data. pangrasa, karena rasa adalah bendanya
4. HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan pangrasa adalah sifat atau
keadaannya (PI.b10:1-3). Benda ada
Melalui pembacaan secara terlebih dahulu dari keadaannya. Rasa
hermeneutik terhadap teks SSG, diperoleh dengan pangrasa harus harmonis, guna
hasil sebagai berikut. Hubungan Tuhan mendapatkan kelengkapan hidup. Jika
dengan manusia dikemukakan dengan 12 antara benda dengan sifatnya tidak
perumpamaan, yakni perumpamaan harmonis ‘cocog’, yang terjadi adalah
hubungan antara sastra dengan gendhing; ketidaksesuaian dalam hidup. pangkal
rasa dengan pangrasa; cipta dengan ripta; adanya pangrasa adalah rasa (Simuh,
kang nembah dengan kang manembah; 1988:238), segala sesuatu yang dihasilkan
cermin dengan bayangan; gema dengan dari rasa harus ‘cocog’ dengan rasa
suara; mina dengan samudera; niyaga tersebut. Tanpa harmonisasi maka tidak
dengan gamelan; papan dengan tulisipun; akan ada pangrasa.
dalang dengan wayang; kang capa Sang
Parta dengan Srikandhi kang hru; dan Tuhan ada di dalam rasa (Simuh,
Sang Bathara Wisnumurti dengan 1988:332), jadi harmonisasi hubungan
Narendra Kresna. antara rasa dengan pangrasa adalah
perumpamaan dari harmonisasi hubungan
Berdasarkan perumpamaan- antara Tuhan dengan manusia. Cipta
perumpamaan tersebut, diketahui bahwa ibarat Tuhan, sedangkan ripta ibarat
Tuhan diibaratkan dengan sastra; rasa; manusia (PII.b10:4-6). Cipta ada lebih
cipta; kang nembah; cermin; suara; dahulu daripada ripta, dengan adanya
samudera; niyaga; papan; dalang; kang cipta maka ada pula ripta. Ripta adalah
317 ISBN: 978-602-361-004-4
Seminar Nasional
Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif
Surakarta, 31 Maret 2015