Anda di halaman 1dari 18

UAS Pengantar Sastra Lisan

Analisis Transfomasi Sastra Lisan dan Sastra Tulis Menjadi Sastra Elektronik

Disusun oleh:
Muthia Puspa Ningrum
20/463021/SA/20588

Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
2021
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, budaya, adat istiadat,
agama, dan bahasa. Keberagaman suku bangsa di Indonesia menghadirkan bentuk-
bentuk kebudayaan dan tradisi yang berbeda pada setiap komunitas masyarakat di
wilayahnya.

Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang terkandung dalam sebuah sastra lisan.
Tidak hanya mencakup makna simbolik, fungsi, serta nilai tetapi juga dapat dikaji dari
aspek strukturnya sebagaimana struktur dalam sebuah karya sastra. Seperti halnya
dengan sebuah karya sastra, sastra lisan dapat ditafsirkan sebagai langkah untuk
memperoleh pesan, makna, dan fungsi.

Sastra lisan yang sebagian besar tersimpan dalam ingatan orang tua atau pencerita
yang diwarisi dan disebarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi,
berikutnya secara lisan yang seiring waktu berputar jumlahnya semakin berkurang.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan juga
perkembangan pola pikir manusia maka terdapa transformasi sastra lisan yang awalnya
hanya sebatas diceritakan dari mulut ke mulut, sekarang sudah ditransformasi menjadi
bentuk digital atau elektronik.

Dalam analisis ini, akan dibahas beberapa objek sastra lisan yang telah
bertransformasi menjadi bentuk digital atau sastra elektronik, yaitu yang telah
bertransformasi menjadi cerita audio visual di platform youtube dan sinema elektronik.
Contohnya, youtube: Asal Usul Kota Bandung – Cerita Rakyat Jawa Barat (Dongeng
Kita) dan Legenda Batu Menangis (Riri Cerita Anak Interaktif), podcast: Danau Toba
– Podcast Dongeng Sebelum Tidur (Svatuhari), Sinema Elektonik Bawang Merah dan
Bawang Putih, serta Serial Animasi Pada Zaman Dahulu – Sang Kancil Mengira Buaya.

Terdapat beberapa alasan mengapa pada analisis kali ini dipilih objek-objek
tersebut. Selain karena platform yang digunakan merupakan platform yang sering
digunakan oleh masyarakat luas, cerita yang disajikan juga mengandung banyak pesan
yang disampaikan kepada penikmatnya. Audio visual yang ditampilkan juga sangat
menarik, sehingga banyak orang akan betah jika harus menyaksikan lama dan berulang
kali. Selain itu, alasan yang lainnya adalah cerita yang ditransformasi dari sastra lisan
ke sastra elektronik tersebut merupakan cerita-cerita populer yang dibicarakan dari
mulut ke mulut oleh masyarakat, sehingga cerita tersebut tidak akan punah dan tergerus
oleh zaman.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana deskripsi dan narasi tentang objek material?
b. Bagaimana bentuk-bentuk transformasi (perubahan) objek material dari bentuk
sastra lisan/ tulis menjadi sastra elektronik?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
a. mendeskripsikan dan menarasikan objek-objek material;
b. menjelaskan bentuk-bentuk transformasi (perubahan) objek material dari
bentuk sastra lisan/tulis menjadi sastra elektronik.
2. Pembahasan
2.1 Gambaran Objek Material

Objek material pertama adalah transformasi sastra lisan, yaitu asal usul Kota
Bandung yang kemudian bertransformasi menjadi sastra elektronik dengan platform
youtube, di mana dikelola oleh kanal youtube Dongeng Kita dengan judul Asal Usul
Kota Bandung. Dalam video ini diceritakan mengenai asal usul Kota Bandung yang
dikemas dengan audio visual yang sangat menarik dan tidak membosankan. Di sini,
sastra lisan ditransformasikan menjadi sastra elektronik agar cerita yang telah ada dan
berkembang dari masa ke masa sejak zaman dahulu tidak punah begitu saja.

Dalam video diceritakan mengenai asal usul Kota Bandung secara umum karena
keterbatasan waktu dan lainnya. Alkisah pada zaman dahulu kala di tanah pasundan, di
pinggiran sungai Citarum hidup lah seorang kakek tua yang terkenal karena mempunyai
ilmu sakti mandraguna. Disana dia tinggal bersama anak perempuannya yang cantik
jelita bernama Sekar.

Selain Sekar, Empu Wisesa mempunyai 2 orang murid Jaka dan Wira, Dia
menemukan mereka saat masih bayi di sebuah desa yang hancur berantakan karena
letusan gunung tangkuban perahu yang sampai saat itu lahar nya masih sering
membahayakan area sekitarnya. Ke dua bayi itu lalu dibawa pulang, dirawat dan
diajarkan ilmu oleh Empu Wisesa. Meskipun mempunyai guru yang sama, Jaka dan
Wira mempunyai perangai yang berbeda. Jaka berparas tampan, Dia senang bermain
dan pandai bercakap, meskipun pintar tapi karena sifat nya yang menggampangkan
sesuatu dia jauh ketinggalan dari Wira yang rajin mencari ilmu dan hakikat hidup.

Sifat yang berbeda itu tidak membuat mereka berdua berjauhan, mereka seperti 2
orang saudara yang saling tolong dan berbagi rahasia. Tapi ada satu hal yang tak mereka
ungkapkan satu sama lain, yakni mengenai perasaan mereka terhadap Sekar, putri guru
mereka. Jaka terlebih dahulu menyampaikan maksud hati untuk melamar Sekar pada
Empu Wisesa, karena pandai mengambil hati guru nya, Empu Wisesa tanpa meminta
persetujuan pada anaknya langsung menyetujui lamaran Jaka. Dia berfikir Sekar pasti
juga menyukai Jaka yang rupawan serta pandai bergaul.

Keesokan hari nya Empu Wisesa memanggil Sekar lalu menyampaikan


keinginannya untuk menikahkan nya dengan Jaka. Sekar ialah anak yang baik dan
berbakti pada orang tua tapi baru sekali inilah Sekar membantah orang tuanya, dia
menolak keinginan Empu Wisesa, dia mengatakan bahwa dia mencintai Wira dan
hanya ingin menikah dengan Wira. Hal itu membuat Empu Wisesa gundah, sebelumnya
dia sudah menjanjikannya pada Jaka. Supaya adil dia kemudian membuat sayembara.
Baiklah, aku hanya akan menikahkan Sekar dengan orang yang dapat memadamkan
lahar panas Tangkuban Perahu, ujar Empu Wisesa.

Jaka merasa itu merupakan hal yang mustahil, tak mungkin memadamkan lahar
panas yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Tapi didepan Empu Wisesa dia
menyanggupi nya dan mengaku ingin mengembara mencari ilmu untuk memadamkan
lahar. Dia hanya berfoya-foya dan bahkan malah bermain wanita. Sementara itu Wira,
berfikir keras mencari cara bagaimana memenangkan sayembara tersebut. Dengan
tekun setiap hari dia mengitari cekungan luas yang terbentuk oleh lahar panas itu, dia
tahu hanya air yang dapat mengalahkan api, tapi dari mana dia bisa mendapatkan air
sebanyak itu. Setahun berlalu tapi dia belum juga menemukan caranya sampai suatu
hari dia melihat berang-berang yang sedang membuat bendungan dari ranting-ranting
pohon. Wah, bagaimana kalau aku membendung sungai Citarum sampai air nya dapat
memadamkan lahar panas kata wira dalam hati.

Dengan penuh perhitungan Wira mulai melakukan ide nya tersebut. Pertama-tama
dia mengungsikan manusia dan hewan-hewan yang ada di cekungan lahar tersebut
supaya tidak tenggelam oleh air. Lalu berbekal kesaktian dari Empu Wisesa, Dia
meruntuhkan sebuah bukit dengan tangannya sampai tanah dan batuan membendung
air sungai. Lama-kelamaan air mulai menggenang lahar panas pun menjadi dingin dan
cekungan tersebut berubah menjadi danau yang luas, orang-orang menyebut daerah itu
Danau Bandung.

Setelah berhasil melewati ujian yang di berikan oleh Mpu Wisesa, Dia lalu pulang
dan melamar Sekar. Mpu Wisesa sangat senang, murid nya terbukti sangat mencintai
anak semata wayang nya, dan mencegah bencana yang dapat muncul akibat lahar panas
tersebut. Tak beberapa kemudian mereka pun mengadakan pesta pernikahan yang
meriah yang dihadiri oleh semua penduduk disekitarnya. Jaka tak ada kabar beritanya
lagi.

Setelah bertahun-tahun Wira dan Sekar dikaruniai banyak anak dan cucu, sementara
itu bendungan yang dibuat Wira mulai runtuh akibat deras air yang tinggi. Lama-lama
air di danau tersebut mulai mengering, tanah nya menjadi subur dan gembur. Akhir nya
mereka pun berpindah kesana, tak lupa juga mengajak penduduk sekitar. Lama
kelamaan daerah tersebut menjadi ramai ditinggali serta didatangi pengembara, karena
danau nya sudah tak lagi ada, mereka menyebut nya Bandung. Menurut mitos nya
penduduk asli kota Bandung adalah keturunan dari Wira dan Sekar.

Objek material yang kedua masih sama, yaitu dari platform youtube kanal Riri
Cerita Anak Interaktif dengan judul Legenda Batu Menangis. Legenda Batu Menangis
merupakan cerita asli dari Kalimantan Barat yang bercerita tentang seorang Putri yang
tidak berbakti pada orang taunya sendiri. Dari video dalam youtube ini menggambarkan
adanya transformasi dari sastra lisan ke sastra elektronik.

Diceritakan, di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya


yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik
wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia
mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya.

“Ah, aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja
daripada di gubuk reot seperti ini.” Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya
selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada
meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah
peti bekas. “Sampai kapan aku akan hidup seperti ini?” keluh Darmi dalam hati.
Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak
punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting
tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di
hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang
lain. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah. Sebaliknya
Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras
sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan
di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar
permintaannya dituruti.

Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang
mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu
saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya
tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria
memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat
penampilannya. Namun, tiba-tiba Darmi teringat bahwa ia tak memiliki pakaian yang
pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah ia mencari ibunya yang sedang
memasak di dapur.

“Ibu, tolong belikan aku pakaian dan selendang baru. Lusa akan ada pesta di desa
Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua,” kata
Darmi merengek.

“Bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu
saja. Masih bagus bukan?” ujar sang ibu.

“Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju
yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi.”

Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan anak semata
wayangnya itu. Ia tak tega padanya. “Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di
pasar.”

“Tidak mau.” Teriak Darmi kasar. “Aku tidak mau pergi ke pasar dengan ibu.
Sebaiknya ibu berikan saja uangnya padaku agar aku bisa membelinya sendiri.”
“Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar
yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian.
Bukankah Iebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?”

Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya. Ia malu dan
khavvatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama wanita tua itu lalu
mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang
hasil penjualan kayu bakar, ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya,
Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu.

Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik
dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan
pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, rnembuat ibunya tak mampu mengikutinya.

“Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di


beIakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul langkahmu.”

Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan
bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dari desa tetangga
yang menyapanya.

“Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka. “Aku mau ke pasar,” jawab
Darmi.

“Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu kah?”

Seketika wajah Darmi terlihat memerah karena malu, “Oh bukan! Bukan! Mana
mungkin dia ibuku.” Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar
tak ditanya-tanya lagi. Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak
kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau
mengakui dirinya sebagai ibu. Namun ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan
segera berubah pikiran.

Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu
beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu
tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, ia pun menegur anaknya.

“Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang
melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?”
Darmi menoleh kesal dan membentak, “Aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang
miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu’ Jelek, keriput
dan lusuh! Ibu Iebih pantas jadi pembantuku!”

Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di
pinggir jalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk
rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit.
Rasa sakit di hatinya membuat ia mengucapkan kutukan.

“Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak hamba ini! benar telah
membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka
itu menjadi batu!”

Doa sang ibu terkabul.

Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan biru berubah berubah mendung dan kilat
menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut,
lalu ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah ia menyadari bahwa kedua kakinya
berubah menjadi batu.

Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika


mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia kian ketakutan mendapati pinggangnya
pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya
kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak,” Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni
kedurhakaan anakmu ini, Bu”

Namun, semuanya telah terlambat bagi Darmi. Sang ibu hanya terdiam. Sama sekali
tak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka
terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya
itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu.

Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang
menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes
dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis.

Objek material ketiga, yaitu podcast mengenai Danau Toba di kanal youtube
Svatuhari. Dalam video ini, sastra lisan (asal usul dari Danau Toba) ditransformasikan
menjadi sastra elektronik. Penyajiannya pun diiringi dengan narasi dan musikalisasi
yang menjadikan ceritanya lebih menarik untuk dilihat dan didengar.

Legenda Danau Toba yang akan kita ceritakan ini merupakan asal usul terbentuknya
Danau Toba, salah satu danau terbesar dan yang terpopuler di Indonesia. Danau Toba
adalah sebuah danau vulkanik berukuran panjang 100 km dan lebar 30 km yang terletak
di Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba termasuk danau terbesar di Indonesia bahkan
di Asia Tenggara. Di tengah pulau ini terdapat sebuah pulau, yaitu Pulau Samosir yang
terapung di atas Danau Toba.

Bagaimana kisah legenda terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir? Simak
kisahnya berikut ini.

Di sebuah desa yang gersang di Sumatra Utara, tinggallah seorang pemuda miskin
yang setiap harinya bekerja sebagai petani. Kemarau panjang menyebabkan seluruh
daerah mengalami paceklik. Tidak ada tanaman pangan yang bisa tumbuh sehingga
Pemuda tersebut pergi ke sungai dan mengail ikan untuk menu santapnya setiap hari.
Sudah begitu lama ia duduk di tepi sungai, tetapi tak seekor ikan pun didapat. Terik
Matahari juga terasa membakar tubuhnya.

“Mungkin umpanku kali ini tidak enak sehingga tak ada satu pun ikan-ikan di
sungai ini yang mau memakannya,” pikir pemuda tersebut. Namun, ia tidak punya
pilihan selain bertahan dan berharap ada ikan, walaupun kecil, yang dapat diperolehnya
hari itu. Menjelang senja, barulah kailnya terasa berat, pertanda ada ikan besar yang
memakan umpannya. Dengan hati riang, diambilnya ikan tersebut untuk dimasukkan
dalam keranjang.

“Haha! Tidak rugi aku menunggu sejak tadi. Akhirnya, aku dapat juga seekor ikan
yang sangat besar! Wah, baru kali ini aku lihat ada ikan sebesar ini. Aku akan berpesta
malam ini,” kata si pemuda dengan bahagia.

Sesaat saja sebelum jatuh ke dalam keranjang, ikan tersebut melompat dari
pegangan tangan si pemuda dan terjatuh ke tanah. Detik berikutnya, tanpa diduga ikan
itu menjelma menjadi seorang putri yang cantik jelita. Alangkah terkejutnya si pemuda
melihat hal tersebut. Sang Putri, yang menyadari kekagetan dan ketakutan si pemuda,
berkata, “Jangan takut, Manusia. Aku tidak akan menyakitimu. Sesungguhnya aku yang
berutang budi pada kebaikanmu. Aku telah dikutuk dewa. Oleh karena kau telah
menyentuhku, aku berubah menjadi manusia sepertimu. Mulai saat ini, aku akan
mengabdi padamu.”

Akhirnya, si pemuda membawa putri jelmaan ikan tersebut ke rumahnya. Sang putri
membantu membereskan rumah, memasak, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah
lainnya. Karena takut akan anggapan buruk masyarakat, si pemuda bermaksud putri
ikan menjadi istrinya. Sang putri pun menjawab, “Aku bersedia menjadi istrimu,
asalkan kau berjanji untuk tidak mengatakan pada siapa pun, termasuk pada anak kita
nanti, tentang asal-usulku.” Si pemuda menyanggupi permintaan putri ikan dan tak
lama kemudian, mereka berdua menikah.

Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir.
Samosir adalah seorang anak yang kuat, berani, dan besar. Seiring pertumbuhan
tubuhnya, selera makan Samosir juga berlipat-lipat. Setiap hari ibunya harus memasak
nasi dalam jumlah yang banyak. Tentu saja untuk mendapatkan itu semua, si bapak
harus bekerja lebih keras.

Pada suatu hari, ayah Samosir pulang dalam keadaan letih dan lapar. Sepanjang
perjalanan pulang, ia terus membayangkan masakan istrinya sambil terus menahan rasa
perih di perut. Segera setelah tiba di rumah, ia langsung menuju ke dapur untuk
mengambil makanan. Betapa terkejutnya ia begitu mendapati periuk nasi kosong.

“Ibu!!! Apa kau tidak masak nasi hari ini? Aku lapar sekali!” Sang suami sangat
kesal karena harapannya sepanjang perjalanan pulang tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan tergopoh-gopoh, si istri pun datang, “Tadi aku sudah memasak nasi, Pak.
Mungkin anakmu menghabiskan semuanya. Tunggu sebentar, Pak, aku masakkan
lagi.”

Mendengar penjelasan tersebut, habislah kesabarannya. Dengan murka, ia


berteriak, “Samosir! Kemari kau! Dasar anak ikan tak tahu diri! Kau habiskan semua
makanan, tanpa kau ingat Bapakmu yang kelelahan dan kelaparan setelah seharian
bekerja keras untuk menghidupimu dan Ibumu!”

Mendengar perkataan suaminya yang kasar itu, hati putri ikan bagai disayat
sembilu. Suaminya telah melanggar janji. Ia telah mengatakan pada anak mereka
tentang asal-usul dirinya. Dengan berlinang air mata, dihampirinya Samosir yang masih
dimarahi oleh suaminya.
“Cukup sudah, Pak, kau telah melanggar janjimu sendiri. Aku akan pergi bersama
anakmu.”

Ibu dan anak itu pun berkemas dan pergi meninggalkan rumah. Petani itu tertegun,
menyesali perbuatannya yang tidak bisa menahan emosi. Kini ia sendiri, tanpa istri dan
juga anak. Ia telah kehilangan mereka untuk selama-lamanya hanya karena seperiuk
nasi.

Berkali-kali petani itu memanggil istri dan anaknya, tetapi tetap saja kedua orang
yang ia sayangi itu tak pernah kembali. Tak berapa lama kemudian, di hadapannya
muncul mata air yang menyembur dengan deras. Semakin lama air tersebut semakin
banyak dan akhirnya, menenggelamkan desa. Sekarang orang mengenal desa yang
tenggelam itu dengan sebutan Danau Toba.

Dongeng ini berpesan kepada kita semua agar menepati janji karena janji adalah
hutang, artinya harus dibayar. Bila kita mengukir janji, maka berupayalah untuk terus
menjaga dan mempertahankannya karena akan ada harga yang harus dibayar jika janji
tersebut teringkari. Setiap yang kita lakukan, semuanya memiliki dampak. Seperti
pepatah berkata “Apa yang ditanam, itu yang dipanen”. Hal ini mengisyaratkan kepada
kita untuk berpikir matang-matang sebelum bertindak. Bila yang terjadi tidak sesuai
dengan yang kita harapkan, maka jangan hanya sebatas menyesali, tetapi petiklah
pelajaran dan pesan yang terkandung di dalamnya, serta bertekad untuk tidak lagi jatuh
pada lubang yang sama sebanyak dua kali.

Objek material keempat, yaitu Sinema Elektonik Bawang Merah dan Bawang Putih.
Bawang Merah Bawang Putih adalah sebuah sinetron dari Indonesia yang dicipta
oleh MD Entertainment yang diangkat dari kisah Bawang Putih Bawang
Merah, dongeng Nusantara yang populer. Drama Bawang Merah Bawang Putih adalah
sebuah sinetron dari Indonesia yang berlaku pada masa kini, tetapi mengambil kisah
aspek pengajaran moral daripada cerita rakyat "Bawang Merah Bawang Putih".
Bawang Merah Bawang Putih ditayangkan di RCTI pada tahun 2004 hingga 2006 .
Sinetron sepanjang 108 episode ini juga populer di Malaysia yang
ditayangkan TV3 sejak tahun 2006 hingga awal 2007 dan ulang tayang di
saluran TVRI Jawa Barat, Indonesia.

Cerita ini mengisahkan dua gadis cantik mahasiswa SMA yang sama dan berjiran,
Alya (Revalina binti Sayuthi Temat) siswa cerdas yang pernah berlakon sebagai
Bawang Putih dalam teater Bawang Merah Bawang Putih dan Siska (Nia Ramadhani)
yang berlakon sebagai Bawang Merah dalam teater yang sama. Kejayaan besar teater
itu, membuat nama Bawang Merah dan Bawang Putih melekat pada kedua-dua gadis
tersebut dalam kehidupan seharian mereka di sekolah. Sebagai gadis-gadis remaja,
kehidupan mereka di sekolah penuh dengan unsur-unsur sentimental. Bawang Merah
mempunyai kumpulannya yang terdiri dari Tia, Lani dan dan lain-lainnya termasuklah
Rita dan Eli.

Siska hidup bersama ibunya, Rika, seorang janda kerana perceraian. Ini disebabkan
oleh ayah Siska adalah seorang pegawai negeri yang selalu didorong oleh isterinya
untuk melakukan apa sahaja untuk memeberikan keluarga mereka hidup dalam
kemewahan sehinggakan terpaksa mengamalkan rasuah dan akibatnya dia dihukum
penjara. Sebahagian besar hartanya disita. Sejak itu, kehidupan mereka terumbang
ambing. Alya, hidup bahagia dalam kemewahan bersama kedua-dua orang tuanya.
Ayahnya, Indra, adalah seorang usahawan berjaya dan selau ke luar negara, sementara
Yasmin ibunya Alya, adalah seorang suri rumah tangga yang ramah dan baik hati.
Lakonan Siska sebagai Bawang Merah dalam teater itu berlanjutan hingga ke dalam
kehidupan mereka. Si Bawang merah dan Ibunya Rika, dalam diam-diam iri hati kepada
keluarga Bawang Putih. Tetapi Rika, sangat pandai bersandiwara sehingga keluarga
baik hati seperti Alya dan kedua-dua orang tuanya itu, tidak menyedari kebencian yang
tersembunyi dan semakin membesar dalam hati Siska dan ibunya.

Kebencian Bawang Merah terhadap Bawang Putih semakin besar apabila Ferdi
(Dimaz Andrean Hardy), seorang siswa baru, berpindah dari luar kota ke SMA mereka
jatuh hati kepada Bawang Putih. Ferdi yang sebetulnya anak orang kaya, tetapi lari dari
rumahnya kerana memilih hidup sederhana di Jakarta. Dia tidak tahan akan sikap
ayahnya yang sangat mengongkong. Bawang Merah berusaha dengan pelbagai cara
untuk menjauhkan Ferdi dari Bawang Putih sehingga sering terjadi salahfahaman antara
Bawang Putih dengan Ferdi. Sementara itu, Rika menggunakan berbagai-bagai cara
untuk menghancurkan keluarga Yasmin. Rika begitu pandai bersandiwara sehinggakan
Yasmin menganggapkan Rika bukan hanya sekadar jiran tetapi sebagai saudaranya
sendiri. Yasmin tidak segan silu memberikan bantuan apa saja, terutama bantuan
ekonomi.
Namun, di belakang Yasmin, Rika dengan licik meracuni Indra dengan hasutan-
hasutan sampai akhirnya Indra terpengaruh dan sering bergaduh dengan isterinya.
Dalam salah satu pergaduahan, Yasmin begitu sedih dituduh suaminya yang bukan-
bukan, padahal dia tidak seperti yang dipertuduhkan. Yasmin begitu sedih sehingga
pernah mengatakan kalau dia terus dituduh tanpa bukti, dia akan membunuh diri. Begitu
liciknya Rika, sehingga Indra merasakan Rika lebih baik daripada Yasmin. Akhirnya,
Rika mmemberi racun kepada Yasmin, setelah Indra pergi sehabis bertengkar hebat
dengan isterinya. Yasmin pengsan dan akhirnya meninggal di hospital. Sebelum
meninggal dunia, Yasmin yang sempat sedar dan memberitahu anaknya agar berhati-
hati terhadap Rika. Bawang Putih menyalahtafsirkan peringatan ibunya. Dia
beranggapan bahawa ibunya minta dia menerima Rika dalam kehidupannya. Setelah
Yasmin meninggal, kehidupan Bawang Putih berubah sama sekali. Rika dengan
liciknya terus meracuni fikiran Indra sehingga akhirnya Rika berkahwin dengan Indra
dan pindah bersama Bawang Merah ke rumah Indra. Sejak saat itu, kehidupan Bawang
Putih tertekan dan menderita. Namun penderitaan itu, tidak membuat Bawang Putih
berubah menjadi orang yang berhati kotor. Penderitaan yang dia hadapi dengan ikhlas,
pasrah dan tabah serta tetap berpegang kepada sikap baik. Hal ini membuatkan dia
selalu diberi pertolongan oleh Tuhan dengan hal-hal yang luar biasa. Dia memiliki
kepekaan dan sahabat yang tidak terlihat oleh siapapun. Tetapi, tidak ada kejahatan
yang abadi. Kebaikannya akhirnya menang atas kejahatan. Bawang Putih akhirnya
hidup bahagia dan Bawang Merah serta Rika harus menerima akibat dari dosa-dosa
serta kejahatan mereka.

Objek material kelima, yaitu Serial Animasi Pada Zaman Dahulu – Sang Kancil
Mengira Buaya. Serial televisi ini tayang di televisi sejak tanggal 9 Januari 2013
diproduksi oleh Les’ Copaque Production dan merupakan transformasi sastra lisan ke
sastra elektronik, yaitu berasal dari dongeng anak-anak kancil yang menyeberang
sungai dengan mengelabuhi buaya dengan cara menghitung jumlah buayanya. Dongeng
ini sangat populer di kalangan anak-anak karena ceritanya yang mudah untuk diterima
dan mengandung pesan tersendiri.

Ceritanya, di sebuah hutan belantara yang luas, tinggal beraneka ragam satwa. Salah
satunya seekor kancil. Kancil yang satu ini dikenal memiliki kecerdikan yang luar
biasa. Tak hanya cerdik, kancil pun dikenal sebagai satwa yang ramah akan sesama.
Seperti suatu pagi, ia melihat seekor induk bebek yang tengah berenang bersama
anaknya. Kancil pun yang sedang berjalan menelusuri hutan menyapa bebek tersebut,
“Hai bebek! Asik sekali kamu berenang.”

Begitu pun kepada satwa-satwa lain yang sepanjang jalan tak henti menyapa dan ia
sapa. Itulah kancil dengan keramahan yang selalu disegani banyak satwa di hutan itu.

Tak hanya ramah, kancil yang terkenal akan kecerdikannya ini juga sering
membantu satwa-satwa hutan dalam memecahkan masalah. Banyak satwa yang datang
ke kancil jika mereka memiliki masalah, kancil pun dengan senang hati membantu dan
memecahkan masalah kawan-kawannya.

Seperti suatu ketika, saat tengah berjalan menelusuri hutan ia menemukan tiga ekor
anak ayam yang terperangkap di dalam lubang yang cukup dalam bagi mereka. Kancil
pun segera menghampiri anak ayam itu dan turun ke lubang tersebut untuk membantu
mereka yang terperangkap. Setelah masuk ke dalam, kancil membungkukkan badannya
dan meminta anak ayam itu untuk menaiki tubuhnya.

“Ayo! Kalian bisa naik ke tubuhku, jadi kalian bisa keluar dari ini dan bertemu
induk kalian.” Ucap kancil ramah.

Setelah semua anak ayam berhasil naik ke tubuhnya, kancil pun melompat keluar
lubang dan berjalan menemui induk ayam yang tengah kebingungan mencari anak-
anaknya. Ia pun melepaskan ketiga anak ayam tadi kepada induknya.

Sang induk pun sangat senang dan berterima kasih kepada kancil yang sudah
membantu anak mereka. Tak hanya induk ayam, ketiga ayam tadi juga bersorak
kompak mengucapkan terima kasih kepada kancil, “Terima kasih tuan kancil!” ucap
ketiga anak ayam itu girang.

Setelah berjalan-jalan, kancil pun mulai merasa lapar. Ia menepi untuk memakan
rumput yang ada di sekitarnya. Setelah makan rumput, kancil berkata, “Rumput saja
ternyata tidak membuat ku kenyang.”

Kancil kemudian terus berjalan di tengah teriknya matahari hingga dirinya tiba di
sebuah sungai yang ada di dalam hutan. Ia mendekati tepi sungai untuk sekedar
menghilangkan dahaga setelah berjalan-jalan dan makan tadi.
Setelah puas minum, kancil yang tengah memandangi sungai langsung berbinar
ketika melihat sesuatu yang menarik ada di sebrang sungai. Hal yang membuatnya
tertarik adalah pohon buah-buahan yang dapat menghilangkan rasa laparnya tadi.
Namun, derasnya air sungai tidak memungkinkan kancil untuk menyebrangi sungai
tersebut. Ia pun mencari cara agar bisa menyebrangi tanpa bahaya. Sampai suatu ide ia
dapatkan yaitu dengan mengelabui buaya-buaya yang ada di sungai itu.

Seekor buaya keluar ke tepi sungai menghampiri kancil yang terlihat senang, “Hei
Kancil! Ada apa kamu ke sungai? Apa kamu mau menjadi santapan kami?” tanya buaya
itu pada kancil.

Kancil pun menjawab pertanyaan buaya dengan senang hati, “Aku mempunyai
berita baik untuk kalian semua, aku membawa daging segar dari raja dan diperintahkan
untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sungai. Kalian cukup berjajar di sungai
dan nanti akan aku hitung.”

Merasa senang mendengar kabar kancil membawa daging segar untuk ia dan teman-
teman buaya lainnya, buaya tadi kemudian menyanggupi permintaan kancil dan
memanggil seluruh buaya yang berada di sungai untuk berjejer hingga membentuk
jembatan.

“Sudah siap!” kata semua buaya bersemangat. Kancil pun dengan girang melompati
buaya dan pura-pura menghitung buaya-buaya yang sudah berjejer membentuk
jembatan itu. Setelah sampai ujung, kancil pun melompat ke tepi sungai. Lalu ia
berkata, “Terima kasih para buaya, berkat kalian, aku jadi bisa menyebrangi sungai
ini.”

Setelah berkata seperti itu pada buaya, kancil langsung berlari kencang
meninggalkan buaya yang marah karena perbuatannya. Kancil pun dengan bebas
memakan buah-buahan yang ada di sebrang sungai untuk menghilangkan rasa laparnya.

2.2 Bentuk-Bentuk Transformasi Objek Material


Objek material pertama adalah transformasi sastra lisan, yaitu asal usul Kota
Bandung yang kemudian bertransformasi menjadi sastra elektronik dengan platform
youtube, di mana dikelola oleh kanal youtube Dongeng Kita dengan judul Asal Usul
Kota Bandung. Dalam video ini diceritakan mengenai asal usul Kota Bandung yang
dikemas dengan audio visual yang sangat menarik dan tidak membosankan. Di sini,
sastra lisan ditransformasikan menjadi sastra elektronik agar cerita yang telah ada dan
berkembang dari masa ke masa sejak zaman dahulu tidak punah begitu saja.

Objek material yang kedua masih sama, yaitu dari platform youtube kanal Riri
Cerita Anak Interaktif dengan judul Legenda Batu Menangis. Legenda Batu Menangis
merupakan cerita asli dari Kalimantan Barat yang bercerita tentang seorang Putri yang
tidak berbakti pada orang taunya sendiri. Dari video dalam youtube ini menggambarkan
adanya transformasi dari sastra lisan ke sastra elektronik.

Objek material ketiga, yaitu podcast mengenai Danau Toba di kanal youtube
Svatuhari. Dalam video ini, sastra lisan (asal usul dari Danau Toba) ditransformasikan
menjadi sastra elektronik. Penyajiannya pun diiringi dengan narasi dan musikalisasi
yang menjadikan ceritanya lebih menarik untuk dilihat dan didengar. Dalam podcast
ini terdapat beberapa cerita yang dikurangi dan ditambah dari sumber cerita yang dipilih
yang tercantum dalam deskripsi video di youtubenya. Hal ini dilakukan untuk karena
durasi waktu yang terbatas dan agar cerita yang dibawakan lebih menarik dan tidak
monoton.

Objek material keempat, yaitu Sinema Elektonik Bawang Merah dan Bawang Putih.
Bawang Merah Bawang Putih adalah sebuah sinetron dari Indonesia yang dicipta
oleh MD Entertainment yang diangkat dari kisah Bawang Putih Bawang
Merah, dongeng Nusantara yang populer. Drama Bawang Merah Bawang Putih adalah
sebuah sinetron dari Indonesia yang berlaku pada masa kini, tetapi mengambil kisah
aspek pengajaran moral daripada cerita rakyat "Bawang Merah Bawang Putih". Sinema
elektronik ini merupakan transformasi dari sastra lisan, yaitu dongeng Indonesia
Bawang Merah Bawang Putih yang kemudian ditransformasikan menjadi sastra
elektronik. Dengan cerita yang lebih sesuai dengan keadaan masyarakat, sinema
elektronik ini menjadi lebih diterima oleh masyarakat.

Objek material kelima, yaitu Serial Animasi Pada Zaman Dahulu – Sang Kancil
Mengira Buaya. Serial televisi ini tayang di televisi sejak tanggal 9 Januari 2013
diproduksi oleh Les’ Copaque Production dan merupakan transformasi sastra lisan ke
sastra elektronik, yaitu berasal dari dongeng anak-anak kancil yang menyeberang
sungai dengan mengelabuhi buaya dengan cara menghitung jumlah buayanya. Dongeng
ini sangat populer di kalangan anak-anak karena ceritanya yang mudah untuk diterima
dan mengandung pesan tersendiri.
3. Kesimpulan
Objek material pertama adalah transformasi sastra lisan, yaitu asal usul Kota
Bandung yang kemudian bertransformasi menjadi sastra elektronik dengan platform
youtube, di mana dikelola oleh kanal youtube Dongeng Kita dengan judul Asal Usul
Kota Bandung. Dalam video ini diceritakan mengenai asal usul Kota Bandung yang
dikemas dengan audio visual yang sangat menarik dan tidak membosankan. Di sini,
sastra lisan ditransformasikan menjadi sastra elektronik agar cerita yang telah ada dan
berkembang dari masa ke masa sejak zaman dahulu tidak punah begitu saja.
Objek material yang kedua masih sama, yaitu dari platform youtube kanal Riri
Cerita Anak Interaktif dengan judul Legenda Batu Menangis. Legenda Batu Menangis
merupakan cerita asli dari Kalimantan Barat yang bercerita tentang seorang Putri yang
tidak berbakti pada orang taunya sendiri. Dari video dalam youtube ini menggambarkan
adanya transformasi dari sastra lisan ke sastra elektronik.
Objek material ketiga, yaitu podcast mengenai Danau Toba di kanal youtube
Svatuhari. Dalam video ini, sastra lisan (asal usul dari Danau Toba) ditransformasikan
menjadi sastra elektronik. Penyajiannya pun diiringi dengan narasi dan musikalisasi
yang menjadikan ceritanya lebih menarik untuk dilihat dan didengar. Dalam podcast
ini terdapat beberapa cerita yang dikurangi dan ditambah dari sumber cerita yang dipilih
yang tercantum dalam deskripsi video di youtubenya. Hal ini dilakukan untuk karena
durasi waktu yang terbatas dan agar cerita yang dibawakan lebih menarik dan tidak
monoton.
Objek material keempat, yaitu Sinema Elektonik Bawang Merah dan Bawang
Putih. Bawang Merah Bawang Putih adalah sebuah sinetron dari Indonesia yang
dicipta oleh MD Entertainment yang diangkat dari kisah Bawang Putih Bawang
Merah, dongeng Nusantara yang populer. Drama Bawang Merah Bawang Putih adalah
sebuah sinetron dari Indonesia yang berlaku pada masa kini, tetapi mengambil kisah
aspek pengajaran moral daripada cerita rakyat "Bawang Merah Bawang Putih". Sinema
elektronik ini merupakan transformasi dari sastra lisan, yaitu dongeng Indonesia
Bawang Merah Bawang Putih yang kemudian ditransformasikan menjadi sastra
elektronik. Dengan cerita yang lebih sesuai dengan keadaan masyarakat, sinema
elektronik ini menjadi lebih diterima oleh masyarakat.
Objek material kelima, yaitu Serial Animasi Pada Zaman Dahulu – Sang Kancil
Mengira Buaya. Serial televisi ini tayang di televisi sejak tanggal 9 Januari 2013
diproduksi oleh Les’ Copaque Production dan merupakan transformasi sastra lisan ke
sastra elektronik, yaitu berasal dari dongeng anak-anak kancil yang menyeberang
sungai dengan mengelabuhi buaya dengan cara menghitung jumlah buayanya. Dongeng
ini sangat populer di kalangan anak-anak karena ceritanya yang mudah untuk diterima
dan mengandung pesan tersendiri.

4. Daftar Pustaka dan Sumber


Haryani. 2015. Sastra Lisan Pada Masa Kini. Kendari.
https://sastraindonesiauho14.blogspot.com/2015/11/makalah-sastra-lisan-masa-
kini.html diakses pada 9 Desember 2021

Youtube: Asal Usul Kota Bandung – Cerita Rakyat Jawa Barat (Dongeng Kita) dan
Legenda Batu Menangis (Riri Cerita Anak Interaktif), podcast: Danau Toba – Podcast
Dongeng Sebelum Tidur (Svatuhari), Sinema Elektonik Bawang Merah dan Bawang
Putih, serta Serial Animasi Pada Zaman Dahulu – Sang Kancil Mengira Buaya.

Anda mungkin juga menyukai