PEMBAHASAN
3.1
a.
1)
3)
4)
Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi karya WS Rendra ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama
dan ketiga yaitu sebagai berikut:
Matahari bangkit dari sanubariku
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara
Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Sajak Matahari dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku
Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya terhadap
gambaran-gambaran masa pembangunan, yang membuat ia mencoba bangkit dari keterpurukan.
Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
b.
1)
2)
Citraan pendengaran ini terlihat pada bait kesepuluh baris kelima yaitu sebagai berikut.
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra
Disini pemakalah menganalisis, penyair menyampaikan bahwa suara-suara yang
dikumandangkan oleh masyarakat tidak pernah didengarkan, hanya seperti gema yang memantul.
Sehingga menjadi karang di bawah muka samodra, disini juga melukiskan ketidak adilan
yang mengacuhkan suara-suara masyarakat, sehingga diabaratkan seperti karang.
3)
4)
5)
Citra Gerak
Citra gerak terletak pada bait kesebelas baris keempat dan lima, yaitu sebagai berikut.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa
6)
Pada bait ini, penyair mencoba menyampaikan kepada pembaca, mengenai keinginannya.
Penyair mengajak pembaca untuk bersatu, berkumpul untuk menggapai keadilan.
Citra Perasaan
Citraan ini terlihat pada bait kesebelas bari ketujuh
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata
Pada baris ketujuh bait ini, dimana pengarang atau penyair mengajak
pembacamenghayati persoalan yang telah terjadi. Yaitu dengan melibatkan suasana perasaan
pembaca, sehingga pembaca dapat terlibat perasaannya dalam menghayati puisi ini.
c.
1)
TAHANAN
Oleh: WS Rendra
Atas ranjang batu
tubuhnya panjang
bukit barisan tanpa bulan
kabur dan liat
dengan mata sepikan terali
Di lorong-lorong
jantung matanya
para pemuda bertangan merah
serdadu-serdadu Belanda rebah
Di mulutnya menetes
lewat mimpi
darah di cawan tembikar
dijelmakan satu senyum
barat di perut gunung
(Para pemuda bertangan merah
adik lelaki neruskan dendam)
Dini hari bernyanyi
di luar dirinya
Anak lonceng
menggeliat enam kali
di perut ibunya
Mendadak
dipejamkan matanya
Sipir memutar kunci selnya
dan berkata
-He, pemberontak
hari yang berikut bukan milikmu !
Diseret di muka peleton algojo
ia meludah
tapi tak dikatakannya
-Semalam kucicip sudah
betapa lezatnya madu darah.
Dan tak pernah didengarnya
enam pucuk senapan
meletus bersama
Kisah
Th VI, No 11
Nopember 1956
Citraan dalam Puisi Tahanan
Pada puisi Tahanan ini citraan yang telah dianalisis yaitu citraan penglihatan, citraan
perasaan, citra pendengaran, dan citra pengecapan.
Citra penglihatan
Citraan ini terdapat pada bait kedua baris pertama yaitu sebagai berikut.
Di lorong-lorong
jantung matanya
Kemudian pada bait ketiga baris pertama
Di mulutnya menetes
lewat mimpi
2)
3)
4)
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
d.
1)
2)
3)
4)
Pada baris ini, penyair menggunakan perasaan baik perasaan marah, sedih dan lain-lain.
Dimana menggambarkan penderitaan orang-orang miskin ditengah kemelaratan, sehingga
mereka menentang kemelaratan tersebut dengan kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Citra Pendengaran
Citra pendengaran dalam puisi ini terletak pada baris keempat yaitu sebagai berikut.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
Citra Penglihatan
Citraan ini terletak pada baris kesebelas dan tigabelas puisi tersebut yaitu sebagai berikut:
...menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar
Pada baris ini, dimana penyair melibatkan pembaca dalam menyampaikan isi puisinya.
Disini terlihat bahwa kehidupan yang kumal atau kotor tukang-tukang parker, terlihat
pengorbanan dan pada akhirnya melihat sekuntum bunga telah mekar. Menandakan penantian
sebuah kebahagiaan nantinya.
SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTERINYA
1)
2)
Dalam puisi Sajak Seorang Tua untuk Istrinya ini, pemakalah menganalisis dimana terlihat
beberapa citraan didalam puisi ini yaitu citra perabaan, perasaan, dan citra penglihatan.
Citra Perabaan/Perasa
Citraan ini terdapat pada bait pertama baris kedua, yaitu sebagai berikut.
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Pada baris ini dimana penyair memasukkan kata encok, encok ini yaitu perasaan sakit pada
tulang seperti rematik dan lain-lain.
Citra Perasaan
Pemakalah menganalisis, pada puisi Sajak Seorang Tua untuk Istrinya didominasi oleh
citraan perasaan, dimana kebanyakan dari bait puisi ini terkandung citra perasaan yaitu sebagai
berikut.
Pada bait pertama baris kedua puisi tersebut.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Pada bait ini penyair melibatkan dirinya masuk kedalam pengisahan puisi ini, dengan kata
Aku. Disini penyair mengungkapkan bahwa apa yang ia lakukan untuk menghibur orang-orang
terdekatnya.
Kemudian pada bait kedua baris keempat.
...Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya
Pada bait kedua ini dengan kata Suka duka penyair menyampaikan, tentang suasana
perasaan hati, yang terkadang suka dan dirundung duka, dan setiap orang pasti akan
mengalaminya
Kemudian pada bait ketiga baris pertama.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
Pada bait ini penyair menyampaikan kepada pembaca, tentang gejolak kehidupan. Dimana
hidup itu bukanlah dilampiaskan hanya untuk mengeluh dan hanya mengaduh saja, tetapi penyair
mengajak pembaca untuk mengelola hidup agar menjadi lebih baik.
Kemudian pada bait kelima baris keenam.
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita...
Pada bait ini juga penyair menyampaikan tentang bagaimana ia selalu tersenyum
menghadapi masalah dan nasib yang dialaminya.
3)
Citra Penglihatan
Citraan ini dapat terlihat pada bait kelima, yaitu sebagai berikut.
...Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda
Disini penyair menggunakan kata Lihatlah yang merupakan citra penglihatan, disini
bermaksud mengajak pembaca masuk dalam penghayatan puisinya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si
penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah
sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan
kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak
membuat kesan baru dalam pikiran.
Dari puisi-puisi karya WS Rendra yang telah dianalasis oleh pemakalah, terlihat jelas
bahwa dalam puisinya tersebut, penyair memperhatikan setiap katanya agar memiliki makna dari
imaji atau citraan dari kata-kata yang telah dihasilkannya. Jadi dalam lima puisi WS Rendra yang
pemakalah analisis, setiap puisinya didominasi oleh citra perasaan.
Saran
Semoga apa yang pemakalah samapaikan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kemudian dapat dijadikan contoh maupun referensi untuk pemakalah selanjutnya.