Anda di halaman 1dari 15

PENGAPLIKASIAN KESATUAN DALAM ILUSTRASI SAJAK PALSU

KARYA AGUS R. SARJONO

Wahyu Seno Aji 201546500047


Rizky Besty Ananda Putri 201546500190

Desain Komunikasi Visual


Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka No. 58C Tanjung Barat, Jakarta Selatan Telp. (021) 7818718-78835283
Wahyusenoaji047@gmail.com
Bestyananda@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis makna yang ada dalam puisi karya Agus R. Sarjono
yang mewakili ruang persepsi manusia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian adalah puisi karya Agus R. Sarjono yang berjudul “Sajak Palsu”. Tahapan penelitian
meliputi : (a) pengumpulan data, (b) riset atau wawancara narasumber. (c) pembuatan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam puisi karya Agus R. Sarjono yang berjudul sajak palsu
menceritakan tentang kehidupan di negeri yang penuh dengan kepalsuan atau kebohongan. Dari
sebuah instansi pendidikan, kerja dan pemerintah di Indonsesia. “Berawal dari kepalsuan menjadi
palsu”. Hal itu tergambar dari guru yang penuh dengan kepalsuan melahirkan murid-murid yang
pintar tapi palsu.

Kata kunci : guru, murid, instansi, kebiasaan, kepalsuan, Indonesia.

THE ANALYSIS OF SAJAK PALSU BY AGUS R. SARJONO

Abstract

This study aims to analyze the meaning in the poem by Agus R. Sarjono named Ruang Tam Manusia.
The type of this research is descriptive qualitative. The source of research this data is the poem by
Agus R. Sarjono entitled "Sajak Palsu". Research stages include: (a) followers data, (b) research or
interviews of resource persons. (c) making conclusions. The results showed that in poem by Agus R.
Sarjono entitled Sajak Virus told about life in a country that full of falsity or lies. Education, work and
government in Indonesia. "Starting from falsity to virus". It is reflected from the teacher who is full of
falsity gave birth to students who are smart but falsity.

Keywords : teacher, student, institute, habits, falsity, Indonesia.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa program pendidikan bahasa dan seni sudah sepatutnya

kita menyadari bahwa sebuah karya sastra adalah sesuatu yang sangat kaya

dengan makna. Karya tersebut harus dapat di pahami agar dapat diketahui makna

yang terkandung didalamnya.

Selain itu, kita dihadapkan pada sebuah tantangan bahwa kita akan menjadi

seorang pengajar yang dituntut untuk mempunyai kompetensi untuk mengajarkan

sastra, yang salah satunya adalah pemahaman terhadap genre sastra puisi. Oleh

sebab itu, maka kita harus senantiasa dapat memahami bagaimana cara atau

metode dalam memknai sebuah karya sastra yang dalam hal ini adalah puisi.

Semenjak kecil kita diajarkan untuk dapat membaca demikian juga

menulis, namun menggambar menjadi sesuatu yang dianggap kurang penting,

sehingga seringkali mengakibatkan kita tertinggal ketika dihadapkan pada

persoalan bagaimana mengetahui arti dan fungsi sebuah gambar, padahal kita

dikelilingi oleh gambar atau visual image yang selalu bertambah dan semakin

canggih.
B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah yang penulis susun adalah

sebagai berikut :

1. Apa makna yang terkandung dari puisi Agus R. Sarjono yang berjudul

“Sajak Palsu”.

2. Bagaimana mengilustrasikan sebuah puisi dengan cara menyatukan elemen-

elemen desain.

C. Tujuan

1. Memberikan gambaran tentang bagaimana cara memahami sebuah puisi.

2. Memberikan makna atau tafsiran tentang puisi karya Agus R. Sarjono yang

berjudul “Sajak Palsu”.

D. Kegunaan

Artikel ini diharapkan menjadi sebuah gambaran tentang cara atau langkah

yang haus ditempuh oleh seorang apresiator dalam memaknai sebuah puisi, lebih

khusus tentang hakikat puisi.

E. Metode

Disusun dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik

tinjauan studi pustaka dan wawancara.


PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

Memahami sebuah puisi ternyata bukanlah hal yang mudah. Hal ini

disebabkan bahwa puisi merupakan sebuah karya yang multi interpretatif,

sehingga memungkinkan makna yang lebih dari satu tergantung dari sudut

mana apresiator menerjemahkan puisi tersebut.

Kemultiinterpretatifan puisi merangsang para ahli sastra untuk

memberikan kemudahan dalam memahami sebuah puisi, seperti yang dilakukan

oleh Prof. Dr. Mursal Esten dalam bukunya yang berjudul Memahami Puisi.

Beliau memberikan sepuluh petunjuk dalam memahami puisi.

Kesepuluh langkah tersebut adalah:

1. Perhatikanlah judulnya

2. Lihat kata-kata yang dominan

3. Selami makna konotatif

4. Makna yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa.

5. Untuk menangkap maksud sebuah puisi, prosakanlah atau parafrasekan

puisi tersebut.

6. Usut siapa yang dimaksud kata ganti yang terdapat dalam puisi tersebut.

7. Temukan pertalian antara semua unsure dalam puisi

8. Mencari makna yang tersembunyi


9. Memperhatikan corak sebuah sajak

10. Harus dapat menunjukan bait mana, atau larik mana yang menjadi sumber

tafsiran tersebut.

Ternyata, dalam memahami puisi tidak hanya dapat dilakukan dengan

meninjau unsur fisiknya saja, melainkan ada unsur lain yang tidak kalah

pentingnya untuk dipahami.

Herman J. Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi

mengistilahkan unsur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur

hakikat puisi, yakni:

1. Tema

Herman J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut

mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi,

sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi

keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi

tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi

tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan


oleh Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan

penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.

3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca,

beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang

dikemukakakn oleh Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin

bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.

4. Pesan (Amanat)

Herman J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud

yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair”.

Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang

merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.

B. METODE PENELITIAN

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dugunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah

teknik tidak langsung, artinya peneliti mengumpulkan data melalui catatan-


catatan pribadi atau hasil karya seseorang, teknik ini disebut juga sebagai

studi documenter.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai

instrumen kunci. Peneliti sebagai perencana, pelaksana pengumpul data,

analisis data, dan pada akhirnya menjadi pelapor dari hasil penelitian yang

dilakukan.

C. HASIL PENELITIAN

Sajak Palsu
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998

1. Analisis

Dari puisi di atas yang berjudul “Sajak Palsu” yang di tulis oleh Agus

R. Sarjono. Menceritakan tentang kehidupan di negeri ini yang penuh

dengan kepalsuan atau kebohongan. Dari sebuah instansi pendidikan, kerja

dan pemerintah di Indonesia.” Berawal dari kepalsuan menjadi palsu”. Hal

itu tergambar dari guru yang penuh dengan kepalsuan melahirkan murid-

murid yang pintar tapi palsu.

a. Analisis Struktur Fisik :

Penyair menggunakan diksi yang mudah di pahami. Bentuk puisi lebih

kelihatan seperti sebuah karangan cerita. Tidak berupa bait yang

terpisah-pisah.
b. Analisis Struktur Batin :

1) Tema

Kebohongan yang menciptakan kepalsuan yang telah mendarah

daging di Negara ini.

2) Nada

Penyair dalam penyampaiannya bernada lugas dan tegas,

dengan tujuan mengingatkan kepada Si pembuat kepalsuan sadar

akibat yang akan terjadi.

3) Perasaan

Ungkapan perasaan penyair terhadap mereka yang akrab

mengobral kepalsuan, dengan menggebu-gebu penuh dengan amarah.

4) Amanat

Penyair berharap para pengobral kepalsuan di negeri menuju

kejujuran sehingga mendapatkan hasil yang baik dan tidak

menghancurkan negara.

Ada beberapa kesalahan yang membuat kehormatan guru tercemar

karena kasus nilai palsu. Kesalahannya sepele, yakni:

a. Kesalahan ke-1, tak ada kejelasan niat dan tujuan menjadi guru.

Ketika seseorang memutuskan menjadi guru, sadarkah dia bakal

turut menentukan masa depan orang lain? Menentukan masa depan,

bukankah perkara paling penting dalam kehidupan? Tujuan yang benar

mesti diraih melalui cara-cara yang benar pula. Ketidakjelasan


tujuanmemutuskan pilihan hidup menjadi guru, itu baru satu hal.

Bersikap culas untuk meraih tujuan hidup, itu hal lain. Jika keduanya

terjadi, sempurna kerusakannya. Celakanya, virus kerusakannya bisa

ditularkan kepada murid-murid dan orang lain. Guru palsu sudah

merancang masa depannya sendiri yang rusak dan merusakkan orang

lain. Berbahaya, bukan?

b. Kesalahan ke-2, lahirnya cara berpikir sesat,ijaza dengan nilai tinggi

adalah segala-galanya dalam hidup.

Ijazah itu benda mati. Karena mati, dia bisa kita rekayasa sesuka

hati. Tapi, pemegang ijazah adalah manusia. Makhluk sempurna karena

dikaruniai akal. Dia bisa bedakan mana yang benar dan salah. Ijazah itu

ya begitu-begitu saja, statis. Tapi, perilaku dan kompetensi guru itu

mesti diperbaharui. Kekeliruan terbesar dalam hidup guru adalah

mengagung-agungkan kehebatan ijazah dan melupakan pentingnya cara

untuk meraih ijazah. Setelah ijazah dimiliki, apakah persoalan hidup

selesai? Tidak, justru perjuangan sedang dimulai untuk tunjukkan sikap

tanggung jawab dalam hidup. Kontribusi apa yang bisa diberikan untuk

pendidikan Indonesia? Bukan, keuntungan apa yang bisa dikeruk selama

menjadi guru di Indonesia? Guru palsu bisa dipastikan abai dengan

tanggung jawab. Hobinya menuntut hak bahkan tega merampas hak-hak

murid, orangtua murid, dan masyarakat.

c. Kesalahan ke-3, penilaian guru tak berbasis kinerja.


Kita butuh waktu puluhan tahun untuk membangun reputasi yang

penuh integritas. Namun, hanya butuh waktu beberapa detik saja untuk

menghancurkannya. Orang bernilai palsu, tanda dirinya tak percaya diri

dan tak punya kemampuan mumpuni. Karena malas berpikir dan lemah

iman, memalsukan nilai seakan hanya satu-satunya pilihan untuk

dilakoni. Seperti tak ada cara lain saja yang bisa dipastikan halal dan

‘thoyib’nya. Inilah ciri pribadi yang takpandai mengelola akal, hati, dan

nafsu. Kerja pengen minimalis, tapi untung ingin meruah-ruah.

Hanya ada satu cara untuk membuka topeng di wajah guru-guru palsu,

lakukan penilaian berbasis kinerja. Jangan beri mereka penilaian dengan

menggunakan soal pilihan ganda. Soalnya bisa mereka ‘akalin’ dan tak

cerminkan kiprah mereka yang sesungguhnya. Pastikan isi kepala, perilaku,

dan keterampilan mengajar guru bisa dievaluasi secara komprehensif. Coba

cek kesabaran dalam mendidik murid, dedikasi dan loyalitas, keterampilan

mengajar, produktivitas berkarya tulis, inovasi dalam pembelajaran, dan

aspek lainnya yang berupa artefak atau dokumen yang bisa divalidasi.

Portofolio, salah satu instrumen yang bisa menguak kepalsuan pribadi jahat

yang mengaku dirinya guru.

2. Konsep Kerangka Gambar

a. Titik : penulis menggunakan titik untuk menggambarkan hujan

sebagai efek dramatis dalam ilustrasi tersebut.


b. Garis : Garis yang penulis ciptakan berantakan agar mengesankan

kekacauan yang ada. Penulis juga menyusun garis menyerupai

tangga di gambar tersebut sebagai pemaknaan alat untuk sampai

lebih tinggi.

c. Bentuk : penulis menggunakan banyak bentuk didalam gambar ini.

Seperti bentuk menyerupai topeng, penggambaran dari sifat

kebohongan. Yang berbeda-beda. Ditambah bentuk menyerupai

petir sebgai efek dramatis gambar tersebut, dan bentuk menyerupai

makhluk kecil.

d. Bidang : Lalu ada persegi panjang sebagai pengklasifikasian

pekerjaan.

e. Tekstur : Penulis menggunakan tekstur maya untuk menghasilkan

kesan permukaan tertentu pada bentuk topeng dengan pengolahan

secara manual dengan cara membuat garis.

f. Warna : Warna yang penulis aplikasikan keagambar adalah

monokrom (Hitam-Putih), agar berkesan simple dan lawas.


3. Gambar Ilustrasi Sajak Palsu Agus R. Sarjono
PENUTUP

A. Simpulan

Setelah menganalisis puisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa puisi

begitu sarat dengan makna yang sangat berguna bagi kita dalam menempuh

kehidupan, Puisi diatas menceritakan tentang kehidupan di negeri ini yang penuh

dengan kepalsuan atau kebohongan. Dari sebuah instansi pendidikan, kerja dan

pemerintah di Indonesia. “Berawal dari kepalsuan menjadi palsu”.

Mengkaji tema, perasaan, nada, suasana, dan amanat sebuah puisi

memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis, juga makna yang

terkandung dalam sebuah puisi tidak terlepas dari nuansa religius yang dapat

memperkokoh keimanan.

B. Saran

Penulis hanya bisa menyarankan agar mempelajari dan memaknai sebuah

puisi bukan Karena tuntutan tugas atau lain hal, melainkan karena panggilan jiwa

yang merasa butuh akan amanat yang terkandung dalam sebuah puisi.
DAFTAR PUSTAKA

Esten, Pro. Dr. Mursal. 1987. Memahami Puisi. Bandung: Penerbit Angkasa.

Waluyo, Herman J. 1687. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Sarjono, Agus R. 1996. Kenduri Air Mata: Dua Kumpulan Sajak. Bandung:
Forum Sastra Bandung.

Sidhartani, Ndaru. 2010. Diktat Perkuliahan Nirmana. Jakart: Program Studi Desain
Komunikasi Visual Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Indraprasta PGRI.

Anda mungkin juga menyukai