Anda di halaman 1dari 3

NAMA: Elfiza /22129397

Darma Nuraini /22129257


TUGAS: Menganalisis puisi

KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi


tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan


atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat


Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

MenganalisiS unsur intrinsik dan ekstrinsik dari puisi “Karawang Bekasi”


1. Tema
Tema yang diangkat dalam puisi ialah tentang perjuangan para pejuang yang telah
gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, yang menggambarkan
keadaan para pejuang yang terbaring di antara daerah Karawang dan Bekasi, yang
tidak bisa lagi berteriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi, tetapi mereka masih
berbicara dan berharap agar perjuangan mereka diingat dan dilanjutkan oleh generasi
berikutnya

2. Suasana
Suasana dalam puisi ini terasa hening dan sepi, di mana para pejuang berbicara
dalam keheningan malam. Terdapat pula suasana sedih dan haru karena para pejuang
yang telah gugur dan tinggal tulang-tulang berserakan.

3. Gaya Bahasa
Puisi ini menggunakan gaya bahasa metafora, simbolisme, dan repetisi. Metafora
terdapat pada baris "Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang
kami maju dan mendegap hati?" yang menggambarkan keberanian para pejuang
dalam menghadapi musuh.
Simbolisme terdapat pada baris "Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang
berdetak" yang menggambarkan kesepian dan kekosongan hati para pejuang yang
telah gugur.
Repetisi terdapat pada baris "Kenang, kenanglah kami" yang menegaskan
pentingnya mengenang jasa para pejuang

4. Ritme
Ritme puisi ini terdiri dari dua macam, yaitu ritme lambat dan ritme cepat. Ritme
lambat terdapat pada bagian pertama puisi yang menggambarkan pemandangan kota
Karawang Bekasi, sementara ritme cepat terdapat pada bagian kedua yang
menggambarkan kehidupan para pekerja

5. Struktur
Puisi ini terdiri dari empat stanza yang terdiri dari tiga baris setiap stanza. Setiap
stanza memiliki irama yang sama, yaitu "Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi dan Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak serta Kenang,
kenanglah kami"

6. Amanat
Dalam puisi ini terdapat mengajak kita untuk terus mengenang dan menghargai para
pejuang kemerdekaan Indonesia, menjaga semangat perjuangan mereka, dan
mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia adalah
tugas bersama, bukan hanya tanggung jawab dari satu atau beberapa orang saja

Unsur Ekstrinsik:

1. Konteks Sejarah
Puisi ini ditulis pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, di mana perjuangan
untuk merebut kemerdekaan telah dilakukan oleh para pejuang yang telah gugur.
Puisi ini menggambarkan keadaan dan perasaan para pejuang yang telah berjuang
dan gugur dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

2. Kondisi Sosial dan Politik


Puisi ini menggambarkan kondisi sosial dan politik pada masa perjuangan
kemerdekaan Indonesia yang belum stabil. Para pejuang masih berjuang untuk
merebut kemerdekaan Indonesia dan harus menghadapi musuh yang kuat.

3. Biografi penyair
Khairil Anwar merupakan seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang terkenal
dengan puisi puisi perjuangannya, dimana ia lahir di Medan pada tahun 1922 dan
meninggal di Jakarta pada tahun 1999. Ia aktif dalam gerakan kemerdekaan
Indonesia dan terlibat dalam berbagai aktivitas sosial-politik.
Khairil Anwar merupakan seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang lahir di
Medan pada tahun 1922 dan meninggal di Jakarta pada tahun 1999

4. Konteks Sastra
Puisi ini termasuk dalam kumpulan sajak karangan Khairil Anwar yang diterbitkan
pada tahun 1971. Kumpulan sajak ini berjudul "Deru Campur Debu" dan terkenal
sebagai salah satu karya sastra Indonesia yang menggambarkan perubahan sosial dan
budaya di era modernisasi.

Anda mungkin juga menyukai