Anda di halaman 1dari 5

Fungsi Air Dalam Tubuh

Agar tidak menunda-nunda untuk minum, Anda harus tahu fungsi penting air dalam tubuh
manusia, seperti disampaikan dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M. Gizi, Sp. GK dalam sebuah
acara di kawasan Menteng. Kedelapan fungsi itu adalah:
1. Mengatur suhu tubuh
Salah satu fungsi utama air adalah mengatur suhu supaya tubuh tetap stabil dalam kondisi
panas. “Misalnya, setelah 12 jam lebih berpuasa, Anda merasa tubuh haus. Terus rasanya ada
hangat itu di dalam. Itu akibat terjadi dehidrasi akibat udara di luar sangat panas. Nah, air itu
berfungsi mengatur suhu tubuh supaya tetap stabil dalam kondisi panas,” kata dr. Nurul.
2. Melembapkan dan membasahi mukosa
Fungsi lain air adalah melembapkan mukosa, terutama di mulut, hidung, dan mata. Dijelaskan
dr. Nurul, saat bernapas, ada kandungan air dalam udara.
“Jadi jangan heran kalau di area dalam hidung itu basah. Mulut juga secara normal basah, ada
air liurnya. Tidak heran saat puasa, kita terasa mukosa di mulut Anda terasa sangat kering,”
ucap Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
3. Lubrikan pada sendi
Air dalam tubuh juga berfungsi untuk melubrikasi alias pelumas sendi. “Karena sendi manusia
itu untuk bergerak butuh air. Kalau kurang cairan, ya bisa tidak nyaman saat bergerak.”
4. Melindungi organ dan jaringan dalam tubuh
Fungsi air lainnya adalah melindungi organ dan jaringan dalam tubuh. “Ingat lo, sel-sel di dalam
tubuh itu semuanya isinya adalah air. Jadi, sangat penting kecukupan air,” kata dr. Nurul.
5. Mencegah konstipasi
“Kalau bicara konstipasi, kebanyakan orang akan berpikir masalah serat. Jangan lupa, air juga
berperan di sini. Sebelum dibuang menjadi kotoran, air itu diabsorbsi oleh tubuh,” dr. Nurul
menjelaskan.
Kalau Anda kurang minum, dr. Nurul menjelaskan, absorbsi di dalam tubuh di usus besar juga
akan berkurang. Akibatnya, konsistensi kotoran juga akan menjadi lebih keras dan mempersulit
untuk BAB.
6. Melarutkan zat gizi
Air juga berfungsi untuk melarutkan zat gizi dan membawanya ke berbagai bagian tubuh. “Zat
gizi itu dibawa oleh siapa? Tentu saja oleh darah, dan darah itu komponennya 80 persen lebih
adalah air,” ujar perempuan berhijab itu.
Jadi bisa dibayangkan kalau Anda kekurangan air, tentu saja proses membawa nutrisi di dalam
semua organ tubuh akan terganggu.
7. Membawa oksigen ke jaringan tubuh lain
Di samping membawa nutrisi, darah juga menyalurkan oksigen dan zat besi ke berbagai
jaringan tubuh. Transfer oksigen pada orang yang mengalami kekurangan cairan juga akan
terhambat. “Enggak heran, banyak yang pusing saat dehidrasi,” tutur dr. Nurul.
8. Membuang sisa metabolisme
Salah satu kerja darah adalah membawa air, membuang sisa metabolisme, dan membantu
proses biokimia. “Jadi di dalam tubuh manusia itu ada proses biokimia untuk mencerna
karbohidrat, protein, lemak. Semuanya itu butuh air sebagai buffer. Tanpa air, tubuh tidak
dapat memetabolisme zat-zat tersebut. Dan, tentu saja, metabolisme tubuh Anda juga akan
terganggu.”

Komponen Cairan Tubuh


Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.
1. Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam
larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
Kation : Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium≤ (Na+), sedangkan kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding
sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
2. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di dalam
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.12 Kadar natrium
dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi
natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter.
Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan
keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan
pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium.
Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan
interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan
apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.
3. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting di dalam
terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53
mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah
kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter,
kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan
konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter
dan keringat 10 mEq/liter.
4. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan lewat faeces
dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang,
keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid,
tiroid, testis, ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1%
dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.
5. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan + 10 mg/hari.
Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
Anion: Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-)≤ dan bikarbonat (HCO3-),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-).
6. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir daripada
metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang akan
dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting peranannya
dalam keseimbangan asam basa.

7. Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya
termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s
law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi

Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena
tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat
yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/
zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.

Dialisis
Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi
akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul terlarut yang oke berukuran lebih kecil
dari pori-pori membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar
akan tertahan di dalam kantung membrane. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun
membran dialisis yang cukup umum dipakai karena bersifat inert untuk berbagai jenis senyawa
atau molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi ditentukan oleh beberapa kondisi:
1. Konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialisis. Jika konsentrasi
molekul terlarut di lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam
kantung dialisis maka laju difusi akan semakin cepat.
2. Luas permukaan kantung dialisis. Semakin luas permukaan membran yang digunakan
maka laju difusi akan semakin cepat.
3. Volume pelarut. Jika rasio luas permukaan membran dengan volume pelarut besar maka
laju difusi akan berlangsung dengan cepat karena molekul terlarut dapat berdifusi dalam
jarak yang dekat.

Anda mungkin juga menyukai