Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGAMATAN DIFUSI OSMOSIS PADA


UMBI KENTANG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


Semester ganjil, tahun akademik 2019/2020

Dosen : Sulis Eka Ariyaning Putri,M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Assayyidatul Muazimah
NIM : 200602110056
Kelas : Biologi A

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan unit paling kecil penyusun makhluk hidup. Sedemikian
kecilnya hingga untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop. Akan tetapi sel
merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan memiliki mekanisme kerja
yang sangat canggih, hingga mampu menjalankan fungsi-fungsi dasar kehidupan.
Itu sebabnya kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari fungsi sel.
Sel manusia berbeda dari sel tumbuhan. Sel tumbuhan dilindungi oleh
dinding sel yang kuat dan kaku, sedangkan sel manusia dan hewan tidak
dilindungi oleh dinding sel, tetapi dibungkus oleh membran plasma yang bersifat
selektif permeabel. Karena sifatnya tersebut, tidak sembarang zat atau senyawa
dapat masuk ke dalam sel. Melalui membran plasma terjadi dua proses transpor
atau perpindahan, yaitu transpor aktif dan transport pasif. Transpor pasif
merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi dari sel, sedangkan
transpor aktif merupakan perpindahan zat yang memerlukan energi. Perpindahan
zat ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antar larutan. Transpor aktif melalui
peristiwa endositosis, dan eksositosis. Transpor pasif melalui peristiwa difusi dan
osmosis.
Proses terjadinya difusi dan osmosis dapat diamati dari uji coba yang
sederhana. Berdasarkan teori yang ada di buku, zat yang ada di dalam dan diluar
sel akan melakukan perpindahan untuk mencapai keseimbangan. Proses osmosis
dan difusi berlangsung pada kehidupan sehari-hari manusia, tanpa disadari oleh
manusia itu sendiri. Contohnya proses difusi yang berlangsung saat manusia
menghirup nafas. Padahal proses tersebut merupakan proses yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia, tanpa adanya kedua proses tersebut maka
manusia tidak akan dapat bertahan hidup.
Dalam surat at-Thaha ayat 53 Allah SWT telah bersabda yang artinya:
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan.
Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan
yang bemacam-macam.” Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah
SWT telah menciptaan berbagai macam jenis tanaman di muka bumi ini, hal
tersebut mengartikan bahwa kita sebagai manusia seharusnya memanfaatkan hal
tersebut untuk mempelajari ilmu tersebut, salah satunya dengan mempelajari
proses transportasi zat dalam sel tanaman yaitu difusi dan osmosis. Oleh karena
itu praktikum “Difusi dan Osmosis” ini penting untuk dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh proses difusi dan osmosis terhadap perubahan yang
terjadi pada kentang (Solanum tuberosum).

1.2 Rumusan Masalah


1. Adakah perubahan bentuk yang terjadi pada kentang (Solanum tuberosum)
setelah dilakukan perendaman?
2. Adakah perubahan volume dan warna yang terjadi pada kentang (Solanum
tuberosum) setelah dilakukan perendaman ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan adanya perubahan
bentuk pada kentang setelah adanya perlakuan perendaman.
2. Untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan adanya perubahan
volume dan warna pada kentang setelah adanya perlakuan perendaman.
1.4 Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu tulisan ilmiah
yang menjadi sumber informasi dan menambah wawasan tentang
pelaksanaan praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dosen, memberikan informasi mengenai analisis pelaksanaan
praktikum sehingga dapat dijadikan evaluasi untuk penelitian yang
akan datang.
b. Bagi Mahasiswa, memberikan pengalaman sebagai landasan praktikum
di masa yang akan datang.
c. Bagi Universitas, sebagai referensi untuk praktikum yang akan datang.
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Morfologi Tanaman Kentang


Kentang merupakan jenis tanaman semusim dan berumur pendek karena
hanya sekali berreproduksi, setelah itu mati, berbentuk perdu dan semak.
Batangnya agak keras dan bersegi, akan tetapi tidak begitu kuat hingga mudah
roboh ke tanah bila terkena angin kencang. Umumnya berdaun rimbun dan letak
daunnya berselang seling. Bentuk daun oval dengan ujung meruncing dengan
tulang-tulang daunnya menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau muda sampai
hijau tua hingga kelabu.
Tanaman kentang memilki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang dapat menebus tanah sampai kedalam 4,5 M, sedangkan akar serabut
umumnya tumbuh menyebar. Diantara akar-akarnya ada yang berubah dan fungsi
menjadi umbi yang besar, bulat atau lonjong sebagai gudang karbohidrat dan
mempunyai banyak mata pada bagian ujungnya. Susunan tubuh utama terdiri dari
stolon, umbi, batang, daun, bunga, biji, buah dan akar. Stolon merupakan tunas
lateral yang tumbuh di ketiak daun di bawah permukaan tanah. Stolon tumbuh
memajang dan melengkung. Pada bagian ujungnya kemudian membesar dan
membentuk umbi.
Kelopak bunga terdiri dari daun kelopak yang berlekatan, mahkota yang
berbentuk bintang, terompet atau corong. Benang sari lima yang tertanam pada
mahkota. Bakal buah menumpang dan beruang dua, tiap ruang banyak terdapat
biji. Tangkai putik satu dan buahnya berbentuk buni dan didalamnya berisi
banyak biji. Secara anatomi umbi kentang tersusun atas epidermis, korteks,
jaringan pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem, sedikit kambium serta
terdapat jaringan gabus.
Kentang memiliki banyak faedah bagi manusia, baik sebagai makanan
pokok, makanan ringan atau tambahan dan bahkan dapat juga dibuat sayuran,
karena gizi yang cukup tinggi. Kentang banyak mengandung vitamin B, C dan
sedikit vitamin A, selain itu kaya akan karbohidrat. Sementara kandungan utama
kentang mencakup air 80%, karbohidrat 8% dan protein 12%. Kandungan dan
komposisi gizi umbi kentang (Solanum tuberosum) dalam 100 gram bahan dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Kandungan Gizi Solanum tuberosum/100 gr bahan
No Kandungan Gizi Jumlah
1. Kalori 83 Kal
2. Protein 2,0 gr
3. Lemak 0,1 gr
4. Karbohidrat 19,1 gr
5. Kalsium 11 gr
6. Pospor 56 gr
7. Zat besi 0,7 gr
8. Vitamin B 0,11 gr
9. Vitamin 17 gr
10. Air 64 gr
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI
Demikian penting dan besarnya manfaat umbi kentang, bila dalam
makanan mengandung bahan tersebut dan mencukupi nilai gizi yang dikomsumsi
sehari-hari, maka akan terjamin kesehatan tubuh. Untuk membentuk tubuh dalam
keadaan sehat dan kuat diperlukan mengonsumsi makanan yang cukup
mengandung nilai-nilai gizi. Untuk itu diharapkan pada semua penduduk dapat
mengolah makanannya sehari-hari dengan cukup bervariasi, sehingga nilai gizi
mendukung kesehatan yang baik.

2.2 Pengertian Difusi


Difusi merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat yang
ditimbulkan oleh energi kinetik. Dimana molekul-molekul tersebut cendrung
menyebar ke segala arah sampai terdapat suatu konsentrasi yang sama. Difusi zat
terjadi dari suatu tempat yang banyak mengandung molekul-molekul atau tempat
yang konsentrasinya pekat menuju tempat yang sedikit mengandung molekul atau
konsentrasi rendah.
Jika pertikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya
tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-pertikel itu akan tersebar merata
dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi akan terdapat
banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel lebih pekat ke daerah
yang partikelnya kurang pekat, dan secara menyeluruh gerakan partikel pada arah
tertentu disebut difusi.
Pada tumbuhan, air dan garam garam mineral masuk ke dalam tumbuhan
melalui epidermis akar, dimana terdapat perbedaan konsentarsi antara sel-sel akar
dengan cairan yang ada di sekeliling akar. Sel-sel akar mempunyai konsentarsi
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan sekelilingnya. Hal ini dapat
ditandai dengan semakin dalam masuknya sel-sel akar maka akan semakin banyak
terdapat penimbunan garam sehingga semakin ke dalam defisit tekanan difusi
semakin besar. Makin besar perbedaan konsentarsi antara dua daerah maka makin
tajam gradasi konsentasi makin besar kecepatan difusinya. Salah satu bagian
difusi adalah osmosis yaitu perpindahan air dari larutan yang mempunyai
konsentarsi rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tingi melalui
membran semipermeabel.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
 Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
 Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
 Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
 Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
 Suhu. Semakin tinggi suhu,partikel mendapatkan energi untuk bergerak demgan
lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.

2.3 Pengertian Osmosis


Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.Osmosis
adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari
osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul
“solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah rendah ke daerah tinggi melalui
sebuah membran “semipermeable”. Membran ini menunjuk ke membran sel atau
membran apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran
sel. Gerakan dari solven berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang
tercapai di kedua sisi membran.
Jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermeabel
ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa
sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput
selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan
bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi
melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang
konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah
melalui selaput selektif permeabel. Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih
tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan
hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam
sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat
terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.
Osmosis harus melewati membran. Jadi jika terjadi perpindahan pelarut tanpa
melalui membran selektif semipermeabel bukanlah osmosis tetapi peristiwa
tersebut adalah difusi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan


Alat :
1. Ember/Cup 3 Buah
2. Stopwatch/Jam 1 Buah
3. Timbangan (neraca digital) 1 Buah
4. Sendok 3 Buah
Bahan :
1. Tinta cair/ pewarna makanan (biru) 5 Tetes
2. Kentang (Solanum tuberosum) 1 Buah
3. Garam/Larutan garam 200 ml
4. 4. Gula/Larutan gula 200 ml
5. Air mineral (aquades) 400 ml
Prosedur Kerja :
1. Isi satu ember/cup dengan air garam (200 ml).
2. Isi ember/cup lain dengan pewarna makanan 5 tetes dengan air 1 gelas
(200 ml)m dan ember/cup lainnya dengan larutan gula sebanyak 200 ml.
3. Potong/iris kentang (Solanum tuberosum) berbentuk kotak sebanyak 4
buah. Kemudian masing-masing dari ketiga irisan ditimbang beratnya.
4. Masukkan satu potong/irisan kentang kedalam ember/cup yang berisi air,
air berpewarna, berisi larutan gula dan satu potong lainnya kedalam gelas
beker berisi air garam.
5. Biarkan selama 12 jam atau lebih.
6. Ambil potongan kentang kemudian ditimbang kembali setelah 12 jam atau
lebih.
7. Potong kentang menjadi 2 bagian, amati perbedaan tekstur dagingnya.
8. Catat volume air (aquades), volume air gula dan volume air garam di
masing-masing gelas setelah 12 jam.
9. Catat hasil pengamatan dan masukkan ke dalam tabel hasil pengamatan
3.2 Analisis data
Berdasarkan praktikum “Difusi dan Osmosis” yang telah dilakukan
didapatkan hasil berupa perubahan yang terjadi pada berat, tekstur, dan warna
kentang (S. tuberosum) dan perubahan pada volume air rendaman. Kentang dalam
air bepewarna mengalami perubahan berat yakni dari 25 gr menjadi 30 gr, kentang
dalam larutan gula mengalami perubahan dari 25 gr menjadi 30 gr juga dan begitu
juga dengan air mineral. Hal yang berbeda terjadi pada kentang yang direndam
dalam air garam dimana berat justru berkurang dari 25 gr menjadi 20 gr.
Menurut Betts (2017), Kentang pada air garam 10% kehilangan ukuranya
dan masanya karena osmosis membuat air berpindah dari area berkonsterasi tinggi
(kentang) ke yang rendah (Larutan garam). Konsentrasi sendiri merupakan satuan
partikel per unit volume. Perubahan tersebut secara umum diakibatkan adanya
transpor zat. Perbindahan melekul atau zat pada suatu organisme disebut
transpirasi. Salah satu contohnya adalah difusi. Potensial kimia dan larutan
hipertonis adalah berdifusi. Menurut AlHarbi (2015) Difusi akan berhenti saat
mencapai titik keseimbangan (ekuilibrium).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan pada perubahan bentuk kentang


Tabel 1.1 Tabel Perubahan Berat dan Tekstur Kentang (Solanum tuberosum)
No. Percobaan Berat Berat Tekstur Tekstur
Awal akhir Awal Akhir
1. Pewarna 25 gr 30 gr Keras Keras,lembek di
luar
2. Larutan gula 25 gr 30 gr Keras Keras, lembek di
luar
3. Larutan garam 25 gr 20 gr Keras Keras, dan
sedikit cekung
4. Air mineral 25 gr 30 gr Keras Keras

Pembahasan
Pengamatan bentuk mendapat bahwa kentang dari keempat air rendaman
mengalami perubahan yang sama yaitu dari bertekstur padat atau keras menjadi
berstektur keras dan lembek di bagian luar, sedangkan pada kentang yang
direndam dalam laurtan garam memiliki permukaan yang sedikit cekung. Larutan
garam bersifat hipertonis terhadap kentang dan menyebakan terjadinya lisis pada
kentang disertai keluarnya air dalam kentang ke larutan garam. Hal tersebut
menyebabkan permukaan kentang sedikit cekung.
Kentang yang direndam dalam air gula mengalami proses osmosis.
Osmosis umunya mengacu pada perpindahan air melalui membran. Terjadinya
osmosis dapat dilihat dari perubahan ukurannya. Penyerapan air osmotik terjadi
karena adanya gradient potensial air. Hal tersebut juga terjadi pada tanaman
hidup. Kehadiran gradient seperti itu selama pertumbuhan mengindikasikan sel
harus memiliki dinding sel yang berbeda dana atau perpedaan sifat osmosis untuk
melanjutkan tumbuh.
Perubahan dimensi dan ukuran pada kentang disebabkan oleh osmosis,itu
menunjukan bahwa dengan keberadaan garam dan gula, garam menyerap air
dalam jumlah terbatas saat osmosis. Kentang yang direndam dengan air mineral
mengalami difusi dan terjadi pertambahan berat diakibatkan air mineral meresap
ke dalam kentang yang bersifat hipotonis. Sel-sel dalam kentang menyerap air dan
terjadi turgiditas pada kentang.

4.2 Pengamatan pada perubahan volume air


Tabel 2. Tabel Perubahan Volume dan Warna Kentang (Solanum tuberosum)
No. Percobaan Volume Volume Warna Warna akhir
awal akhir awal
1. Pewarna 0,21 0,1951 Krem Pucat kebiruan
2. Larutan gula 0,21 0,1951 Krem Krem pucat
3. Larutan garam 0,21 0,2051 Krem Krem pucat
4. Air mineral 0,21 0,1951 Krem Krem pucat

Pembahasan
Volume air rendaman keempat-empatnya ternyata mengalami perubahan.
Volume air bepewarna berubah dari 0,2l menjadi 0,195l. Perubahan tersebut sama
dengan perubahan yang terjadi pada volume air larutan gula dan volume air
mineral. Sedangkan pada air larutan garam mengalami perubahan volume dari
0,2l menjadi 0,205l. Kentang yang direndam dalam air bepewarna mengalami
perubahan warna diakibatkan terjadinya proses difusi. Jaringan seluler cenderung
meningkatkan kekebalan pada difusi di akar. Dan berpengaruh pada elastisitasnya.
Air beperwarna meresap ke dalam kentang dikarenakan bersifat hipertonis dan
kentang hipotonis. Akhirnya mengakibatkan kentang berwarna kebiruan.
Kentang yang telah direndam dalam keempat larutan setelah diamati
warnanya ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Ketiga kentang
tetap memiliki warna krem seperti warna saat sebelum dilakukan perlakuan
namun kentang yang telah diambil dari rendaman selama 12 jam sedikit memudar.
Sedangkan pada kentang dengan perlakuan rendaman air beperwarna biru, warna
kentang berubah cukup drastis yang mana dari warna awal krem menjadi warna
krem kebiru-biruan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari
daerah dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit .
Tekanan osmosis ditentukan oleh 4 faktor yaitu molaritas atau konsentrasi zat
terlarut, konstanta ionisasi, konstanta gas, dan temperatur absolut larutan.
Dari data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kentang yang mengalami
penambahan berat terjadi karena larutan bersifat hipotonis terhadap kentang.
Sedangkan jika terjadi pengurangan berat karena larutan bersifat hipertonis
terhadap kentang. Keras lunaknya kentang bergantung pada konsentrasi larutan.
Semakin hipertonis larutannya, maka semakin lembek kentangnya, juga semakin
banyak pengurangan beratnya.
Osmosis adalah perpindahan air, dari larutan hipotonis ke larutan
hipertonis melalui membaran semipermeabel. Saat kentang direndam dalam
larutan gula akan terjadi perpindahan air secara osmosis dari sel-sel kentang
keluar menuju ke larutan. Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel kentang
hipotonis terhadap larutan gula yang hipertonis. Untuk kentang yang direndam
dalam air biasa, peristiwa yang berkebalikan terjadi. Air dari larutan masuk
kedalam sel-sel kentang, karena sel-sel kentang hipertonis dibandingkan air. Hal
ini yang menyebabkan volume air berubah.

5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan lebih banyak
contoh umbi-umbian lain, untuk mengetahui laju osmosisnya. Dalam penelitian
lain diperlukan alat dan metode yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang
lebih valid. Untuk menyempurnakan, ada baiknya jika para pembaca memberi
masukan dan kritikan perihal kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini.
Dengan ini penulis dan pembaca bisa saling berbagi ilmu mengenai apa yang
disampiakan terkhusus pada materi inti pada makalah ini. Di harapkan juga agar
kedepannya tulisan-tulisan yang berkaitan dengan osmosis dapat diperbanyak
lagi, mengingat masih minimnya informasi mengenai proses osmosis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Alharbi, N. N. S., et al. 2015. Influence of Particle Theory Conception on Pre-


Service Science Teacher Understanding of Osmosis and Diffusion. Journal
of Biological Education. 49(3).
Betts, Charis. 2017. Effect of Potato Submerged in Saltwater to Demonstrate
Osmosis. Biology 12. No.4.
Iraningtyas. 2017. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI berdasarkan kurikulum 2013
edisi revisi 2016. Jakarta: Erlangga.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum
Tuberosum dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education. Vol. 4 No. 1
Campbell, N. A, J. B. Reece dan C. G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid I.
Erlangga.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai