Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Bp. Muh. Parhan Mubarok, M.Ag

Oleh :

1. Ahmad SyakirWildani ( 021.011.0083 )


2. Siti Awaliyah Afifah ( 021.011.0002 )
3. Tazqia Nur Alfiani ( 021.011.0090 )

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh.

Alhamdulillahhirobbil’alamin segala puji dan syukur kami


panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya yang telah memberikan kesehatan, kemaslahatan, kelancaran berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Solawat serta salam tak luput kami curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada kita sebagai
umatnya hingga akhir jaman.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat, menambah


pengetahuan, dan membawa kemaslahatan bagi para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jika ada kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf sebesar – besarnya.

Wassalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh.

Cimahi, 26 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Rasm Al-Qur’an .......................................................................3

2.2 Kaidah Rasm Al-Qur'an.........................................................................................3

2.3 Pola, Hukum, dan Kedudukan Rasm Al Qur’an...................................


5

2.4 perkembangan Rasm Al=Qur’an................................................................8

2.5 Pendapat Para Ulama................................................................................... 8

BAB III.......................................................................................................................10

PENUTUP ......................................................................................................................10

A. Kesimpulan ......................................................................................................10

B. Saran .........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasmul Al-Qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu al-qur;an

yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang

dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal lafalnya, maupun

bentuk bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an, dikenal juga dengan Rasm

AL-Qur’an Utsmani.

Tulisan al qur’an utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sahabat

Rasulullah SAW yaitu Utsman Bin Affan. Istilah ini muncul setelah rampungnya

penyalinan al qur’an yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh utsman bin affan

pada 25H.

Para ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada

yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat tauqifi ( ketetapan langsung dari

Rasulullah SAW ) berlandaskan kepada riwayat yang menyatakan bahwa

Rasulullah SAW menerangkan kepada Mu’awIyah tentang tatacara penulisan

wahyu. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa Rasmul

Utsmani bukanlah tauqif, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Qur’an saja.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Apa pengertian dari Rasm Al-Qur’an ?

2. Apa saja kaidah Rasm Al-Qur’an ?

3. Bagaimana Pola, hukum, dan kedudukan Rasm Al-Qur’an ?

4. Bagaimana perkembangan Rasm Al-Qur’an ?

5. Bagaimana pendapat para ulama tentang Rasm Al-Qur’an ?

1.3 Tujuan Masalah

Dari Rumusan masalah dapat diambil tujuan masalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Rasm Al-Qur’an

2. Agar mengetahui kaidah dari rasm al-qur’an

3. Memahami.Pola, hukum, dan kedudukan Rasm Al-Qur’an

4. Mengetahui perkembangan Rasm Al-Qur’an

5. Agar memahami pendapat para ulama tentang Rasm Al-Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian rasm Al-Qur’an


Rasm berasal dari kata yasama, yarsamu, berarti menggambar atau
melukis. Rasm utsmani adalah tatacara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan
pada masa khalifah Utsman Bin Affan, tata cara penulisan ini kemudian
dijadikan standar dalam penulisan kembali atau penggandaan mushaf Al-
Qur’an. Tatacara penulisan inilah yang kemudian lebih dikenal dengan Rasm
Al-Qur’an. Istilah ini lahir bersamaan dengan lahirnya mushaf utsmani, yaitu
mushaf yang ditulis panitia empat, terdiri atasa Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Sa’id bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Harits
Pola penulisan Rasm Utsmani memiliki perbedaan, dan lain dengan kaidah
kaidah atau standar penulisan bahasa Arab baku yang berkembang di dalam
masyarakat modern. Rasm utsmani memiliki kaidah tertentu yang di ringkas
oleh para ulama menjadi enam kaidah. Kaidah kaidah ini sekaligus
membedakannya dengan rasm biasa.

1.2 Kaidah Rasm Utsmani


1. Al Hadzf ( membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf )
a. Meniadakan alif pada Ya ‘nida’ seperti ... Ha tanbih
seperti ... , kata na bila beriringan dengan dhamir seperti ...
lafadz jalalah ... kata ... , kata ... dan ... , setelah huruf lam
pada kata ... antara dua lam pada kata ... bentuk mutsanna
( menunjukan dua ) seperti ... bentuk jamak baik mudzakar
maupun muannas, seperti ... dan ... setiap bentuk jamak
yang mengikuti pola ... dan menyerupai seperti ... dan ...

3
setiap kata menunjukan bilangan seperti ... dan dari
basmallah.
b. Menghilangkan huruf ‘ya pada setiap isim manqush yang
bertanwin seperti ... dan dari kata kata seperti ... ( kecuali
dalam bentuk mutsanna )
c. Menghilangkan huruf wawu ketika bergandeng dengan
huruf wawu yang lain, seperti ...
d. Menghilangkan huruf lam apabila di idgham-kan dengan
sejenisnya seperti ... dan ... kecuali yang dianggap eksespsi
2. Al Jiyadah ( penambahan )
a. Menambahkan huruf alif setelah wawu pada akhir setiap
isim jama atau yang mempunyai hukum jama seperti ....
dan ....
b. Menambah alif setelah hamzah marsunnah ( hamzah yang
terletak diatas tulisan wawu seperti ...
c. Menambahkan huruf alif pada kata ... dan kalimat ....
d. Menambahkan huruf ya pada kalimat ....
3. Al Hamzah
Salah satu kaidahnya adalah apabila hamzah ber harakat sukun,
ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumny. Contoh i’dzan ...
dan u’tumin ... kecuali hal hal tertentu. Adapun hamzah yang
berharakat jika berada di awal kata dan bersambung dengan huruf
tambahan, mutlak harus ditulis dengan alif seperti ...
Adapun apabila hamzah terletak di tengah, harus ditulis sesuai
dengan huruf hamzahnya. Kalau harakatnya fathah dengan alif,
kalau kasrah dengan ya’, kalau dhammah dengan wawu. Tetapi jika
huruf hamzah berharakat sukun, tidak ada tambahan di dalamnya
seperti ...
4. Badal ( pengganti )
a. Huruf alif ditulis dengan “wawu” sebagai penghormatan

4
pada kata ...
b. Huruf alif ditulis “ya” pada kata kata ...
c. Huruf alif ditulis dengan nun taukid khalifah pada kata ...
d. Huruf ha ta’nits ditulis dengan “ ta ‘ maftuhah

5. Washal dan Fashal

a. bila “an” disusul dengan lam alif penulisannya bersambung


dengan menghilangkan huruf nun terlebih dahulu.

b. Min yang bersambungan dengan mim penulisannya disambung


dan huruf min pada mim nya tidak ditulis

c. min yang bersambung dengan man penulisannya disambung


dengan menghilangkan huruf nun

d. An yang bersambung dengan ma penulisannya disambung


dengan menghilangkan huruf nun terlebih dahulu

e. In yang disusul dengan ma ditulis disambung dengan meniadakan


huruf nun terlebih dahulu

f. An yang disusul huruf ma, ditulis bersambung dengan terlebih


dahulu meniadakan nun

g. Kul yang di iringi kata Ma di tulis di sambung

6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi

suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi penulisannya disesuaikan dengan
salah satu bunyinya. di dalam Mushaf Utsmani penulisan kata semacam itu,
ditulis dengan menghilangkan alif.

1.3 Pola, Hukum, dan Kedudukan Rasm Al Qur’an

5
Kedudukan rams Ustman dipersilahkan para ulama, apakah pola penulisan
tersebut merupakan petunjuk Nabi (tawqifi) atau hanya ijtihad para sahabat.

Jumbur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat dengan

alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan

dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para

sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan (ijma)

dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi.

Sekelompok ulama berpendapat lain, bahwa pola penulisan didalam rams

Ustmani tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya ijtihad para sahabat. Tidak pernah

ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan

sebuah riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan

sebuah riwayat dikutip oleh Rajab Farjani : “Sesungguhnya Rasulullah saw,

memerintahkan menulis Al-Qur’an, tetapi tidak memberikan petunjuk teknis

penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-pola tertentu. 

Beberapa orang memperhatikan sikap yang berlebihan dengan menyatakan

pendapat, bahwa Rasm Qur’ani itu adalah tauqifi, yang metode penulisannya

diletakkan sendiri oleh Rasulullah Saw. Mereka mengaitkan Rasm Qur’ani itu

kepada beliau, padahal beliau adalah seorang Nabi yang tak kenal baca tulis.

Mereka mengatakan bahwa Nabi pernah berkata kepada Muawiyah, salah

seorang petugas pencatat wahyu : “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan

qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan

merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan

lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian

6
letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Ibnu

Mubarak termasuk orang yang paling bersemangat mempertahankan pendapat

seperti itu. Dalam bukunya yang berjudul Al-Ibrizt ia mencatat apa yang

dikatakan oleh gurunya; Abdul Aziz Ad-Dabbagh, yang mengatakan sebagai

berikut :

“Tidak seujung rambut pun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang

sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas

dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang

menyuruh mereka (para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang

kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk

kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia

yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”.[3]

Lagi pula, seandainya itu petunjuk Nabi, rasm itu akan disebut rasm

Nabawi, bukannya rasm ‘Utsmani. Belum lagi ummi Nabi diartikan sebagai

buta huruf, yang berarti tidak mungkin petunjuk teknis datang dari Nabi.

Tidak pernah ditemukan suatu riwayat, baik dari Nabi maupun sahabat bahwa

pola penulisan Al Qur’an itu berasal dari Nabi.

Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi

Mushaf ‘Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib,

dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi). Pola

itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah

penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam

Malik berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm

7
‘Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama

mayoritas (jumhur ulama).

Ulama yang tidak mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi,

berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola

penulisan standar (rasm imla’i). Soal pola penulisan diserahkan kepada

pembaca. Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat

menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol

pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an.

1.4 Perkembangan Rasm Al Qur’an


Pada mulanya mushaf para sahabat berbeda antara satu dengan
lainnya. Mereka mencatat wahyu Al Qur’an tanpa pola penulisan standar.
Karena umumnya dimaksudkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak
direncanakan akan diwariskan kepada generasi sesudahnya. Di antara
mereka ada yang menyelipkan catatan-catatan tambahan  dari penjelasan
Nabi, ada lagi yang menambahkan simbol-simbol tertentu dan tulisannya
yang hanya diketahui oleh penulisnya.
Seperti diketahui, pada masa permulaan Islam mushaf Al Qur’an
belum mempunyai tanda-tanda baca dan baris. Mushaf Utsmani tidak
seperti yang dikenal sekarang, dilengkapi tanda-tanda baca. Belum ada
tanda titik, sehingga sulit membedakan antara huruf ya’ (‫)ي‬  dan ba’ (‫)ب‬.
Demikian pula antara sin (‫)س‬dan syin (‫)ش‬, antara tha’ (‫ )ط‬dan zha’ (‫)ظ‬,
dan seterusnya.
Kesulitan mulai muncul ketika Islam mulai meluas ke wilayah-
wilayah non Arab, seperti Persia di sebelah timur, Afrika disebelah
Selatan, dan beberapa wilayah non Arab disebelah barat. Masalah ini
mulai disadari para pemimpin Islam. Ketika Ziyad ibn Samiyyah menjabat
gubernur Bashrah pada masa Mua’wiyah ibn Abi Sofyan (661-680 M) –
riwayat lain menyebutkan pada masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib – ia
memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duwali membuatkan tanda-tanda baca,
terutama untuk menghindari kesalahan dalam membaca Al Qur’an bagi
generasi yang tidak hafal Al Qur’an.

1.5 Pendapat para Ulama


Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian mereka
berpendapat bahwa rasm utsmani adalah tauqifi, dan diajarkan oleh

8
rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah
membacakan ayat al-Quran di hadapan Zaid bin Tsabit untuk ditulis
(imla'), seperti penulisan ‫ واخشوني‬dengan menggunakan ya' pada surat Al-
Baqarah dan tanpa ya' dalam surat Al-Maidah. Contoh-contoh lain banyak
di dalam al-Quran, yang semuanya disaksikan sekelompok besar sahabat.
Semua dasar itu membuktikan rasm al-Qur'an adalah tawqifi bukan hasil
hasil ijtihad para sahabat. Alasan lain adalah sudah ditulisnya al-Qur'an
sejak zaman Rasulullah SAW, meski tidak terkumpul dalam satu tempat
dan urutan surat yang belum ditertibkan.[5]
Pendapat yang mengatakan rasm utsmani bukan tauqifi melainkan hasil
ijtihad sahabat memberikan alasan sebagai berikut:
Rasulullah adalah seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis,
meskipun ini merupakan mukjizat bagi beliau.
Zaid bin Tsabit tidak akan berbeda pendapat dengan sahabat yang lain
pada kalimah ‫ التابوت‬apakah ditulis dengan ta' atau ha' (tak ta'nits), hingga
akhirnya sampai ke telinga Utsman dan beliau memerintahkan menulisnya
dengan ta'.
Jika rasm utsmani tawqifi, maka tidak akan terjadi perbedaan diantara
mushaf-mushaf yang beliau kirim ke berbagai daerah.
Jika tawqifi, maka Imam Malik tidak akan memperbolehkan penulisan al-
Qur'an untuk bahan pelajaran anak-anak yang tidak sesuai dengan rasm
utsmani

Meskipun para ulama ini mengatakan demikian, bukan berarti


mereka meremehkan para sahabat penulis al-Qura'n, menganggap mereka
telah berbuat teledor atau menganggap mereka bodoh dan tidak paham
akan kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab, seperti yang didengungkan
para orientalis atau kaum Syiah yang menganggap para sahabat penulis al-
Qur'an telah berkhianat dengan melakukan tahrif dan taghyir pada al-
Qur'an serta membuang banyak ayat al-Qur'an diantaranya adalah ayat
yang menjelaskan keberhakan 'Ali bin Abi Thalib atas kursi khalifah
sesudah Rasulullah SAW.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau
Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan
pada masa khlalifah bin Affan. Istilah rasm dalam Islam Al-Qur’an
diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin
Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-
Qur’an.
Kedudukan rasm Ustman dipersilahkan para ulama, apakah pola
penulisan tersebut merupakan petunjuk Nabi (tawqifi) atau hanya ijtihad
para sahabat.
Jumbur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat
dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang
ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan
merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin
melakukan kesepakatan (ijma) dalam hal-hal yang bertentangan dengan
kehendak dan restu Nabi
Pada mulanya mushaf para sahabat berbeda antara satu dengan

lainnya. Mereka mencatat wahyu Al Qur’an tanpa pola penulisan standar.

Karena umumnya dimaksudkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak

direncanakan akan diwariskan kepada generasi sesudahnya. Di antara

mereka ada yang menyelipkan catatan-catatan tambahan  dari penjelasan

Nabi, ada lagi yang menambahkan simbol-simbol tertentu dan tulisannya

yang hanya diketahui oleh penulisnya.

10
B. Saran

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan


kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita lebih mengenali sejarah rasm
al qur’an dan bisa menambah kecintaan kita terhadap  Al-Quran , khususnya pada
pelajaran ulumul Qur’an nanti kita bisa lebih menikmatinya dengan nyaman karna
telah berkenalan dengan Rasm Al-Qur’an

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran sangat kami harapkan dari
para pembaca. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiktYKjlOjzAhVV4XMBHQlzCBIQFnoECAI
QAQ&url=https%3A%2F%2Fmakalahnih.blogspot.com
%2F2014%2F09%2Frasmul-quran-rasm-al-
quran.html&usg=AOvVaw18rtT0VMNBvOQg4CNeHw0Q
 https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiktYKjlOjzAhVV4XMBHQlzCBIQFnoECA
UQAQ&url=http%3A%2F%2Fmakalah2107.blogspot.com
%2F2016%2F10%2Fmakalah-rasm-al-
quran.html&usg=AOvVaw2vQEeieQSGIu7W5CGlc2cu
 buku sejarah dan ULUM AL – QUR’AN karya Prof. Dr. M
Quraish Shihab, Prof. Dr. H Ahmad Sukardja, Dr. Badri
Yatom, Dr. Dede Rosyada, Drs. Nasaruddin Umar, M.A

12

Anda mungkin juga menyukai