Pada zaman sekarang ini yang katanya zaman modern atau zaman yang sudah maju,
sehingga hal-hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah jarang diperhatikan. Bahkan
terkesan sepertinya harus dihilangkan dan dilupakan. Karena katanya sudah tidak sesuai dengan
zamannya lagi. Begitu juga dengan kitab suci kita yaitu Al-quran karim yang oleh banyak pihak
mulai dan sudah diganggu ke-autentikannya dari segi manapun, termasuk juga dari segi
tulisannya dan perbedaan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dan hal ini
merupakan hal yang sangat mengganggu dan meresahkan di kalangan umat Islam.
Dalam banyak penelitan mereka, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat batil seputar AlQuran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-Quran, menolak
keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran dengan klaim bahwa itu hanyalah
simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang ada pada kaum muslimin generasi awal dulu,
seperti yang ada pada teks mushhaf Utsmani. Ia berkata bahwa huruf mim adalah simbol untuk
mushhaf al-Mughirah, huruf Ha adalah simbol untuk mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf
Utsman. Menurutnya, simbol-simbol itu secara tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf
tersebut sehngga akhirnya terus melekat pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian dari AlQuran hingga kini. Berkaitan dengan sumber penulisan Al-Quran, kaum orientalis menuduh
bahwa isi Al-Quran berasal dari ajaran Nasrani, seperti tuduhan Brockelmann. Sedangkan
Goldziher menuduhnya berasal dari ajaran Yahudi.
mereka belajar kaligrafi dari bisyir dan harb ( dua nenek moyang yang membawa kaligrafi)
diantara tokoh tersebut yang belajar adalah umar bin khattab, utsman bin affan, abu
ubaydah,muawiyah bin abi sufyan. Awal kebangkitan membaca dan menulis muncul pada saat
setelah terjadinya hijrah kemadinah.[1]
Pembicaran asal-usul alquran tidak pernah terlepas dari pembicaraan tentang kitab suci yang
telah ada. Begitu juga berbicara tentang kitab suci tidak akan pernah terlepas dari tulisan. Suatu
kitab suci tidak akan berarti apa-apa jika suatu masyarakatnya tidak pandai menulis. Kitab suci
suatu konsep modern yang dikenal umat manusia setelah berkenalan dengan tulisan.
Dibawah ini table timelines sejarah penulisan kitab suci[2]
TANGGAL
PERISTIWA
3200 SM
Hiroglif digunakan bangsa mesir
2200 SM
Nabi Ibrahin hidup dan munculnya tradisi yahudi
2000 SM
Logograf digunakan bangsa cina dan bangsa jepang
1900 SM
Orang-orang
sumeria
menciptakan
seni
tulisan
segi
1500 SM
800 SM
280 SM
200 SM
1M
40 M
70-150 M
610 M
651 M
ditemukan 22 huruf
Deutoronomy, buku kelima perjanjian lama ditemukan
Septagint diterjemahkan di alexandria
Beberapa buku pertama apokrifa mulai ditulis
Yesus lahir
Pesan-pesan dan kisah yesus disebarkan
Injil yang 4 muncul (mark,matius,Lukas,dan john)
Muhammad menerima wahyu
Utsman menyempurnakan proyek kodifikasi al-quran
Abjad[3]
Huruf
Nama
Arti
Alihaksara
leph
sapi
Bth
Arab
Yunani
Latin
A, a
rumah
B, b
Gmel
unta
C, c / G, g
Dleth
pintu
D, d
jendela
E, e
Ww
kait
(, ) / ,
F, f / U, u
Zayin
senjata
Z, z
th
dinding
H, h
th
roda
Ydh
lengan
I, i
Kaph
telapak
tangan
K, k
lmedh
angkus
L, l
Mm
air
M, m
Nun
ular
N, n
smekh
ikan
ayin
mata
O, o
mulut
P, p
berbur
u
(, )
Qph
monyet
(, )
Q, q
kepala
R, r
in
gigi
S, s
Tw
tanda
T, t
Hieroglif Mesir
"kepala
sapi"
ProtoSemitik
alp
Hieroglif Mesir
"ular"
Latin Modern
N
Fenisia
alef
Yunani Kuno
alfa
Latin
Modern
A
Hieroglif Mesir
Bagian dari Papirus Ani menunjukkan hieroglif kursif.
2. Sejarah Penulisan Al-quran
Sejarah penulisan Al-quran telah dimulai sejak Rasulullah masih hidup. Menuliskan Alquran dalam riwayat disebutkan bahwa nabi selalu menyuruh sahabatnya menulis Al-quran
segera setelah ayat yang diturunkan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa mereka yang
terlibat dalam penulisan wahyu tersebut berjumlah 40 orang.[4] Para penulis wahyu waktu itu
sangat berkonsentrasi dalam penulisan wahyu, hal ini dikarenakan sabda Rasulullah:
:
Artinya: Janganlah kamu menulis dariku selain Al-quran, barang siapa menulis selain Alquran maka hapuskanlah.
Dengan demikian melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah. Mereka
menuliskan al-quran pada benda-benda yang sederhana seperti: pelepah kurma, batu putih yang
tipis, tulang belulang, kulit binatang dan lain-lain. Setelah Rasulullah wafat Al-quran kembali
ditulis oleh abu bakar hal ini atas desakan Umar bin khattab, karena umar khawatir dengan
banyaknya sahabat nabi yang gugur dalam perang yamamah melawan musailamah Al-kazzab.
Diceritakan para penghafal Al-quran yang meninggal diperkirakan 70 orang.
Pada zaman abu bakar lah dimulainya pengumpulan Al-quran dalam satu mushaf, pada
awalnya Abu bakar enggan untuk melaksanakan tugas itu, karena Rasulullah tidak pernah
melakukan pengumpulan Al-quran dalam satu mushaf. Dengan desakan terus menerus maka
terbukalah hati abu bakar untuk merealisasikan tugas itu. Dengan demikian abu bakar menyuruh
zaid bin tsabit untuk melakukan tugas tersebut dengan merujuk kepada ayat-ayat yang telah
ditulis pada benda-benda serta merujuk kepada hafalan sahabat. Setelah selesai tugas tersebut
maka mereka menamakannya tulisan tersebut dengan Mushaf.
Waktu terus berlalu kepemimpinan islam pun telah berganti dan penyebaran islam pun
semakin luas. Pada zaman usman untuk ketiga kalinya Al-quran ditulis, penyebabnya tidaklain
tidak bukan adalah adanya perbedaan cara bacaan mereka disaat berperang melawan orang kafir
dikawasan Armenia dan Azerbaijan (uni soviet). Ketika mereka berperang tersebut prajurit yang
ikut berasal dari negar yang berbeda seperti dari irak dan syiria. Ditempat mereka ada sahabat
yang mengajarkan bacaan tersebut sesuai dengan yang diajarkan nabi. Akan tetapi mereka para
tabiin yang berbeda bacaan tersebut mereka saling bertikai membenarkan masing-masing
argumennya. Akhirnya pertikaian itu sampai kepada khalifah usman bin Affan.
Akhirnya usman kembali memprakarsai penulisan kembali Al-quran dengan tujuan kaum
muslimin mempunyai rujukan tulisan yang benar. Dengan artian usman ingin mempersatukan
mushaf yang ada atau disebut dengan tauhidul masahif. Usman kembali membentuk panitia
empat yang bertugas menuliskan Al-quran, mereka adalah:
1. Abdullah bin Amr bin As
2. Abdullah bin zubair
3. Abdurrahman bin haris bin hisyam
4. Zaid bin tsabit
Dan untuk diketahui bahwasanya Al-quran dicetak pertamakali pada tahun 1694 M pada abad
kedua belas dari hijriah dikota hamburg (jerman).
3. Pengertian Rasm Al-Quran Menurut etimologi dan terminology
Rasm ( )artinya ( ) atau bekas, peninggalan. Kata lain yang sama artinya adalah : (
)( )( )( )( )dan ( )semuanya berarti tulisan. Dengan demikian bahwa
seorang penulis yang telah menggoreskan penanya, maka ia akan meninggalkan bekas pada
tulisan itu.
4. Aturan dalam Rasm al-quran
Didalam rasm Alquran terdapat aturan yang telah dibuat oleh para ulama diantaranya:
1. Membuang Huruf ()
Macam-macam hazf, hazf terbagi tiga:
a.
Hazf isyarah yaitu membuang huruf dengan tujuan mengisyaratkan adanya bacaan lain. Contoh
( ) lafaz ( )ditulis demikian karena bacaan lain terdapat perbedaan yaitu
bacaannya imam hamzah yang membaca ( )begitu juga dengan lafaz ( )ditulis
demikian karena ada bacaan lain ( )yaitu bacaan ibnu katsir
b. Hazf iktisar yaitu membuang huruf denga tujuan meringkas tulisan seperti membuang alif dari
setiap jama muzakkar salim atau semisalnya jika setelah alif bukan hamzah atau tasdid. Contoh (
)( )
c.
Hazf iqtisar yaitu membuang huruf pada kalimat tertentu saja, contoh membuang alif pada lafaz
( )yang terletak pada surat al-anfal ayat 42, sedangkan ( )selain ditempat tersebut
ditulis dengan alif.
Didalam rasm usmani huruf yang dibuang ada 5 huruf:
1. Membuang alif
a.
1. Membuang alif
Syarat membuang alif diantaranya lafaz tidak berulang dua kali didalam al-quran. Kemudian
setelah alif tidak terdapat tasdid atau hamzah:
Contoh: ( )()()()()dan lain-lain
2.
3.
b.
a.
b.
c.
Menurut abudaud membuang alif juga berlaku pada lafaz-lafaz yang tidak berulang dalam Alquran, seperti : ( )()()()()dan lain-lain
Menetapkan Alif
Jika setelah alif ada tasdid seperti: ()()()
Menetapkan Alif lebih masyhur
Jika setelah alif ada hamzah maka menetapkan alif lebih masyhur, seperti: ()()()
Jama Muannas salim
Alif pada muannas salim mempunyai dua permasalahan;
Yang mempunyai satu alif seperti: ()()()
Yang mempunyai dua alif seperti: ()()()
Jama muannas salim yang mengikuti wazan dan dan mufradnya ikut wazan
contohnya : ()()()
d. Jama Manqush
Setiap isim yang pada akhirnya Ya lazimah dan sebelumnya kasrah menurut Abu daud alif
dihapuskan selain pada surat ashaffat: dan
2. Tambahan Huruf ()
Pada bagian ini ziadah huruf terbagi menjadi 3 permasalahan:
A. Ziadah Alif
Pada bagian ini akan menghadapi 4 masalah pokok:
1. Ziadah alif sesuadh waw jama contoh: ()()()
didalam alquran
didalam alquran
6. Pemisahan Huruf ()
Yang dimaksud dengan pemisahan adalah penulisan suatu kata dipisahkan dengan kata yang lain.
Hal itu terdapat 17 macam kata:
( ) didalam alquran
( ) didalam alquran
( ) didalam alquran
() didalam alquran
( ) didalam alquran
( ) didalam alquran
Dan lainnya.
5. Penetapan Rasm Al-quran
Melihat dari spesifikasi cara penulisan aklimat-kalimat arab rasm alquran dibagi menjadi
tiga macam:
1. Rasm Qiyasi ()
2. Rasm Arudi ()
3. Rasm Usman ()
Berikut penjelasan dari masing-masing ungkapan diatas:
1.
Rasm Qiyasi ialah menuliskan kalimat sesuai dengan memperhatikan waktu memulai dan
berhenti pada kalimat tersebut. Kecuali haruf hijaiyah seperti huruf ( )tidak ditulis ( )tapi
dengan ( )saja.
Contoh dari Rasm Qiyasi adalah lafaz ( )ditulis dengan ( )walaupun jika dilanjutkan
alifnya hilang seperti ( ) seperti hamzah washal seperti ( ) hamzah pada lafaz ()
tetap harus ditulis, walaupun tidak diucapkan pada waktu ia berada ditengah kalimat sebab jika
dimulai dari awal kalimat maka diucapkan ( ) .
Rasm Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan dengan wazan syairsyair arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bahr (nama macam syair) dari syair tersebut
contohnya sepert: sepotong syair Imriil qais tersebut jika ditulis akan
berbentuk: sesuai dengan sebagai
timbangan syair yang mempunyai bahar tawil.
Rasm usmani ialah cara penulisan Al-quran yang telah disetujui oleh sahabat usman bin
affan pada waktu penulisan mushaf penulisan mushaf. Rasm usmani menjadi salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm Usmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai ilmu untuk
mengetahui segi-segi perbedaan antara Rasm usmani dan untuk mengetahui segi-segi perbedaan
antara rasm usmani dan kaidah-kaidah rasm istilahi (rasm yang biasa selalu memperhatikan
kecocokan antara tulisan dan ucapan) sebagai berikut contoh antara rasm usmani dengan rasm
istilahi.
Dalam rasm usmani lafaz ( )ditulis ()
Lafaz ( )ditulis ()
Lafaz ( )ditulis ()
Lafaz ( )ditulis ()
Dengan demikian perlu kita amati adalah bahwa rasm atau tulisan Al-quran yang telah
dipergunakan pada masa sahabat usman mempunyai beberapa nilai diantaranya:
1. Rasm usmani memberikan kontribusi yang sangat besar karena rasm usmani merupakan sejarah
dan kebudayaan arab masa lalu
2. Dengan adanya rasm usmani maka erat sekali persamaan kita saat ini dengan para sahabat yang
hidup pada kurun abad pertama hijriyah
3.
Salah satu syarat bacaan yang diterima qiraat quran dari berbagai versi bacaan adalah jika
sesuai dengan rasm usmani
4. Terjaganya kemurnian Alquran
6. Pandangan Ulama tentang Rasm Al-quran
Para ulama berbeda pendapat mengenai status rasm usmani atau rasm Alquran, diantara
pendapat tersebut sebagai berikut:
a. Sebagian ulama berbeda pendapat bahwa rasm uAl-quran itu bersifat tauqifi, sehingga wajib
oleh siapa saja ketika menulis Al-quran. Al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada
suatu riwayat dari Nabi yang dijadikan alasan untuk menjadikan Rasm Utsmani sebagai tauqifi.
Rasm Utsmani merupakan kreatif panitia yang telah di bentuk Utsman sendiri atas
persetujuannya. Jika di antara panitia itu ada berbeda pendapat dalam menulis mushaf, maka
hendaknya di tulis dengan lisan Quraisy karena dengan lisan itu Al-Quran turun.[5]
b.
Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi, tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang di setujui Utsman dan diterima ummat, sehingga
wajib di ikuti dan ditaati siapapun ketika menulis Al-Qur`an.[6] Banyak Ulama terkemuka
menyatakan perlunya konsistensi menggunakan Rasm Utsmani. Asyhab berkata ketika ditanya
tentang penulisan Al-qur`an, apkah perlu menulisnya seperti yang di pakai banyak orang
sekarang, Malik menjawab, Aku tidak berpendapat demikian. Seseorang hendaklah menulisnya
sesuai dengan tulisan pertama.[7] Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata,
Artinya:Haram hukumnya menyalahi khot Utsmani dalam soal wawu, alif, ya` atau huruf
lainnya.
c.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah tauqifi. Tidak ada halangan
untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara untuk menuliskan Alquran ayng berlainan dengan Rasm Utsmani.[8] Berkaitan dengan ketiga pendapat diatas, AlQattan memilih pendapat yang kedua karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-quran
dari perubahan dan penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan menulis Alquran sesuai dengan trend tulisan pada masanya, perubahan tulisan Al-quran terbuka lebar pada
setiap masa. Padahal, setiap kurun waktu memiliki trend tulisan yang berbeda-beda. Al-qattan
menegaskan bahwa perbedaan Khot pada mushaf-mushaf yang ada merupakan hal lain. Yang
pertama berkaitan dengan huruf , sedangkan yang kedua berkaitan dengan cara penulisan huruf.
Untuk memperkuat pendapatnya, Al-qattan mengutip ucapan Al-Baihaqi di dalam kitab Syub
Al-Iman,Siapa saja yang hendak menulis mushaf hendaknya memperhatikan cara mereka yang
pertama kali menulisnya. Janganlah berbeda dengannya tidak boleh mengubah sedikitpun apaapa yang telah mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan
kebenarannya lebih dipercaya serta memegang amanah daripada kita. Jangan ada diantara kita
yang merasa dapat menyamai mereka.
riwayat mengatakan Abdullah bin masud tidak memasukkan muawwidzatain. Dengan demikian
jumlah surat al-quran pada mushaf ibnu masud berjumlah 112 surat bukan 114 surat.
Mengenai riwayat yang menukilkan dari ibnu masud ini ulama memberikan ulasan. Ada
yang mengatakan ibnu masud berkata demikian, lalu menyalahkan ibnu masud. An-nawawy
dalam syarah Al-muhadzab berkata: segala umat islam telah sepakat menetapkan bahwa
muawwidzatain dan al-fatihah, bagian dari al-quran dan yang mengingkarinya kufur. Jadi
nukilan yang dinukilkan dari ibnu masud tidaklah benar. Diantar kritik terhadap rasm
usmani/rasm al-quran adalah sebagai berikut:
Kaum syiah menganggap bahwa mushaf utsmani ada kekurangan dua surat. Pertama mereka
mengatakan surat Al-khalu yang kedua mereka katakana surat al-hafdu. Mereka berkata
bahwasanya ubay bin kaab berqunut dengan kedua surat itu. Hal itu pula menurut kata mereka
yang dibenarkan oleh ibnu abbas dan abu musa al- asyary. Dengan demikian mushaf ubay 116
surat, atau 115 surat karena beliau menjadikan surat alfil dan surat al-quraisy jadi satu.
Surat yang mereka dakwakan itu adalah[9]
Artinya: wahai Tuhan kami, bahwasanya kami memohon pertolongan kepadaMu dan
memohon ampunan kepada Mu dan kami menyanjung akan diriMu dan tiada kami
mengingkarMu dan kami tinggalkan orang yang berlaku curang kepadaMu.
Artinya: Wahai Tuhan kami, kami menyembahMu dank arena engkau kami bersembahyang
dan sujud dan kepada engakau kami berjalan bergegas. Kami mengharap rahmat engkau kami
takut azabMu. Bahwasanya azabMu menimpa orang-orang kafir.
8. Mengenal Mushaf Al-quran
Rasm quran yaitu penulisan mushaf Al-quran yang dilakukan dengan cara khusus, baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Penulisan Alquran pada masa Nabi SAW dilakukan oleh para sahabat-sahabatnya. Nabi juga membentuk tim
khusus untuk sekretaris (juru tulis) Al-quran guna mencatat setiap kali turun wahyu.
Diantaranya zaid binTsabit, Pada waktu itu mereka menulis Al-quran berdasarkan petunjuk
Nabi SAW. Baik dalam penulisannya maupun dalam urutannya. Pada masa khalifah Abu Bakar
sedikitnya ada 70 hafidz Al-quran yang mati syahid dalam suatu peperangan meluruskan orangorang yang murtad dari agama Islam. Kemudian ketika itu Umar bin Khattab mengajukan usul
kepada khalifah untuk mengumpulkan catatan-catatan Al-quran menjadi satu. Dengan berbagai
pertimbangan Abu Bakar menerima usulan Umar, sehingga dibentuklah tim penuls Al-quran
yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Tim menulis ayat-ayat Al-quran dengan berpegangan dengan
ayat-ayat Al-quran yang disimpan oleh Nabi SAW. dan ayat-ayat yang dihapal oleh para sahabat
yang masih hidup. Sesudah Abu Bakar wafat, tulisan tersebut diserahkan kepada Umar bin
Khattab lalu diserahkan lagi kepada khafsoh.
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Quran II. Bandung: Pustaka setia
Al-Azami,M.M. 2005. The History Of Quranic Text. Terj. Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema
Insani Press
As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi
Syaroni, mazmur.1999. pedoman Umum Pentashihan Mushaf Al-quran dengan Rasm Usmani.
Jakarta: Deperteman Agama
Ash-shiddiq,Hasbi.1954-1977. Sejarah Pengantar Ilmu Al-quran dan Tafsir. Jakarta: Bulan
bintang
Al-qhattan, Manna.1993.Pembahasan Ilmu Al-quran.Jakarta: Rineka Cipta
Khalil, Manna al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-quran. Bogor: litera Antar Nusa
Umar, mendengarkan mereka berdua tentang Al-Quran, lalu zaid menyetujuinya. Dan ketika
Abu Bakar mendapati tanggapan positif dari Zaid, beliau berkata: Sesungguhnya kamu pemuda
cerdas, dulu kamu telah menulis wahyu untuk Rasulullah, maka telitilah al-quran dan
kumpulkanlah.
Terus meneruslah Zaid meneliti Al-Quran dengan mengumpulkan dan menuliskannya dan
Zaid sendiri orang yang hafal Al-Quran, sehingga hafalannya itu sedikit mengurangi bebannya
namun demikian zaid tidaklah mencukupkan dengan hafalannya dalam menetapkan ayat yang
terdapat perselsihan kecuali dengan saksi.
Begitu pula dalam melaksanakan amanah menulis Al-Quran tidak mengandalkan hanya
hafalannya saja atau melalui pendengaranya saja akan tetapi bertitik tolak dari pada penyelidikan
yang mendalam dari dua sumber, yakni:
1) sumber hafalan yang tersimpan dalam dada hati para sahabat,
2) sumber tulisan yang ditulis pada zaman Rasulullah SAW.
Disini berarti, hafalan dan tulisan harus terpenuhi seperti itulah bentuk kehati-hatian Zaid
Bin Tsabit dalam menulis Al-Quran. Setelah selesai, Al-Quran dikumpulkan dan ditulis
kemudian diserahkan kepada Abu Bakar, dan beliau menyimpan baik-baik hingga wafatnya.
Sepeninggal Abu Bakar, ia digantikan oleh Umar Bin Khattab yang kemudian disimpannya
naskah itu. Dan setelah wafatnya Umar Bin Khattab, Naskah itu kembali diserahkan kepada
Hafshah.
Di zaman khalifah Utsman ketika mendengar laporan Hudzaifah tentang terjadi perpecahan
dikalangan kaum muslimin tentang perbedaan qiraah Al-Quran yang mengarah kepada saling
pengklaiman tentang kafir mengkafirkan. Khalifah Utsman ra, segera meminta mushaf yang
disimpan di rumah Hafsah, lalu menugaskan Zaid Bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Said Ibnu AlAsh dan Abdurrahman Ibn Hisyam untuk menyalinnya dalam beberapa mushaf. Kata Utsman,
jika kalian bertiga dan Zaid Bin Tsabit berselisih pendapat tentang hal Al-Quran, maka tulislah
dengan ucapan atau lisan quraish karena al-quran diturunkan dengan lisan quraish
Dalam kerja penyalinan Al-Quran ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang disetujui
oleh khalifah Utsman. Ketentuan itu adalah bahwa mereka menyalin ayat berdasarkan riwayat
mutawatir, mengabaikan ayat-ayat mansukh yang tidak diyakini dibaca kembali di masa hidup
Nabi SAW, tulisannya secara maksimal mampu mengakomodasik qiraat yang berbeda-beda, dan
menghilangkan semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat Al-Quran. Para penulis dan para
sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan ini.
Para ulama menyebut cara penulisan ini sebagai Rasm Al-Mushaf. Karena cara penulisan
disetujui Utsman sehingga sering pula dibangsakan kepada Utsman, sehingga mereka
menyebutnya Rasm Utsman atau Rasm Utsmani. Namun demikian, pengertian rasm ini terbatas
pada tulisan mushaf oleh tim empat di zaman Utsman, karena khawatir akan beredarnya dan
menimbulkan perselisihan dikalangan ummat islam. Hal ini nanti membuka peluang bagi ulama
kemudian untuk berbeda pendapat tentang kewajiban mengikuti rasm Utsmani.
Tulisan Al-Quran dengan menggunakan khat nasakh mulai dicetak buat pertama kalinya di
Hamburg, Jerman pada tahun 1694 Masehi (1113 Hijrah) dan seterusnya dicetak di negaranegara Islam yang lain hingga hari ini.
c.
Membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat,
tanda-tanda wakaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah
di awal setiap surah yang terdiri atas nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah ain. Tajzi,
yaitu tanda pemisah antara satu Juz dan yang lainnya, berupa kata juz dan diikuti dengan
penomorannya dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat, seperlima,
sepersepuluh, setengah juz, dan juz itu sendiri.
D. PEMBAGIAN RASM
Melihat dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat arab rasm a-lquran dibagi
menjadi tiga macam:
1) Rasm Qiyasi
()
2)
Rasm Arudi
()
3) Rasm Usman
()
lain berdasarkan tulisan yang dalam proses penulisan Al-Quran mulai dari Zaman Rasulullah,
zaman khalifah Abu Bakar sampai khalifah Utsman Bin Affan yang penulisnya tidak pernah
lepas dari Zaid Bin Tsabit yang merupakan sekretaris Rasulullah SAW. Secara historis ini
membuktikan bahwa Allah SWT tetap menjaga dan memelihara keotentikan Al-Quran.
2.
Rasm Arudi
Rasm Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan dengan
wazan syair-syair arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bahr (nama macam syair). Dari
syair tersebut contohnya seperti :
sepotong syair Imriil qais tersebut jika ditulis akan berbentuk:
sesuai dengan sebagai timbangan syair
yang mempunyai bahar tawil.
3. Rasm Utsmani
Rasmul Utsmani adalah pola penulisan Al-Quran pada masa Utsman dan
disetujui oleh Utsman.
Rasm utsmani menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bernama Ilmu
Rasm Utsmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara
Rasm utsmani dan untuk mengetahui segi perbedaan antara rasm utsmani dan kaidah-kaidah
rasm istilahi (rasm yang biasa selalu memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan)
sebagai berikut contoh antara rasm utsmani dengan rasm istilahi.
Tulisan al-quran bukan tauqifi (tergantung pada petunjuk nabi atau allah) .
tulisan yang sudah ditetapkan dan disepakati pada masa itu boleh saja tidak diikuti . Ulama yang
menguatkan pendapat ini ibnu Khaldun dalam muqaddimahnya dan al-qadhi abu bakar dala
kitabnya al-intishar. Menurut beliau tidak ditemukan nash maupun mafhum (yang dipahami
dari ) nash yang menunjukkan kepada kemestian menulis al-Quran dengan satu macam tulisan.
Demikian juga Tidak pernah ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu.
Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh Rajab Farjani : Sesungguhnya Rasulullah saw,
memerintahkan menulis Al-Quran, tetapi tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan
tidak pula melarang menulisnya dengan pola-pola tertentu. Sunnah Nabi menunjukkan kepada
kebilehan menulis Al-Quran dengan cara yang mudah
Perbaikan Rasmul Utsmani
Mushaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-mata
didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga mereka tidak
memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik.
Ketika bahasa arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran
(dengan bahasa non arab), maka para penguasa merasa pentingnya ada perbaikan Mushaf syakal,
titik dan lain-lain yang dapat membantu pembacaan yang benar. Banyak ulama yang berpendapat
bahwa orang pertama yang melakukan hal itu adalah Abu Aswad ad-Duali, peletak pertama
dasar-dasar kaidah bahasa arab, atas permintaan Ali bin Abi Talib.
Perbaikan rasm Mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada awalnya syakal
berupa titik: fathah berupa satu titik diatas awal huruf, tanda kasrah berupa satu titik dibawah
awal huruf, tanda dhammah berupa satu titik diatas akhir huruf, dan tanda sukun berupa dua titik.
Kemudian terjadi perubahan penentuan harakat yang berasal dari huruf, dan itulah yang
dilakukan oleh al-Khalil. Perubahan itu ialah fathah adalah dengan tanda sempang diatas huruf,
kasrah berupa tanda sempang dibawah huruf, dhammah dengan wawu kecil diatas huruf dan
tanwin dengan tambahan tanda serupa. Perhatian untuk menyempurnakan rasm Mushaf, kini
telah mencapai puncaknya dalam bentuk tulisan Arab (al-khattul arabiy).
Dengan demikian rasm Al-quran yang telah dipergunakan pada masa khalifah
Utsman mempunyai beberapa nilai diantaranya :
Rasm utsmani memberikan kontribusi yang sangat besar karena rasm utsmani merupakan
sejarah dan kebudayaan arab masa lalu
Dengan adanya rasm utsmani maka erat sekali persamaan kita saat ini dengan para sahabat yang
hidup pada kurun abad pertama hijriyah
Salah satu syarat bacaan yang diterima qiraat quran dari berbagai versi bacaan adalah jika
sesuai dengan rasm utsmani
Terjaganya kemurnian Alquran
membuang huruf yaa , huruf yaa dibuang dari manqushah munawwan , baik berharakat rafa
maupun jarr, seperti aslnya
membuang huruf wawu , dibuang apabila bergandengan dengan wawu yang lain. Seperti
asalnya
membuang huruf lam , dihilangkan apabila dalam keadaan idhghom . seperti dan asal
keduanya dan
b) Al-Ziyadah ( penambahan),
Contoh :
menambahkan huruf alif setelah wawu pada akhir isim jama
seperti ungkapan dan
menambah alif setelah hamzah marsumah wawu (hamzah yang terletak di atas tulisan wawu)
() .
seperti : asalnya
d) Badal (penggantian),
Contoh :
Alif di tulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata : ,
F. KESIMPULAN
1) Dengan adanya tanda-tanda tersebut, kini umat Islam di seluruh dunia, apa pun ras dan warna
kulit serta bahasa yang dianutnya, mereka mudah membaca Alquran. Ini semua berkat peran
tokoh-tokoh di atas dalam membawa umat menjadi lebih baik, terutama dalam membaca
Alquran.dia/sya/berbagai sumber
2)
Dengan berpedoman kepada keduanya penulisan Mushhaf Alquran yang dihasilkan akan lebih
ilmiah, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya di negeri mana pun dan sampai
kapan pun. Wallahu alam.
3)
Rasm Al-quran adalah tata cara penulisan Al-quran, yang biasa disebut juga dengan rasm
Utsmani . Status hokum Rasm Al-quran masih diperselisihkan dalam tiga hal: apakah tauqifi,
bukan tauqifi atau ishtilahi.
Rasm Utsmani memiliki fungsi yang sangat besar dalam menyatukan umat Islam.
Pada awalnya rasm Utsmani tidak memiliki tanda baca tapi kemudian di tambahi dan
disempurnakan
G. DAFTAR PUSTAKA
http://abdul-rossi.blogspot.com/2011/03/ilmu-rasmil-quran.html
http://duniakeluarga.wordpress.com/2010/05/06/pengertian-ulumul-qur%E2%80%99an/
http://jakabillal.blogspot.com/2010/12/makalah-rasmil.html
http://makalah-gratis.blogspot.com/2010/03/makalah-ulumul-quran-dan.html
http://anasafrida.blogspot.com/2012/01/ilmu-rasmil-quran.html
As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi.
Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu Ilmu Al-Quran. Tarj. Mudzakkir AS. Bandung:
Pustaka Litera AntarNusa.hal.215.
MAKALAH
RASM AL-QORAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
ULUMUL QURAN
Dosen:H. Akhmad Dasuki , Lc , Ma
Disusun Oleh
Arif rahman
1302110426
Ahmad Annur Suhud
1302110427
Tim
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan penulisan......................................................................................2
D. Metodi penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasmul Quran..........................................................................3
1. Rasm mushaf...............................................................................................4
2. Sejarah Rasmul Quran...............................................................................5
B. Hubungan Rasm dengan pemahaman Al-Quran........................................6
C. Rasm Utsmani..............................................................................................8
D. Kaedah dan contoh Rasmul Quran.............................................................10
E. Manfaat atau faedah dan hikmah Rasmul Quran.......................................11
A. Manfaat atau faedah Rasmul Quran...........................................................11
B. Hikmah Rasmul Quran..............................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan13
B. Kritik dan Saran.13
DAFTAR PUSTAKA .14
A. Buku...14
B. Internet...14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasmul quran merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alquran yang mana didalamnya
mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Quran yang dilakukan dengan cara khusus , baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan . Rasmul Quran
dikenal juga dengan nama Rasm Ustmani.
Tulisan al-Quran Ustmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra.
(Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan
oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H . Oleh para Ulama cara penulisan ini
biasanya di istilahkan dengan Rasmul Ustmani. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul
Mukminin Ustman ra.1[1]
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat
bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah), mereka berlandaskan
riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu kuttab (juru tulis
wahyu) yaitu Muawiyah tentang tatacara penulisan wahyu. Diantara Ulama yang berpegang
teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya al-Ibriz yang menukil
perkataan gurunyaAbdul Aziz al-Dibagh, bahwa tulisan yang terdapat pada Rasm Ustmani
semuanya memiliki andil, seperti halnya diketahui bahwa al-Quran adalah mujizat begitu pula
tulisannya.
Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah
tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.
Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Quran,dan tentang
pendapat rasmul Quran serta kaitannya dengan qiraah. Untuk lebih jelasnya pada bab selajutnya
akan dibahas secara terperinci.2[2] Kaum muslimin memelihara Al-Quran melalui dua cara,
1[1] ) Http://sitimathoyah.blog.unissula.ac id/2014/10/ diunduh pada tanggal 09
september 2013
2[2] ) Ibid. Http://sitimathoyah.blog.unissula.ac id/2014/10/ diunduh pada tanggal 09
september 2013
yaitu hafalan dan tulisan. Keduanya berlangsung sejak masa hidup Rasulullah. Sedangkan
penghimpun dan penyempurnaan tulisan Al-Quran dari lembaran-lembaran kulit dan tulang ke
dalam satu naskah dilakukan oleh Khulafur Rasyidin. 3[3] Secara kronologis, orang pertama
menghimpun Al-Quran adalah Abu bakar Ash-Shidiq, karena banyaknya hafizh yang mati
syahid di pertempuran Yamamah. Itu atas saran Umar bin Khatab. Sepeninggal Abu bakar naskah
Al-Quran tersebut dititipkan kepada hafshah. Di kemudian hari disempurnakan oleh Utsman bin
Affan dengan membentuk panitia empat. Ide itu muncul karena banyaknya perbedaan bacaan
dikalangan kaum muslimin, baik yang berbangsa arab ( ajam ), tanpa sedikit pun melakukan
perubahan dari naskah aslinya, baik dalam hal susunan maupun tulisannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengerti apa itu rasm Quran
2. Mengetahui hubungan rasm dengan pemahaman Al- Quran
3. Mengenal kaidah bentuk perubahan rasmul Quran.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini melalui metode kajian pustaka. Yang diambil
dari berbagai literature agar memberikan penjelas an yang mudah di pahami oleh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sejarah Rasmul Quran
3 [3] ) Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, ( Jakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1998), cet ke-1, h. 106
Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu, berarti menggambar atau melukis. Yang
dimaksud dalam pembahasan ini adalah melukis kalimat dengan merangkai huruf-huruf
hijaiyyah4[4] Dengan kata lain,rasm Al-Quran adalah tata cara menulis Al-Quran.
Proses penulisan Al-Quran telah dimulai semenjak zaman Nabi.Kerinduan Nabi terhadap
kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam bentuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk
tulisan. Nabi sendiri memiliki sekretaris pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu, yaitu
Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Said, Khalid bin Said, Khalid bin Walid, dan
Muawiyyah bin Abi Sufyan. Penulisan Al-Quran pada masa Nabi masih dilakukan secara
sederhana, yaitu di atas lontaran kayu, pelepah korma, tulang, dan batu.5[5]
Kegiatan tulis menulis Al-Quran pada masa Nabi, disamping dilakukan para sekretaris
Nabi, juga dilakukan para sahabat lainnya.Penulisan Al-Quran pada masa Nabi tidak ditulis pada
satu tempat,melainkan pada tempat yang terpisah-pisah. Hal ini bertolak dari dua alasan berikut
ini:6[6]
1.
Proses penurunan Al-Quran masih berlanjut sehingga ada kemungkinan ayat yang turun
belakanganmenghapus" redaksi dan ketentuan hukum ayat yang sudah turun lebih dulu.
2.
Penertiban ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran tidak bertolak dari kronologi turunnya, tetapi
bertolak dari keserasian antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, atau antara surat dengan surat
yang lain.Oleh karena itu, terkadang ayat atau surat yang turun belakangan ditulis lebih dahulu
dari ayat atau surat yang turun terlebih dahulu.
1. Rasm Mushaf
Konitasi yang dimaksud dengan Rasm mushaf adalah seperti yang disebut oleh sebagian
ulama dengan istilah rasm Utsmani. Dalam kaitan ini, Utsman ra telah menulis mushaf seperti
yang ditulis pada zaman Rasulullah saw. Para penulis wahyu telah mengakui tulisannya,
4[4] ) Abd Al-Fatah Ismail Syibil,Rasm Al-Mushaf wa Al-ihtijaj bihi fi Al
Qiraat,Maktabah Nadhah,Mesir, 1960,
halaman 9.
5[5] ) Rosihon Anwar, Ilmu tafsir,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005, hlm 41
6[6] )Ibid., halaman 42
sebagaimana bentuknya yang telah popoler . Rasm itu sendiri adalah gambar, bentuk, atau sketsa
tulisan. Misalnya kata riba dalam Al-Quran tidak ditulis dengan ( arribaa ), tetapi ditulis
dengan: ( arribawa ).7[7]Contoh lain, kata saaw yang ditulis dengan tambahan alif (sauu )
dalam surat al-Hajj. Sedangkan dalam surat Saba tanpa alif (sauu).
Inilah realitas rasm mushaf. Dalam hal ini, para ulama telah berbeda pendapat mengenai rasm
tersebut. Pendapat itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok.
1. Rasm mushaf tersebut tawqifi
2. Rasm mushaf tersebut ijtihadi
Pendapat yang pertama dinyatakan oleh Ibn al-Mubarak, menukil pendapat ad-Diba yang
menyatakan, bahwa para sahabat ataupun yanglain tidak mempunyai otoritas terhadap rasm alQuran, meski seutas rambut pun. Rasm al-Quran merupaklan persoalan tawqifi dari Nabi saw.
Beliulah yang memerintahkan mereka untuk menulisnya sebagaimana bentuk yang kita terima
sekarang, dengan tambahan dan pengurangan huruf. Orang Arab pada era kejahiliannya, serta
orang mukmin dari bangsa mana pun tidak mengetahuinya dan tidak mampu mengetahui sedikit
pun persoalan tersebut. Hal itu merupakan rahasia Allah swt. Yang dikhususkan untuk kitabnya,
bukan kitab-kitab lain.8[8]
Pendapat yang kedua, antara lain dikemukakan oleh al-Baqillani dan Ibn Khaldun.
Menurut al-Baqillani, Nabi saw tidak mewajibkan umat berkaitan dengan tulisan. Menurutnya,
Nabi saw tidak mengambil rasm tertentu untuk para penulis al-Quran dan pembuat khath
mushaf. Nabisaw juga tidak mewajibkan pengambilannya kepada mereka dan meninggalkan
yang lainnya. Kewajiban tersebut tidak bisa diketahui kecuali melalui dalikl sami dan tawqif .
Padahal, tidak ada satu pun nash al-Quran ataupun berupa mafhum-nya yang menyatakan rasm
al-Quran ditetapkan dalam bentuk khusus.
2.
7[7] ) QS al-Baqarah (2) : 275, 276, dan 278; Ali Imran (3) : 120, annisa (4) ; 161
8[8] ) Ibn al-Mubarak, al-Ibriz, hlm. 57.
2. Dimasa Abu Bakar tulisan berserak, baik di pelepah kurma, kulit, batu, dikumpulkan jadi satu,
yang pengumpulan ini sekaligus ditertibkan ayat-ayat dan surat-suratnya(atas perintahAbu
Bakar).
3. Ketika Utsman bin Affan menjadi khalifah,islam telah tersiar sampai ke Syam, Irak dan lain-lain.
Ketika Utsman mengerahkan tentara ke Syam dan Irak untuk menghadapi penduduk Armenia
dan Azzerbaiyan, datanglah shahabat Mudzaifah memberitahukan bahwa kaum muslimin di
negara-negara islam terjadi perselisihan bacaan ayat-ayat Al-Quran.
Di Madinah, anak-anak kaum muslimin cekcok bacaan Al-Quran hingga kepada para gurugurunya.
Maka Utsman meminta mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar kepada Hafsah binti Umar
yang menyimpannya untuk disalin, lalu dibentuklah panitia/tim:
1. Zaid ibnu Tsabit (sebagai ketua)
2. Abdullah Ibn Zubair
3. Said Ibn Ash
4. Abd al-Rahman ibn Haris.
9[9] )Rosihon Anwar, Ilmu tafsir,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005, hlm 52
berhubungan dengan istrinya yang sedang haid, kecuali bila istrinya telah suci atau berhenti dari
keluarnya darah haid. Sedangkan yang membaca yuththahirna menafsirkan bahwa seorang
suami tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinya, kecuali bila istrinya telah
bersih.
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. 10[10]
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Hamzah dan Al-Kisai memendekkan
Berdasarkan perbedaan qiraat itu, ada ulam fiqih yang berpendapat bahwa
persentuhan laki-laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, kecuali
kalau berhubungan badan.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.11[11]
Berkaitan dengan ayat ini, nafi, Ibn Amir, Hafs, dan Al-Kisai membacanya
arjulakum, sementara Imam lainnya membacanya dengan arjulikum.
Mayoritas ulama yang yang berpegang pada bacaan arjulakum ,
berpendapat wajibnya membasuh kedua kaki dan tidak membedakan
dengan menyapunya. Mereka menguatkan pendapatnya ini dengan
beberapa hadist.
C. Rasm Utsmani
Rasm Utsmani adalah tata cara menuliskan Al-Quran yang ditetapkan pada masa
Khalifah Utsman bin Affan. Tata cara penulisan itu dijadikan standar dalam penulisan kembali
atau penggandaan mushaf Al-Quran. Tata cara penulisan ini lebih populer dengan nama Rasm
Utsmani.12[12] Istilah ini lahir bersamaan dengan lahirnya mushaf Utsman, Yaitu mushaf yang
ditulis panitia empat yang terdiri atas Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash, dan
Abdurrahman bin Al-Harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu.
11[11] ) Ibid h. 54
12[12] )Ash-Shalih,op cit ,halaman 275.
hingga abad ketiga. Kedua Metodologi yang dipakai dalam kompilasi al-quran pada zaman
kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
Setelah naskah mushaf tersebut selesai dibuat, maka disebarkan dan dibuat menjadi beberapa
duplikatdan dikirimkan ke beberapa tempat. Maka tak perlu lagi ada (fragmentasi) Al-Quran
telah dibakar. Musab bin Saad menyatakan bahwa masyarakat telah menerima keputusan
Utsman, setidaknya tidak mendengar kata-kata keberatan. Riwayat lain mengukuhkan
kesepakatan ini, termasu Ali bin Thalib berkata,Demi Allah, dia tidak melakukan apa-apa
dengan pecahan-pecahan (mushaf) kecuali dengan persetujuan kami semua (tak ada seorang pun
diantara kami yang membantah).
Didalam melakukan pengumpulan tujuan utama Utsman adalah ingin menutup semua celahcelah perbedaan dalam bacaan Al-quran dengan mengirim mushaf atau mengirim sekalian
dengan pembacanya. Dan juga dengan dua perintah :
1.
Agar membakar semua mushaf milik pribadi yang berbeda dengan mushaf miliknya harus
dibakar15[15]
2.
Agar tidak membaca sesuatu yang berbeda dengan mushaf Utsmani. Oleh karena itu adanya
kesatuan secara total yang ada teks Al-Quran di seluruh dunia selama empat belas abad,
diberbagai wilayah dengamn warna-warni yang ada, merupakan bukti keberhasilan Utsman yang
tak mungkin tersaingi oleh siapa pun dalam menyatukan umat Islam dalam satu teks.
2. Al-jiyadah(penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai
hukum jama
dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang
terletak di atas lukisan wawu
15[15] ) Menurut Ibnu Hajar hal ini tergantung dari induvidu yang memilikinya, apa
dihapus, dirobek atau dibakar.
3. Al-Hamzah, salah satu kaidah nya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun yang sebelumnya,
contoh
4.
Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata
5. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma
ditulis dengan disambung
6.
Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisannya
disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf Utsmani, penulisan kata semacam itu
ditulis dengan menghilangkan alif contohnya,
(wassamaa banainha biaidin wainnaa lamuusiuun) (azzariyat 51:47) Menurut sementara ulama.
Lafazh ( biaidin) ditulis dengan huruf ganda ya (al-yau), karena memberi isyarat akan kebesaran
kekuasaan Allah SWT. Khususnya dalam penciptaan langit dan alam semesta.
4. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakl) suatu lafaz, seperti penambahan
huruf ayat (saa warabbukum daarul faasiqin) dan penambahan huruf ya (al-yau) pada ayat
(waibtaaI diy lparabi) .17[17]
Pembuangan alif dalam( bismillah) adalah untuk mempermudah dan meringankan , karena
sering digunakan. Ada yang mengatakan bahwa karena alif dibuang maka sebagai petunjuk
pembuangan alif, awal penulisan ba dibuat panjang.
2.
Pembuangan wawu pada ayat( yamhullahulbaatil) befungsi sebagai petunjuk akan cepat
hilangnya kebatilah.
3.
Penambahan ya pada( wassamaa banaiha) biibad berfungsi untuk membedakan lafadz aidiy
yang bermakna kekuatan dan bermakna tanagan.
4. Penambahan alif pada( laa azhbahanhu) berfungsi sebagai petunjuk bahwa penyembelihan tidak
terjadi, seolah-olah laa dalam ayat itu adalah nafiyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasm Quran atau rasmul utsmani adalah tata cara menuliskan Al-Quran yang ditetapkan
pada masa khalifah Utsman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu.
Hubungan antara rasmul quran qiraah sangat erat sekali karena semaki lengkap petunjuk
yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian
yang terkandung didalam Al-quran . Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan
mushaf Utsmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk
membacanya dengan berbagai qiraat. Hal ini di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman
cara membaca Al-quran.
Orang awam tidak dapat membaca Al-quran menurut Rasm dahulu. Maka wajiblah ditulis
menurut perkembangan masyarakat. Akan tetapi Rasm Utsmani jangan dihilangkan; karena jika
kita menghilangkannya berarti mencoba mencemarkanrumus keagamaan yang telah disepakati
dan yang telah memelihara umat dari persengketaan.
B.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir ,CV PUSTAKA SETIA 2005.
Abdurrahman, Hafizt , Ulumul Quran , CV IDeA Pustaka Utama 2004.
Marzuki, Kamaluddin Ulum al-Quran,Rosdakarya, Bandung, 1992.
Chirzin, Muhammad Al-Quran dan Ulumul Quran, ( Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998), cet ke-1, h. 106
B. INTERNET
Http://sitimathoyah.blog.unissula.ac id/2014/10/ diunduh pada tanggal 09 september 2013
Http;//id.wikipedia.org/wiki/rasm_al-Quran diunduh pada tanggal 09 september 2013
Http://fadliyannur.multiply.com diunduh pada tanggal 09 september 2013
Http://Waromuhammad.blogspot.com diunduh pada tanggal 12 september 2013