Anda di halaman 1dari 4

Pengumpulan Alqur’an Masa Utsman bin Affan

A. Sejarah Pengumpulan Alqur’an masa Utsman bin Affan


Selama pemerintahan Utsman, yang dipilih oleh masyarakat melalui bai'at yang
amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad
yang membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia, Berangkat dan suku
kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan tempur memiliki dialek yang
berlainan dan Nabi Muhammad saw., di luar kemestian, telah mengajar mereka membaca
Al-Qur'an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk meninggalkan dialeknya
secara spontan. Akan tetapi, sebagai akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf
Al-Qur'an mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam masyarakat.1
Setelah wilayah kekuasaan Islam semakin luas, dan para qurra pun tersebar di
pelbagai wilayah penduduk di setiap wilayah itu biasanya mempelajari qira'at (bacaan)
ayat dari qari' yang dikirim kepada mereka. Pembacaan Al-Qur'an yang mereka bawakan
berbeda-beda relevan dengan perbedaan huruf-huruf yang dengannya Al-Qur'an
diturunkan. Apabila mereka berkumpul di suatu pertemuan atau di suatu medan
peperangan, sebagian mereka merasa heran akan adanya perbedaan qira'at ini Terkadang
sebagian dari mereka merasa puas karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu
semuanya disandarkan kepada Rasulullah. Tetapi keadaan demikian ternyata tidak dapat
membendung adanya keraguan di benak generasi baru yang tidak berjumpa Rasulullah,
sehingga terjadilah. pembicaraan tentang bacaan mana yang baku dan mana yang lebih
baku. Akhirnya akan menimbulkan pertentangan bila terus tersiar, bahkan hampir
menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah seperti ini tentu harus segera
diselesaikan. Ketika penyerbuan Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak. termasuk
Hudzaifah bin Al-Yaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-
Qur'an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan ketidakfasihan, masing-masing
mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang
menyalahi bacaannya dan puncaknya mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan
demikian, Hudzaifah segera menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang
telah dilihatnya. Utsman juga berpendapat demikian bahwa sebagian perbedaan itu pun
terjadi pada orang orang yang mengajarkan qira'at kepada anak-anak. Lalu Anak-anak itu
akan tumbuh sedang di antara mereka terdapat perbedaan dalam qira'at. Para sahabat amat
memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan
penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran
pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat Islam pada lembaran-lembaran
itu dengan bacaan- bacaan baku pada satu huruf.2
Sementara itu, masa kodifikasi yang dilakukan oleh Usman bin Affan
kemungkinan terlaksana antara tahun 644-665 M, yaitu ren- tang waktu tahun wafat Umar
bin Khattab dan tahun wafat Hafsah binti Umar. Mushaf Usman bin Affan disinyalir sudah
selesai sebelum Hafsah wafat berdasarkan laporan Salim bin Abdillah. Ketika Marwan

1
M.M. Al-A’zami, Sejarah Teks Alqur’an, (Depok; Gema Insani, 2014), 88.
2
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Imu Al-Qur’an terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2020), 162-163.
memusnahkan mushaf Hafsah, Salim bin Abdillah menyatakan semua yang ada di
dalamnya sudah tersalin di Mushaf Usman bin Affan.3
Utsman kemudian mengirim utusan kepada Hafshah (untuk meminjamkan mushaf
Abu Bakar yang ada padanya), dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu
kepadanya. Kemudian Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah bin Az-
Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam (tiga orang Qurasy).
Lalu ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, jika ada
perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa
Quraisy, karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Anas meriwayatkan, bahwa
Hudzaifah bin Al-Yaman datang kepada Utsman. Ia pernah ikut berperang melawan
penduduk Syam bagian Armenia dan Azerbaijan bersama dengan penduduk Irak.
Hudzaifah amat terkejut oleh perbedaan mereka dalam qiraat. Lalu ia berkata kepada
Utsman, "Selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan dalam
masalah Al-Qur'an sebagaimana perselisihan orang orang Yahudi dan Nasrani." Utsman
kemudian mengirim surat kepada Hafshah, "Sudilah kiranya anda kirimkan kepada kami
lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur'an itu, kami akan menyalinnya menjadi
beberapa mushaf, setelah itu kami akan mengembalikannya." Hafshah pun mengirimkan
mushaf tersebut kepada Utsman. Lalu, Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam untuk
menyalinnya. Mereka menyalinnya menjadi beberapa mushaf. Utsman berkata kepada
ketiga orang Quraisy itu, "Bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit tentang
sesuatu dari Al-Qur'an, maka tulislah dengan dialek Quraisy, karena Al-Qur'an diturunkan
dalam bahasa Quraisy."4
Mereka melaksanakan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi
beberapa mushaf, Utsman mengembalikan lembaran- lembaran asli itu kepada Hafshah.
Selanjutnya Utsman mengirimkan mushaf baru tersebut ke setiap wilayah dan
memerintahkan agar semua Al-Qur'an atau mushaf lainnya dibakar. Zaid berkata, "Ketika
kami menyalin mushaf, saya teringat akan satu ayat dari surat Al-Ahzab yang pernah aku
dengar dibacakan oleh Rasulullah. Maka kami mencarinya, dan kami dapatkan ada pada
Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshari. Ayat itu ialah,
]٢٣:‫ [األحزاب‬...‫ِم َن اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِر َج اٌل َص َد ُقوا َم ا َع َهُدوا هَّللا َع َلْيِه‬
"Di antara kaum mukminin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah. " (Al-Ahzab: 23)
Lalu, kami tempatkan ayat ini pada surat tersebut dalam mushaf."

Berbagai keterangan para sahabat menunjukkan bahwa tidak hanya Hudzaifah bin
Al-Yaman yang terkejut dengan fenomena perselisihan tentang qira'at di kalangan umat
itu, para sahabat yang lain pun juga demikian. Dikatakan oleh Ibnu Jarir, "Ya'qub bin
Ibrahim bercerita kepadaku. Ya'qub juga berkata berkata; Ibnu Ulayyah menceritakan
kepadaku. Ibnu Ulayyah berkata, "Ayub mengatakan kepadaku, diriwayatkan dari Abu
3
Hasani Ahmad Said, Sejarah alqur’an, (Jakarta: Amzah, 2022), 74.
4
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Imu Al-Qur’an terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2020), 163-164.
Qilabah katanya, "Pada masa Khalifah Utsman, seorang guru qira'at mengajarkan qira'at
kepada seseorang, guru lainnya juga mengajarkan qira'ah kepada murid yang lain. Dua
kelompok anak- anak yang belajar qira'ah itu pada suatu ketika bertemu dan mereka
berselisih. Perselisihan seperti ini akhirnya menyeret guru-guru tersebut kepada konflik
satu sama lainnya. Sehingga mereka saling mengafirkan satu sama lain karena perbedaan
qira'ah itu," kata Ayyub. Hal itu akhirnya sampai kepada Khalifah Utsman, lalu dia
berpidato, "Kalian yang ada di hadapanku telah berselisih paham dan salah dalam
membaca Al-Qur'an.5
B. Perbedaan proses pembukuan Al-Qur’an pada masa Abu bakar dan Utsman bin
affan
Proses pembukuan (kodifikasi) Al-Qur’an pada masa Abu bakar dan Utsman bin affan
memiliki beberapa perbedaan, baik secara motif yang melatar belakanginya maupun caranya.
Motif yang melatar belakangi pengkodifikasian Al Qur’an pada masa Abu bakar adalah
kekhawatiran beliau akan hilangnya Al Qur’an dikarenakan banyaknya para sahabat yang
juga seorang penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam medan peperangan yang menelan
banyak korban. Sedangkan, motif yang melatar belakangi pengkodifikasian Al Qur’an pada
masa Utsman bin affan adalah dikarenakan banyaknya perbedaan dalam cara membaca Al-
Qur’an yang disaksikannya di daerah-daerah dan mereka merasa benar sendiri serta saling
menyalahkan satu sama lain.
Pengumpulan Al Qur’an pada masa Abu bakar adalah dengan cara memindahkan satu
tulisan dan catatan yang semula berasal dari kulit hewan, tulang-belulang, dan juga pelepah
kurma, lalu dikumpulkan dalam satu mushaf dengan ayat-ayat serta surah-surahnya yang
tersusun secara rapih. Lalu lembaran yang sudah dikumpulkan tersebut disimpan oleh Abu
bakar hingga wafatnya. Sesudah itu berpindah tangan ke Umar bin Khattab dan selanjutnya
ke tangan Hafsah binti Umar.6
Al-Haris al-Muhasibi mengatakan bahwa yang masyhur di kalangan orang banyak
ialah bahwa pengumpulan Al-Qur’an itu terjadi pada masa kepemimpinan Ustman bin Affan.
Padahal sebenarnya tidak demikian, Usman ra. Hanyalah berusaha menyatukan umat pada
satu macam (wajah) qiraat, itupun atas dasar kesepakatan antara dia dengan kaum muhajirin
dan anshar yang hadir dihadapannya. Serta setelah ada kekhawatiran timbulnya kemelut
karena perbedaan yang terjadi karena penduduk Iraq dengan Syam dalam cara qiraat.
Sebelum itu mushaf-mushaf itu dibaca dengan berbagai macam qiraat yang didasarkan pada
tujuh huruf dengan mana Qur’an diturunkan. Sedang yang lebih dahulu mengumpulkan
Qur’an secara keseluruhan (lengkap) adalah Abu Bakar as-Sidiq. Dengan usahanya itu
Utsman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis sumber perselisihan
serta menjaga isi Qur’an dari penambahan dan penyimpangan sepanjang zaman.

5
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Imu Al-Qur’an terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2020), 164.
6
Studi Al Qur’an, Muhammad yassir, Ade jamaruddin (Pekanbaru: Asa Riau,2016), 92.

Anda mungkin juga menyukai