Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Pengumpulan Al-Quran (Jam’ul Quran)

Pengumpulan Al-Quran pada masa Khulafaur Rasyidin dimulai dari masa Khalifah Abu Bakar
Ash Shiddiq. Di masa awal kepemimpinannya banyak kelompok yang membangkang dan menolak
membayar zakat, selain itu ada pula kelompok nabi palsu dan orang-orang yang murtad serta
kembali kepada kejahiliyahan.
Abu Bakar mengambil Langkah militer dengan memerangi ketiga kelompok tersebut secara
keseluruhan, maka peperangan-peperangan tersebut dinamai dengan Perang Ar-Riddah/perang
melawan kemurtadan. Dan perang yang paling beratat itu adalah perang Yamamah, melawan
pasukan nabi palsu Musailamah Al-Kadzab. Pada perang inilah banyak umat Islam yang gugur, di
antaranya terdapat penghafal Al-Quran yang jumlahnya cukup banyak.
Umar bin Khattab menganggap banyaknya penghafal Al-Quran yang gugur, sebagai ancaman
terhadap eksistensi Al-Quran. Karena itu beliau mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar Ash
Shiddiq agar membukukan Al-Quran menjadi satu kitab atau mushaf. Walau sempat mengalami
penolakan oleh Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit namun pada akhirnya ide tersebut disetujui dan
dilakukan pembukuan Al-Quran oleh tim yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Sumber penulisan AL-Quran adalah para penghafal Al-Quranyang mutqin dan juga catatan-
catatan Al-Quran yang ada sejak masa Rasululla, bahkan untuk menguatkan validitas teks
tersebut panitia pembukuan mensyaratkan harus ada minimal dua orang atas benarnya teks
tersebut. Lalu Al-Quran yang telah ditulis dalam satu mushaf tersebut dipegang oleh Khalifah Abu
Bakar Ash Shiddiq hingga beliau wafat. Setelah itu mushaf tersebut diwariskan kepada Khalifah
Umar bin Khattab. Dan ketika Umar wafat, maka mushaf itu dipegang oleh Hafshah, istri
Rasulullah yang juga putri Umar bin Khattab.
Pada masa Umar bin Khattab pembebasan wilayah Islam menjadi sangat genjac, sehingga
wilayah Islam sudah mencakup Persia, Syam, Palestina Mesir, hingga Libya yang mana
kebanyakan wilayah itu bukan wilayah yang menggunakan Bahasa Arab yang digunakan sehari-
harinya. Khalifah Umar bin Khattab lantas mengeluarkan kebijakan untuk mengutus para sahabat
yang memiliki ilmu yang mumpuni untuk mengajarkan ke wilayah Islam tersebut, termasuk di
antaranya adalah mengajarkan Al-Quran. Maka setiap daerah memiliki guru Qurannya masing-
masing. Di Syam terdapat Ubay bin Ka’ab, di Irak terdapat Abdullah bin Mas’ud, di Homs terdapat
Miqdad bin Amr, dan di Basyrah terdapat Abu Musa Al-Asy’ari. Di anatar mereka pun terdapat
perbedaan dalam membaca Al-Quran.
Hingga pada masa Utsman bin Affan menjadi Khalifah dan wilayah Islam semakin meluas ke
wilayah non Arab, muncullah masalah baru yaitu perbedaan yang mencolok dalam bacaan Al-
Quran yang dikhawatirkan bisa memunculkan perpecahan umat. Masalah ini mengemukan pada
saat pembebasan wilayah di Armenia, dimana pasukan muslim saat itu terdiri dari
masyarakatdari berbagai wilayah. Saat itu terjadi perselisihan dan [ertentangan ketika ada
perbedaan bacaan di antara mereka, bahkan masing-masing mengklaim bahwa bacaan mereka
yang paling benar. Khuzaifah bin Yaman yang menangkap masalah ini sebagai tanda bahaya bagi
persatuan umat, lalu menemui Khalifah Utsman bin Affan untuk mengutarakan masalah
tersebut. Maka Utsman bin Affan meminta mushaf Al-Quran yang disimpan oleh Hafshah untuk
dilakukan penyalinan dan penggandaan teks Al-Quran.
Dasar penyalinan dan penggandaan teks Al-Quran ini adalah mushaf yang telah ditulis secara
lengkap pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq. Panitia penyalian Al-Quran terdiri dari Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al’Ash, dan Abdurrahman bin Harits. Selain itu juga
memanggil penghafal Al-Quran untuk mendeteksi dan menginventarisir perebedaan riwayat
yang ada. Maka, mushaf yang ditulis ulang saat itu menggunakan tulisan Quraisy untuk
mengakomodir perbedaan Riwayat bacaan sekaligus standar resmi yang diterbitkan khalifah.
Mushaf ini kemudian dinamakan sebagai mushaf Utsmani dan digandakan menjadi tujuh salinan
. Enam lainnya disebar ke beerbagai wilayah, sedangkan satu Salinan sendiri dipegang oleh
khalifah yang disebut mushaf Al-Imam. Enam wilayah tersebut adalah Syam, Kuffah, Basyrah,
Mekah, Bahrain, dan Yaman. Adapun mushaf lainnya, selain mushaf dari Hafshah kemudian
dibakar untuk mencegah terjadinya perpecahan karena seluruh perbedaan AL-Quran telah resmi
diakomodir dalam mushaf Utsmani. Ditambah lagi terdapat tambahan-tambahan dalam teks
tersebut yang bukan merupakan bagian Al-Quran semisal catatan makna atau tafsir Al-Quran
yang bila tidak dihilangkan dikhawatirkan akan memunculkan teks tambahan pada Al-Quran.
Referensi : Pengumpulan Al-Quran (Jam’aul Qur’an) (https://youtu.be/dqo5mchSI_E)

Anda mungkin juga menyukai