Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISLAM DISIPLIN ILMU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama


Dosen Pengampu : Ns. Nova Fajri, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Kelompok 1

Fuan Maharani 2004103010001


Aradiah Thinisah 2004103010002
Riska Mauliza 2004103010003
Wanda Muharivah 2004103010008
Ali Matsin 2004103010009
Kalyana Tantri Siregar 2004103010012
Cut Rahmi Azalla 2004103010019
Cut Rayyan Khawari 2004103010020
Farid Muhammad Arie 2004103010022
Dewi Anzani 2004103010025

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

BAB I................................................................................................................................3

DASAR TEORI................................................................................................................3

1.1 Pendahuluan.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5

ISI......................................................................................................................................5

1.1 Proses Peradaban Islam......................................................................................5


1.2 Perkembangan Ilmu Teknik Kimia Dalam Islam..............................................10
1.3 Peran Dan Kontribusi Kimia Dalam Peradaban Islam......................................11
BAB III...........................................................................................................................14

KESIMPULAN..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Pendidikan
Agama yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Banda Aceh, 15 April 2021

Tim Penyusun
BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pendahuluan
Perkembangan Islam dalam kacamata sejarah, terbagi menjadi tiga periode
yaitu pertama disebut periode klasik, pada masa ini Islam mengalami kemajuan
bahkan disebut sebagai masa keemasan Islam namun sekitar tahun 650-1250
Masehi Islam mengalami gelombang disintegasi (pemecahan). Kedua, disebut
periode pertengahan tepatnya pada tahun 1250-1800, pada periode abad
pertengahan ini Islam juga mangalami kemunduran cukup signifikan. Ketiga,
disebut periode modern yang dimulai dari tahun 1800 hingga sampai sekarang ini.
Setiap perkembangan periode ini, terdapat perbedaan dimensi yang khas antara
satu periode dengan periode lainnya, dinamika ini dipengaruhi oleh sosial, politik,
budaya, dan agama sehingga peradaban Islam pada masa klasik, pertengahan,
sampai modern memiliki nuansa yang berbeda satu sama lain.

Masa kejayaan Bani Abbasiyah, tepatnya pada masa khalifah Harun al-
Rasyid dan anaknya al–Ma‟mun kondisi ilmu pengetahuan agama dan ilmu
pengetahuan umun sangat berkembang pesat mulai ilmu fikih, tafsir, hadis, kalam,
tasawuf, dan siyasah. 1 Sedangkan bidang ilmu pengetahuan umum yang antara
lain adalah imu filsafat, kedokteran, astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan
bahasa. Kemajuan peradaban dunia yang ditorehkan (dikembangkan) peradaban
Islam tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan tetapi budaya juga tidak luput dari
dinamika peradaban Islam, dikarenakan ajaran Islam bersifat sangat terbuka
terhadap peradaban bangsa lain hingga membuat Islam semakin maju dan tinggi
dalam hal peradaban.

Bahkan dalam catatan sejarah, bahwa ketika Barat masih terkungkung atau
berkutat dalam kegelapan maka pada saat itu umat Islam sudah berhasil
melestarikan pemikiranpemikiran dan kebudayaan Romawi – Persia, maka tidak
heran banyak sarjana Barat yang berbondong-bondong mendatangi negara-negara
Islam dalam rangka menuntut ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan
Islam untuk kemudian dibawa mereka kenegara mereka masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses peradaban islam?
2. Bagaimana ilmu teknik kimia berkembang dalam islam?
3. Apa saja peran intelektual islam dalam pengembangan bidang ilmu
teknik kimia?
BAB II

ISI

1.1 Proses Peradaban Islam


Periodisasi sejarah dalam peradaban Islam secara garis besar terbagi tiga
bagian, yaitu fase klasik dimulai tahun 650-1250 M, fase pertengahan pada tahun
1250-1800 M, dan fase modern mulai 1800 sampai sekarang. Namun, dalam
pembahasan makalah ini, penulis akan membatasi kajian perkembangan ilmu
pengetahuan Islam dalam tiga periode, yaitu perkembangan ilmu pada periode
awal Islam, Umayah, Abbasiyah, dan modern.

1. Periode Awal Islam


Dalam periode ini, perkembangan ilmu pengetahuan Islam
lebih cenderung kearah ilmu-ilmu syari’at (ulûm naqliyyah, ulûm
syar’iyyah) dibanding ilmu-ilmu logika (ulûm aqliyyah). Ilmu
syari’at yang bertumpu paada sumber primer Islam, Al-Qur’an dan
Hadis, mampu menjawab permasalahan-permasalahn seputar
ibadah (‘ubudiyyah) paska sepeninggal Rasulullah Alaihisalam.
Termasuk juga munculnya ilmu qirâ’at yang erat kaitannya dengan
cara membaca dan memahami kandungan Al-Qur’an. Dalam
rangka penyebaran ilmu qirâ’at ini, khalifah Umar mengirim
beberapa delegasi untuk menyebarkan bacaan yang benar. Antara
lain, Muadz Ibn Jabal ke Palestina, Ubadah Ibn Shamit ke kota
Hims, Abu Darda’ ke Damaskus, sementara Ubay Ibn Ka’b dan
Abu Ayub tetap di Madinah
Di samping perkembangan kajian ilmu naqliyyah pada abad
ini berkembang pesat, pemahaman ilmu aqliyyah juga sudah mulai
dipandang serius oleh masyarakat pada masa itu. Ilmu Nahwu
(Arabic grammar) lahir dan berkembang pesat di dua kota besar,
yaitu Kufah dan Basrah. Sebab kota tersebut banyak di tempati
orang-orang yang berbahasa Persia serta kekayaan dialektika
(lahjat) setempat. Dari sini, Ali Ibn Abi Thalib melakukan
pembinaanpembinaan terhadap penduduk setempat tentang kaidah-
kaidah dasar Ilmu Nahwu. Kemudian lahirlah sosok pengumpul
kaidah-kaidah dasar ilmu Nahwu pertama, yaitu Abul Aswad
Addu’ali yang termasuk generasi pada masa kepemimpinan
umayah (Hasymi, 1979). Tidak cukup perkembanagan Nahwu saja,
namun kemampuan orang Arab berotorika dengan apik yang
dibungkus dengan karya-karya sastra juga berkembang pesat pada
masa ini. Kemampuan para penyair pra Islam dan awal Islam
(mukhadzram) ikut mewarnai dunia sastra pada periode ini.
Seperti, Hasan Ibn Tsabit, Ka’b Ibn Zuhair Ibn Abi Sulma, dan
Hasan Ibn Tsabit. Serta pidato-pidato (khithâbah) Ali Ibn Abi
Tholib ikut serta memperkaya khazanah sastra pada masa itu.
Kemudian kumpulan pidato ini, belakangan dikemas menjadi
sebuah karya sastra agung yang berjudul Nahjul Balaghah.

2. Masa Umawiyah
Banyak sekali kemajuan-kemajuan kekuasaan yang di
bawah kepemimpinan mengalami kemajuan yang amat pesat.
Seperti peran Ali al-Qali yang berhasil membumikan bahasa Arab
di Andalusi, Cordova. Pada tahun 330 H/ 941 M. ia memenuhi
undangan Al-Nashir untuk menetap di Cordova dan
mengembangkan ajaran Nahwu sampai akhir hayatnya (358 H/ 969
M). Ali Al-Qali banyak sekali meninggalkan karya-karyanya yang
sanagt bermanfaat di Cordova dan yang menjadi cikal bakal
berkembangnya Bahasa Arab di sana. Karangannya antara lain, al-
Amâli dan al-Nawâdlir.
Tokoh lain di bidang Fikih yang tidak kalah terkenal di
Andalusia antara lain, Abu Bakar Muhammad Ibn Marwan Ibn
Zuhr (w. 422 H). Ia merupakan sosok sastrawan besar pada
masanya yang pernah ada di Andalusia. Selain itu, Abu
Muhammad Ali Ibn Hazm (w. 455 H). yang memiliki karya al-
Fashl; fi al-Milâl wa al-Ahwâ’ wa al-Nihal yang merupakan
masterpiece yang fenomenal hingga saat ini.
Selain maju di bidang agama, ilmu filsafat juga sudah mulai
dijamah di kota Andulisia. Luthfi Abdul Badi’ mengemukakan,
bahwa Muhammad Ibn Abdillah Ibn Missarah al-Bathini, ialah
orang pertama kali yang menekuni bidang filsafat di Andulisia. Hal
ini berarti, ilmu filsafat sudah dikenal sebelum al-Jabali. Dan ilmu
itu berkembang pesat pada masa al-Nashir dan sampai pada
puncaknya di masa al-Mustanshir. Seiring berkembangnya filsafat,
berkembang juga ilmu-ilmu pasti. Ilmu pasti yang digemari bangsa
Arab bersumber pada buku India Sinbad yang di-Arab-kan oleh
Ibrahim al-Fazari pada tahun 771 M. dengan perantara ini bangsa
Arab lebih mengenal dan menggunakan angka-anagka India yang
di Eropa angka itu dikenal dengan angka Arab

3. Masa Abbasiyah
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa
Daulah Abbasiyah. Ilmu pengetahuan pada masa ini sangat maju
secara pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa ini
disebabkan adanya gerakan terjemah besar-besaran terhadap
naskah-naskah asing ke dalam bahasa Arab terutama naskah-
naskah Yunani. Meskipun gerakan terjemah naskahnaskah asing
sudah dimulai sejak masa Umayyah, namun puncak keemasan ada
pada masa Abbasiyah. Upaya penerjemahan yang dilakukan
Abbasiyah tidak hanya bersumber dari naskah Yunani saja,
melainkan sumber lain, seperti bahasa Persia ke dalam bahasa
Arab. Para penerjemah juga bukan hanya dari kalangan muslim
saja, namun banyak juga ditemukan penerjemah-penerjemah
(mutarjim) Nasrani Syiria dan Majusi Persia.
Kemajuan ilmu pada masa Abbasiyah yang paling
menonjol dibanding masa Umayyah, yaitu adanya perpustakaan
dan observatorium Baitul Hikmah. Tempat ini berfungsi sebagai
perpustakaan sekaligus tempat pusat pengembangan ilmu
pengetahuan. Institusi ini merupakan lanjutan dari institusi di masa
Imperium Sasania Persia yang bernama Jundisaphur Academy.
Namun bedanya, istitusi ini pada masa Harun Arrasyid direbuh
menjadi khizânah al-Hikmah (pusat filsafat). Serta objek penelitian
pada masa Imperium Sasania Persia hanya focus pada
penyimpanan puisi-puisi dan cerita raja-raja, di masa Harun
Arrasyid diperluas penggunannya pada semua ilmu pengetahuan.
Selain kaya akan pengembangan bidang agama, pada masa ini juga
bidang perekonomian juga berkembang pesat. Ekonomi imperium
Abbasiayah digerakkan oleh perdagangan barang-barang mewah
dan bahan-bahan pokok. Selain melakukan transaksi sesama
imperium, Abbasiyah juga membuka gerbang perekonomian
dengan Dinasti T’ang di China.

4. Masa Modern
Periode modern ini secara umum dimulai dari akhir abad ke
delapan belas hingga saat ini. Tentu dalam perjalanan
perkembangan ilmu pengetahuan di semua Negara memiliki corak
dan pembaharu masing-masing. Seperti Indonesia, perkembangan
pengetahuan Islam di Negara ini tidak bisa lepas dari peran dua
organisasi masyarakat besar, yaitu Muhammadiyyah dan Nahdlatul
Ulama.
Dalam dunia kampus Islam di Indonesia, juga terdapat
inovasi-inovasi baru dalam wacana keislaman. Sebagai contoh,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga menyeru gagasan
pendidikan Islam integrasi interkoneksi yang diusung Prof. Amin
Abdullah rektor kampus sebelumnya. Amin Abdullah
mengilustrasikan ide besarnya ini dengan jaring labalaba. Yang
mana ditengah-tengah jaring itu sebagai symbol al-Qur’an sebagai
dasar utama. Disusul jaring kedua yaitu symbol dari Sunah, dan
disusul ilmu-ilmu pengetahuan yang lain pada setiap jaring
berikutnya. Disamping bentuk jaring laba-laba (scientific spider
web), ide Amin Abdullah juga ditampilkan dalam bentuk fisik
bangunan di setiap kampus UIN Yogyakarta yang saling berkatan
antara bangunan satu dengan yang lain. Maksud dari arsitek ini
melambangkan, ilmu pengetahuan selalu terjadi relasi dengan
ilmu-ilmu yang lain, sekalipun ilmu agama dengan ilmu sains.
Intinya, secara teoritis konsep keilmuan Islam integrasi
interkoneksi merupakan sebuah konsep keilmuan yang terpadu erat
dan terkait antara keilmuan agama (al-Din) dan keilmuan sosial
dan masyarakat (al-Ilm) dengan harapan mencetak output yang
mampu menyeimbangakan etis filosofis dan agama.

1.2 Perkembangan Ilmu Teknik Kimia Dalam Islam


Menurut Jack Lindsay, alkimia berasal dari bahasa arab al-kimya-i atau al-
khimiya. Kata al- diambil dari bahasa Mesir yang berarti tanah hitam di antara
dua sisi sungai Nil yang dimuntahkan ketika air sungai meluap sedangkan kata
kimia dari bahasa Yunani khumeia (χυµεία) yang berarti "mencetak bersama",
"menuangkan bersama", "melebur", "aloy", dan lain-lain (dari khumatos,
"yang dituangkan, batang logam"). Istilah ini diambil dari bangsa Alexandria
Mesir yang terlebih dulu menggunakannya, khususnya untuk menjelaskan
materi alam yang berhubungan secara spiritual dengan manusia. Etimologi
lain mengkaitkan kata ini dengan kata al-Kemi, yang berarti "Seni Mesir".
Alkimia menggabungkan antara spiritual, kerajinan dan sifat-sifat magis
dengan keadaan unsur-unsur alam khususnya dalam pengolahan logam dan
obat.
Temuan empirik menjadi dasar sains-sains modern, termasuk ilmu kimia.
Berabad-abad sebelum muncul peradaban Islam, premis-premis dasar alkimia
telah berdiri dengan kukuh seiring dengan filsafat alam skolastik yang
membentuknya. Memasuki alkimia Islam, asumsi-asumsi dasar tersebut
mengalami penyesuaian serta terjadi pertautan antara tematema kimiawi,
spiritual, dan mistis. Para ahli alkimia muslim berusaha mengungkap
fenomena alam yang kadangkala bagi sebagian orang masih misteri dan sulit
dimengerti menjadi sesuatu yang dapat dipelajari. Tidak jarang pula, ahli
alkimia muslim seringkali dianggap sebagai ahli pseudosains.
Lebih jauh, perhatian ahli alkimia muslim diarahkan pada kemampuan
berubahnya logam biasa menjadi logam mulia (emas) atau disebut peristiwa
transmutasi. Peristiwa ini menjadi pekerjaan umum dalam alkimia hingga
disusun tabel dan diagram kosmologi dari ilmuwan besar Jabir bin Hayyan.14
Diagram ini menjadi popoler karena mencerminkan letak unsur-unsur serta
seluruh benda mati dan hidup kedalam kerangka rasi yang dinamis.
Transmutasi logam biasa menjadi emas melambangkan upaya menuju
kesempurnaan atau ketinggian eksistensi. Ahli alkimia klasik termasuk ahli
alkimia muslim meyakini bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak
menuju keadaan sempurna; dan emas, karena tak pernah rusak, dianggap zat
yang paling sempurna. Dengan diubahnya logam biasa menjadi emas, ahli
alkimia sebenarnya mencoba membantu alam semesta menjaga
kelestariannya. Maka, menjadi logis jika dengan memahami rahasia
ketakberubahan emas akan ditemukan kunci untuk menjaga eksistensi dan
kelestarian keseluruhan materi yang ada di alam semesta.

1.3 Peran Dan Kontribusi Kimia Dalam Peradaban Islam


Tokoh-tokoh yang memberi karakteristik alkimia Islam adalah Jabir
bin Hayyan, ar-Razi dan Izz al-Din al-Jaldaki. G. Le Bon menyebutkan bahwa
banyak bahan kimia yang sebelum Geber (Jabir) tidak dikenal menjadi tidak
mustahil untuk disiapkan (dibuat). Beberapa zat yang ditemukan oleh ahli
alkimia muslim yang sampai saat ini masih terus digunakan dan bahkan telah
dikembangakan menjadi senyawa penting antara lain:

1. Asam sulfat (H2SO4 )


Asam sulfat mulai dikenal oleh Jabir bin Hayyan ketika dia
berhasil menemukan unsur belerang serta mereaksikan dengan
merkuri dan air. Oleh ar-Razi, sifat bahan dasar asam sulfat yaitu
unsur belerang diklasifikasi lebih sistematis dengan membedakan
antara yang alami ditemukan di alam dengan mineral yang berhasil
dibuat di laboratorium berdasarkan reaksi dekomposisinya.
Temuan zat berharga oleh ilmuwan alkimia muslim ini
pada akhirnya mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi
pada era sesudahnya. Kunci revolusi industri di Eropa dan Amerika
Serikat ternyata hanya asam sulfat. Senyawa dari ikatan satu atom
belerang dengan dua atom hidrogen dan empat atom oksigen atau
H2SO4 ini, adalah bahan dasar untuk pembuatan berbagai produk
modern.

2. Asam Nitrat (HNO3)


Seperti halnya asam sulfat, asam nitrat yang berbahan dasar
nitrogen juga senyawa penting yang telah dimanfaatkan secara
besar-besaran pada masa sekarang. Oleh Jabir bin Hayyan,
senyawa ini digunakan untuk memurnikan tawas dan garam,
sehingga dari proses penyulingan tersebut akan dihasilkan
beberapa mineral anorganik seperti kalium nitrat (K(NO3 )) dan
natrium klorida ( NaCl).
Pemanfaatan asam nitrat di era kimia modern semakin luas,
diantaranya selain sebagai bahan dasar super pelarut (aqua regia),
asam nitrat adalah penyusun utama dari bahan peledak TNT (2, 4,
6 trinitrotoluena) yang tersubstitusi dari senyawa benzena (bahan
bakar minyak, bensin). Selain dalam bentuk TNT, asam nitrat juga
berikatan dengan amonium membentuk amonium nitrat dan
berfungsi sebagai pupuk pertanian, tetapi senyawa ini dapat
sebagai detonator dan eksplosif jika berkontak dengan senyawa
asing seperti klorida.

3. Aqua Regia
Bahan ini adalah pelarut yang bersifat amat kuat dalam
melarutkan bahan melebihi asam-asam lain yang juga dikenal
dapat melarutkan bahan seperti asam klorida (HCl), asam sulfat
(H2SO4 ), asam nitrat (HNO3 ). Pelarut ini dibuat dengan
mencampurkan dua jenis pelarut seperti potasium nitrat dan asam
klorida. Para ilmuwan masa sekarang amat terbantu dengan temuan
pelarut ini. Aqua regia akan dapat melarutkan material khususnya
logam murni, termasuk emas dan perak, serta alloy dan bahan
polimerik yang solid dan kaku.
Pelarut di atas oleh beberapa ilmuwan alkimia muslim
biasanya digunakan untuk kepentingan kerajaan seperti menempa
logam untuk pembuatan peralatan militer, serta perlengkapan
istana raja yang dimodifikasi dari bahan logam, emas, platina dan
perak. Menurut E. J Holmyard, Jabir bin Hayyan juga berhasil
mengidentifikasi serta mempelajari sifat-sifat dari tujuh macam
logam berikut, yaitu: emas (Au), perak (Ag), timbal (Pb), timah
(Sn), tembaga (Cu), merkuri (Hg) dan besi (Fe).

4. Karya Tulis Ilmuwan Muslim


Karya-karya ilmuwan muslim banyak tersimpan dan
diterjemahkan dalam bahasa latin. Tidak kurang 200 judul buku
telah tersebar di berbagai perpustakaan nasional beberapa negara.
Di Museum Britania Inggris didapati sebuah manuskrip berjudul
al-khawassul Kabir (Inti-inti yang Besar), sementara di
perpustakaan nasional Prancis terdapat satu naskah al-Ahjaar
(Batu-batuan). Beberapa judul buku yang dapat ditelusuri di
antaranya adalah: 23 Kitab al-Ushul al-Kimya-i (Buku susunan
Kimia) karya Jabir bin Hayyan telah diterjemahkan dalam bahasa
Inggris dengan judul Book of the Compotition of Alchemy yang
diterbitkan di Roma pada 1490 M. Pada 1668 M diterbitkan dalam
bahasa Latin dengan judul Gebri Arabic Chimia sive Traditio
Summae Perfectionis et Investigatio Mafisterii; Kitab Asy-Syam
Al-Kamil (Matahari Kesempurnaan) karya Jabir bin Hayyan
diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Sun of
Perfection pada 1678 M Masih dalam tahun yang sama, daftar
karya-karya Jabir bin Hayyan diterbitkan dengan judul The Work
of Geber. Kedua karya tersebut diterbitkan kembali pada 1928 M.
dengan judul Great Arab Alchemist; Kitab al-`Asah (The Nerves)
dan Al-Jami (The Universal) karya ar-Razi diterbitkan di Barat
antara tahun 1498-1866 M.
BAB III

KESIMPULAN

1. Perkembangan Islam dalam kacamata sejarah, terbagi menjadi tiga periode


yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.
2. Pada periode awal islam (klasik), perkembangan ilmu pengetahuan Islam
lebih cenderung kearah ilmu-ilmu syari’at (ulûm naqliyyah, ulûm
syar’iyyah) dibanding ilmu-ilmu logika (ulûm aqliyyah).
3. Pada periode pertengahan (masa Umaiyah dan Abbasiyah) perkembangan
ilmu pengetahuan islam sudah memasuki bidang bidang agama dan ilmu
filsafat serta sudah ada beberapa terjemahan oleh para ahli agama islam.
4. Periode modern umum dimulai dari akhir abad ke delapan belas hingga
saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan islam di saat ini berbeda disetiap
Negara. Seperti di Indonesia, Muhammadiyyah dan Nahdlatul Ulama
merupakan pemberi campur tangan besar dalam perkembangan peradaban
dan pengetahuan islam.
DAFTAR PUSTAKA

Anang, A., A. 2019. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam.


Fajar Historia. 3(2) : 98 – 108.

Fajriati, I. 2010. Perkembangan Ilmu Kimia di Dunia Islam. Sosio – Religia. 9(3) :
1056 – 1069.

Gunawan, S. 2019. Peranan Islam Dalam Pembangunan Pradaban Dunia. Jurnal


El – Qanuny. 5(1) : 45 – 62.

Anda mungkin juga menyukai