Disusun Oleh :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Secara etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa yunani yakni dari
kata “metados” yang berarti cara atau jalan dan “ logos” yang berarti ilmu.
Dengan demikian sudah jelas bahwa metode adalah jalan yang menjadikan sebuah
ilmu memiliki arah tujuan yang benar dan teratur. Untuk lebih jelasnya, metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Jadi, metode bisa
disebut sebagai jalan ataupun sebuah arahan yang dapat menuntun dalam
menjalankan sesuatu dengan benar. Maka bisa disimpulkan bahwa metode
dakwah adalah suatu cara dan arah untuk berjalan yang menuntun perjalanan
dakwah dengan baik dan benar, sehingga menjadikan sebuah tiket untuk masuk
dalam ridho Allah SWT.
A. Khutbah
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. (Q.S. Ali Imran Ayat 110)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran Ayat 104)
B. Mauidah
Secara bahasa Mauidhoh hasanah terdiri dari dua kata yaitu mauidhoh dan
hasanah. Kata mauidhoh berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan ‘idzatan
berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah
merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.
Mau’idhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,
pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan didunia dan akhirat.
C. Nasihat
Kata “nasehat” berasal dari Bahasa Arab yaitu “nashaha” yang memiliki dua
makna yaitu “khalasha” dan “khaatha”. “Khalasha” bermakna murni dan bersih
dari segala kotoran sedangkan “khaatha” artinya menjahit. Menasihati dapat
diibaratkan menjahit pakaian yang robek (perbuatan buruk), sehingga baju itu
menjadi bagus kembali. Imam Nawawi rahimahullah, menukil keterangan dari
Imam Khaththabi rahimahullah, menyatakan bahwa kata “nashaha” diambil dari
kata “nashahtu al-‘asla” yang diibaratkan ketika menyaring madu dari lilinnya.
Madu yang terpisah dari lilinnya akan menjadi murni dan bersih. Ada 2 target dalam
nasehat Islam. Kedua target ini tercantum dalam surat Al Ashr. Yang pertama adalah
nasehat untuk mengajak orang kepada jalan kebenaran. Nasehat ini ditujukan kepada orang-
orang yang belum mengetahui tentang Islam, aturan-aturan Islam, serta syariat Islam. Target
kedua dari nasehat Islam adalah mengajak orang untuk bersabar dan istiqomah di
jalan kebenaran. Nasehat ini biasanya ditujukan kepada kita-kita yang sudah
mengenal Islam, syariat dan juga aturan-aturan dalam agama.
Ta’lim berasal dari akar kata allama‘ yu’allimu. Ta’lim diartikan dengan
mengajarkan, dan Yu’alimu artinya pengajaran. M. Thalib mengatakan bahwa
ta’lim memiliki arti memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu.
Dan mu’allim atau pengajar yang berarti orang yang melakukan pengajaran.
Sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW. Artinya: “Ajarkanlah mereka untuk
ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-
anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan.
Karena yang demikian itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”
Sedangkan ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang
mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik,
sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang
merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan
orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama,
adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab
memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan, sebaliknya peradaban yang
berkualitas dan maju dapat diperoleh melalui pendidikan.
E. Hikayat
Hikayat merupakan bagian dari sebuah karya sastra. Karya ini identik
dengan bentuknya berupa prosa. Karya sastra dapat dimaknai dengan karya atau
ciptaan manusia yang disampaikan dengan maksud menghibur dan dilengkapi
dengan unsur-unsur estetika atau keindahannya. Jenis-jenis karya sastra terdiri
dari sastra fiksi (hayalan) dan juga non-fiksi (kenyataan). Adapun hikayat
umumnya berbentuk fiksi. Biasanya, cerita-cerita yang ada dalam hikayat
mengisahkan tentang kesaktian, kehebatan dan kepahlawanan seseorang dalam
bentuk cerita, dongeng, atapun sejarah.
F. RISALAH
Metode dakwah adalah suatu cara dan arah untuk berjalan yang menuntun
perjalanan dakwah dengan baik dan benar, sehingga menjadikan sebuah tiket
untuk masuk dalam ridho Allah SWT. Sedangkan Teknik dakwah adalah cara
yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode
dalam berbicara di hadapan publik, demi menggapai harapan menjadikan baik
seseorang dan diri sendiri dengan berjalan dijalan kebenaran. Beberapa metode
dakwah dalam islam seperti khutbah, mauidah, nasihat,, ta’alim dan ta’adib,
hikayat dan risalah
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, Kairo; Dar El-Tiba’a
alMuhammadiyah, 1987.
Ali al-Jarisyah, Adab al-Khaiwar wa al-Mudhorah, (al-Munawarah: Dar al-Wifa, 1989).
Etika diskusi, Era Inter Media, 2001.
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD,
1996.
Hasanuddin, hukum Dakwah, Jakarta; Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirut: Dar Fikr. 1990).