Anda di halaman 1dari 19

TUJUAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A

Ridholloh Ismat, M.Pd.I

Kelompok 3 :

 Ziky Zhufa Azra (11210110000019)


 Muhammad Abdi (11210110000001)
 Qanita Nur Hafizah (11210110000002)
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Tujuan Pendidikan”.

Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas dari mata kuliah Tafsir Tarbawi
dengan dosen bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A. dan dosen bapak Ridholloh
Ismat, M.Pd.I. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tujuan Pendidikan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi,
M.A. dan Bapak Ridholloh Ismat, M.Pd.I. selaku dosen Tafsir Tarbawi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, 03 Maret 2022


DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………….......................i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………4


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemah Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41 Beserta
Pendapat Para Mufassir ………………………………………………6

B. Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41 .......... 9

C. Kualitas-Kualitas dan Tujuan-Tujuan Pendidikan Yang Bisa Dicapai dalam Pendidikan


Islam ......................................................................................................12
D. ANALISIS PEMAKALAH ANTARA TEMA TUJUAN PENDIDIKAN dengan QS.
AL-IMRAN AYAT 137-139 dan QS. AL-HAJJ AYAT 40-41 .................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………17
B. Saran …………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….18


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan
makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal
pikirannya / kecerdasannya.Dengan kemampuannya ini manusia mampu
mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.Pengembangan diri
untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kitasebut dengan
pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan
proseskependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.Pendidikan merupakan usaha
manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transform
asi sehingga dapatmencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan
dapat tercapai,
diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menent
ukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, deng
an tanpa mengesampingkan perananunsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan
teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Olehkarena itu perlu
dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis
rohaniahyang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ayat, terjemah, serta pendapat para mufassi mengenai Qs. Al- Imran
ayat137-139 dan Qs. Al-Hajj ayat 40-41 ?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran ayat137-139 dan Qs. Al-Hajj ayat
40-41 ?
3. Bagaimana pendapat para mufassir tentang QS. Al-Imran 133-139 dan QS. Al-
Hajj ayat 40-41?
4. Bagaimana kualitas-kualitas dan tujuan-tujuan pendidikan yang bisa dicapai
dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna arti yang terkandung didalam QS. Al-Imran 137-
139 dan QS Al-Hajj 40-41
2. Untuk mengetahui asbabun nuzul QS. Al-Imran dan QS Al-Hajj 40-41
3. Mengetahui bagaimana pendapat para mufassir mengenai QS. Al-Imran 147-
139 QS. Al-Hajj 40-41
4. Mengetahui kualitas dan tujuan pendidikan yang bisa dicapai di dalam
pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemah Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41
Beserta Pendapat Para Mufassir
1. Surah Al-Imran Ayat 137-139 Beserta Terjemahan

)137( ‫َقْد َخ َلْت ِم ْن َقْبِلُك ْم ُس َنٌۙن َفِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفاْنُظُرْو ا َك ْيَف َك اَن َعاِقَبُة اْلُم َك ِّذ ِبْيَن‬
Terjemahan :

Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah
kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).

)138( ‫ٰه َذ ا َبَياٌن ِّللَّناِس َو ُهًدى َّو َم ْو ِع َظٌة ِّلْلُم َّتِقْيَن‬


Terjemahan :

Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

)139( ‫َو اَل َتِهُنْو ا َو اَل َتْح َز ُنْو ا َو َاْنُتُم اَاْلْع َلْو َن ِاْن ُك ْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن‬
Terjemahan :

Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.

2. Surah Al-Hajj Ayat 40-41 Beserta Terjemahan

(40)

‫ٱَّلِذ يَن ُأْخ ِرُج و۟ا ِم ن ِد َٰي ِر ِهم ِبَغْيِر َح ٍّق ِإٓاَّل َأن َيُقوُلو۟ا َرُّبَنا ٱُهَّللۗ َو َلْو اَل َد ْفُع ٱِهَّلل ٱلَّناَس َبْعَضُهم‬
‫ِبَبْع ٍض َّلُهِّد َم ْت َص َٰو ِمُع َو ِبَيٌع َو َص َلَٰو ٌت َو َم َٰس ِج ُد ُيْذ َك ُر ِفيَها ٱْس ُم ٱِهَّلل َك ِثيًر اۗ َو َلَينُصَر َّن ٱُهَّلل َم ن‬
‫ُصُرُهۗ ِإَّن ٱَهَّلل َلَقِو ٌّى َع ِزيٌز‬
‫َين ٓۥ‬

Terjemahan :

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan
sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang
lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

(41)
‫َاَّلِذ ْيَن ِاْن َّم َّك ّٰن ُهْم ِفى اَاْلْر ِض َاَقاُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا َتُو ا الَّز ٰك وَة َو َاَم ُرْو ا ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َنَهْو ا َع ِن اْلُم ْنَك ِۗر‬
‫َوِهّٰلِل َعاِقَبُة اُاْلُم ْو ِر‬

Terjemahan :

(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan
salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

3. Pendapat Para Mufassir Mengenai Surah Al-Imran Ayat 137-139


 Ayat 137
Jalalain berpendapat bahwa Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
kekalahan dalam perang Uhud (Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu
sunah-sunah) artinya cara-cara Allah menghadapi orang-orang kafir yaitu
menangguhkan kebinasaan mereka, lalu menghancurkan mereka secara
tiba-tiba (maka berjalanlah kamu) hai orang-orang beriman (di muka bumi,
dan lihatlah betapa akibat orang-orang yang mendustakan) para rasul,
artinya kesudahan nasib mereka berupa kebinasaan. Maka janganlah kamu
bersedih hati atas kemenangan mereka, karena Aku hanyalah
menangguhkan kebinasaan mereka itu hingga pada saatnya nanti.

 Ayat 138
Ibnu Katsir berpendapat bahwa (Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia yaitu di dalam Al-Qur'an ini terkandung penjelasan semua
perkara secara gamblang perihal apa yang dialami oleh umat-umat
terdahulu bersama musuh-musuh mereka. dan petunjuk serta pelajaran.
Artinya, di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian,
petunjuk bagi hati kalian, serta peringatan bagi kalian agar kalian
menghindari hal-hal yang diharamkan dan semua perbuatan dosa.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman menghibur hati kaum
mukmin: Janganlah kalian bersikap lemah.

 Ayat 139
Al-Maraghi berpendapat bawa Allah Swt. menghibur Nabi Muhammad
saw. dan sahabatnya dimana sesungguhnya mereka berada dalam derajat
yang tinggi. Meskipun umat muslim kalah di medan perang, akan tetapi
orang-orang beriman di perang Uhud lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan dengan orang-orang kafir. Sesungguhnya Allah melarang
merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut, akan
mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak
melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta,
kekayaan atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat
mengisi hatinya dengan kegembiraan. Akan tetapi bentuk larangan Allah
di sini adalah mengobati jiwa dengan cara bekerja dengan perbuatan yang
dilarang oleh Allah.

4. Pendapat Para Mufassir Mengenai Surah Al-Hajj Ayat 40-41


 Ayat 40
Menurut Ibnal-Arabi sebagaimana dikutip al-Qurtubi menjelaskan,
sebelum perjanjian Aqabah, Nabi saw. Dan orang beriman belum
diizinkan untuk berperang. Mereka hanya diperintahkan berdoa dan
bersabar atas penindasan orang-orang kafir. Hal ini berlangsung kurang
lebih 10 tahun. Namun setelah penindasan orang-orang kafir telah
mencapai puncaknya, sampai mengusir Nabi saw. Bahkan ada rencana
untuk membunuhnya. Maka Allah swt. Mengizinkan orang-orang beriman
untuk berperang. Menurut Ibn Abbas ra., Mujahid, Qatadah dan lainnya,
ayat ini adalah ayat yang pertama turun berkaitan dengan perintah jihad.
Ibn Kasir mengutip riwayat dari Ibn Abbas ra., ketika Rasulullah saw.
Hendak berhijrah ke Madinah karena diusir dan hendak dibunuh oleh kafir
Quraisy, Abu Bakar ra.Sudah punya firasat akan turun perintah untuk
berperang. Allah swt. Tidak sekadar mengizinkan orangorang beriman
untuk berperang. Tetapi Ia menjanjikan pertolongan-Nya kepada orang-
orang beriman yang berperang membela agama dan haknya sebagai
motivasi agar hati orang-orang beriman teguh sebab mereka tidak akan
berjuang sendiri, mereka punya Allah swt. Yang akan membantunya.

 Ayat 41
Di dalam tafsir Jalalain(Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Shuyuti)
(menjelaskan bahwa yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi) dengan memberikan pertolongan
kepada mereka sehingga mereka dapat mengalahkan musush-musuhnya
(niscaya mereka mendirikan shalat, menuinaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma’aruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar). Kalimat ayat
ini menjadi jawab syarat dan syarat beserta jawabnya menjadi shilah dari
maushul, kemudia diperkirakan adanya lafadz dari Hum sebelumnya
sebagai mubtada (dan kepada Allah lah kembali segala urusan) di akhirat,
semua urusan itu kembali kepadanya.
B. Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat
40-41

1. Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran Ayat 137-139


Salah satu metode al-Quran untuk memberi petunjuk jalan dan membimbing
manusia adalah mengajak manusia memperhatikan sejarah kaum terdahulu.
Dunia tidaklah terbatas pada masa kontemporer. Sebelum kita banyak sekali
manusia yang hidup di dunia ini dan meninggal dunia. Pengenalan sejarah dan
akibat perbuatan mereka merupakan pelajaran terbaik bagi kita yang hidup
dewasa ini. Karena dunia bagi kita yang hidup dewasa ini dikelola
berdasarkan Sunnah dan undang-undang tetap ilahi. Untuk mengenali tradisi
ini, kita harus mengetahui sejarah umat manusia terdahulu. Oleh karenanya,
al-Quran mengajak kita melakukan perjalanan di bumi dan mengkaji sejarah
orang-orang terdahulu sehingga dengan teliti kita mempelajari kesudahan
orang-orang yang baik dan buruk dan jangan sampai kita mengulangi
kesalahan-kesalahan orang-orang terdahulu. Dari dua ayat tadi terdapat tiga
poin pelajaran yang dapat dipetik:
 Membaca sejarah dan kesan-kesan yang tersisa dari peradaban masa
silam sangat ditekankan oleh Islam dengan syarat disertai dengan
perenungan.
 Faktor-faktor kemuliaan atau penghinaan di sepanjang sejarah adalah
sama dan pengenalan faktor-faktor itu penting sekali buat kehidupan
dewasa ini.
 Meskipun al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk namun, hanya
orang-orang bersih saja yang menerima dan diberi petunjuk.

Setelah kekalahan bala tentara Islam dalam perang Uhud, Muslimin telah
kehilangan semangat dan mengalami keputusasaan. Ayat ini menghibur
jangan sampai karena kekalahan, itupun dikarenakan tidak mentaati
pemimpin, kalian menjadikan diri kalian putus asa. Kalian harus
menguatkan iman. Karena kemenangan berada di tangan kalian. Dalam ayat
sebelumnya perhatian kepada sunnah-sunnah ilahi telah dikemukakan dalam
sejarah kaum terdahulu. Ayat ini menyinggung salah satu dari sunnah yang
disaksikan oleh Muslimin dengan mata mereka sendiri. Ia berkata, "Faktor
terpenting kemulaan dan kehormatan suatu bangsa, adalah iman kepada Allah
dan taat kepada para utusan ilahi. Karena menentang perintahnya dan
Rasulnya, akan menyebabkan kejatuhan dan kehinaan dan kalian menyaksikan
sunnah ilahi ini dalam perang Uhud." Dari ayat tadi terdapat dua poin
pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Tuhan, bukan hanya faktor kemuliaan pada hari kiamat,
melainkan di dunia menyebabkan kemenangan.
2. Kekalahan tidak sepatutnya menyebabkan mundur dan lemah melainkan
harus dijadikan pelajaran untuk langkah dan berikutnya.1
Surat Ali Imran ayat 137-139 yang dalam asbabun nuzulnya, dikatakan oleh
Ibnu Abbas r.a. bahwa pada perang Uhud, para sahabat mengalami kekalahan,
lalu ketika itu tiba-tiba Khalid bin Walid beserta pasukan berkuda kaum
musyrik ingin naik ke atas bukit untuk menyerang pasukan Islam. Melihat hal
itu, lalu rasulullah SAW, berkata: “Ya Allah, jangan sampai mereka
mengalahkan kami, Ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali atas izin dan
kehendak-Mu, Ya Allah, di tanah ini tidak ada orang-orang yang menyembah-
Mu kecuali orang-orang ini”. Lalu Allah SWT. menurunkan ayat-ayat ini.
Lalu ada sekelompok dari kaum Muslimin yang langsung meloncat berlarian
ke atas bukit, lalu mereka menyerang pasukan berkuda kaum musyrik dengan
senjata panah sehingga akhirnya mereka kalah dan mundur.2

2. Asbabun Nuzul Qs. Al-Hajj 40-41

Al-Tabari dalam tasfsirnya menuliskan bahwa ayat ini berbicara tentang


Rasulullah saw. dan para sahabat yang diusir dari Mekkah, karena
mendakwakan tauhid. Sehingga Rasulullah saw. harus hijrah ke Madinah.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa hal serupa juga dilakukan oleh para umat
terdahulu kepada para nabi dan pengikutnya. Karena penindasan yang
dilakukan oleh para musuh-musuh Islam sudah melampaui batas, merenggut
hak-hak orang beriman untuk bebas memilih kepercayaan bahkan sampai
mengusirnya dari kampung halamanya. Maka Allah swt. menolak keganasan
mereka terhadap orang beriman dengan diizinkannya untuk berperang dalam
rangka menegakkan hak-haknya. Apabila penindasan orang-orang kafir itu
tidak diantisipasi dengan perlawanan, maka mereka akan menghancurkan
temppat-tempat ibadah, baik itu gereja, zinagog dan masjid. Hal ini
mengindikasikan bahwa tiap agama sebelum Islam, nabi sebelum Nabi
Muhammad saw. juga diperintahkan untuk melawan orang-orang kafir3 dalam
rangka menjaga hak-haknya agar tidak ditindas, dan kalimat tauhid tetap
berkumandang. Ayat ke-40 dari surat al-Hajj, pada dasarnya penjelasan dari
ayat sebelumnya yang mengizinkankan kepada orang beriman untuk
berperang melawan orang kafir. Maka ayat ke-40 menjelaskan alasan
mengapa mereka sudah diizinkan untuk perang.

 Ibn al-Arabi sebagaimana dikutip al-Qurtubi menjelaskan, sebelum


perjanjian Aqabah, Nabi saw. dan orang beriman belum diizinkan untuk
berperang. Mereka hanya diperintahkan berdoa dan bersabar atas
1
Syukronjamils.(blogspot 2014) tentang-tafsir-surah-ali-imran-137-139.html
2
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir , Op.Cit., Jilid 2, 2013, hlm. 432
3
Di antaranya Nabi Dawud as. berperang melawan Jalut (Goliat). Kisah lengkapnya silahkan lihat QS al-
Baqarah/2: 246-252.
penindasan orang-orang kafir. Hal ini berlangsung kurang lebih 10 tahun.
Namun setelah penindasan orang-orang kafir telah mencapai puncaknya,
sampai mengusir Nabi saw. bahkan ada rencana untuk membunuhnya.
Maka Allah swt. mengizinkan orang-orang beriman untuk berperang.

 Menurut Ibn Abbas ra., Mujahid, Qatadah dan lainnya, ayat ini adalah ayat
yang pertama turun berkaitan dengan perintah jihad. Ibn Kasir mengutip
riwayat dari Ibn Abbas ra., ketika Rasulullah saw. hendak berhijrah ke
Madinah karena diusir dan hendak dibunuh oleh kafir Quraisy, Abu Bakar
ra. sudah punya firasat akan turun perintah untuk berperang.

Allah swt. tidak sekadar mengizinkan orangorang beriman untuk berperang.


Tetapi Ia menjanjikan pertolongan-Nya kepada orang-orang beriman yang
berperang membela agama dan haknya sebagai motivasi agar hati orang-orang
beriman teguh sebab mereka tidak akan berjuang sendiri, mereka punya Allah
swt. yang akan membantunya. Pada ayat ke-41 surat al-Hajj, Allah swt.
menjelaskan sifat orang-orang beriman yang apabila diberi nikmat berupa
kedudukan di muka bumi, maka ia mendirikan salat, menunaikan zakat, serta
mengajak kepada ma’ruf (kebaikan) dan mencegah kemungkaran. Sifat orang
beriman yang senantiasa mendirikan salat meskipun telah diberi kedudukan,
selain bermakna salat sebagai suatu perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri
salam. Juga bermakna simbolis, bahwa orang beriman senantiasa menjaga dan
memelihara hubungannya dengan Allah swt. Di samping itu salat juga
merupakan representasi dari segala bentuk kebaikan. Adapun menunaikan
zakat, merupakan representasi dari hubungan sesama manusia. Sebab orang
yang mengeluarkan zakatnya, selain karena taat pada perintah Allah, juga
mengindikasikan memiliki kepekaan sosial. Orang beriman juga senantiasa
menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam arti ia memiliki
prinsip kebaikan, mencintai dan selalu mengajak kepada kebaikan dan benci
kemungkaran. Sebab itu, orang beriman tidak akan pernah berdamai dengan
kemungkaran ia akan selalu berdiri melawan segala bentuk kemungkaran dan
ketidakadilan, yang tentu tidak mendatangkan apa-apa kecuali keburukan.

C. Kualitas-Kualitas dan Tujuan-Tujuan Pendidikan Yang Bisa Dicapai dalam


Pendidikan Islam
 Tujuan-Tujuan Pendidikan

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara


intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Tujuan
pendidikan dalam hal ini adalah agar generasi muda sebagai penerus generasi
tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai - nilai atau norma -
norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilan yang melatar belakang nilai - nilai dan norma kehidupan.
Pendidikan juga merupakan segala usaha orang dewasa dengan lingkungan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.4 Oleh karena itu, maka aktifitas pendidikan mestilah dimaknai
dengan usaha sadar manusia untuk mengembangkan potensi dan
kemampuannya sehingga menjadi realisasi diri yang sedemikian rupa yag
akan membentuk suatu kepribadian yang utuh.5 Pendidikan berintikan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta
didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan.6 Kurikulum mempunyai
kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuantujuan pendidikan.7

Tujuan menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu


proses pendidikan. Suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai arah
perubahan yang dicitacitakan dari suatu kurikulum. Tujuan yang jelas akan
memberi petunjuk yang jelas pula dalam pemilihan isi/bahan ajar, metode
pembelajaran, media, dan evaluasi. Bahkan, dalam berbagai model
pengembangan kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan
dalam menentukan komponen-komponen lainnya. Dalam Islam, pendidikan
dianggap sebagai sebuah proses yang melibatkan keseluruhan dimensi
manusia, mencakup akal, rohani, dan sosial. Seperti dicatat oleh AlNaquib al-
Attas, pendekatan yang menyeluruh dan integrasi terhadap pendidikan Islam
diarahkan ke “pertumbuhan kepribadian total yang seimbang… melalui
pelatihan rohani, akal, perasaan dan fisik… penanaman keimanan ke dalam
keseluruhan kepribadiannya.8

 Hossein Nasr menulis bahwa pendidikan mempersiapkan manusia untuk


kebahagiaan hidup, “tujuan akhirnya adalah suatu tempat yang permanen, dan
seluruh poin pendidikan adalah menuju ke dunia keabadian yang permanen
itu.”9

 Menurut Ali Ashraf, pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan


pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan
rohani, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena
4
Ngalim purwanto, ilmu pendidikan, 1992, bandung: PT. Remaja rosda karya h.12
5
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, 2005, Pekanbaru: LSFK2P, H. 31
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembanagn Kurikulum Teori dan Praktek, 2009, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,h. 1.
7
Ibid, h. 4
8
Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Islam, Secularism, and the Philosophy of the Future, (London: Mansella,
1979, h. 158
9
Seyyed Hossein Nasr, The Islamic Philosopher’s Views on Education, (Muslim Education Quarterly 2(4, 1984,
h. 7
itu, pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia
dalam segala aspek spritual, intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik,
baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek
untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

Tujuan terakhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan total


kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada
umumnya.10 Definisi tersebut merupakan perwujudan pengabdian yang
optimal kepada Allah SWT. Untuk dapat melaksanakan pengabdian tersebut,
seluruh potensi yang dimilikinya mesti dibina, yaitu potensi rohani,
intelektual, perasaan, kepekaan, dan sebagainya.

 pendapat Muhammad Amin. Menurutnya, pendidikan mencakup berbagai dimensi


yaitu badan, akal, perasaan, kehendak dan seluruh unsur kejiwaan manusia serta
bakatbakat dan kemampuannya. Pendidikan merupakan upaya untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan individual, sehingga potensi-potensi
kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna. potensi-potensi itu
sesungguhnya merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.11

 Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan


melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap eksistensi manusia, sehingga
tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun
kehidupannya secara mental, rohani serta kegiatannya di bumi ini, Islam
memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat
dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada
sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang
dijadikannya sesuai dengan fitrahnya.12

 Fadhil al-Djamalī menyatakan kesimpulan dari studinya bahwa sasaran


pendidikan menurut al-Qur’an ialah membina pengetahuan/kesadaran manusia
atas dirinya, dan atas sistem kemasyarakatan Islami serta atas sikap dan rasa
tanggung jawab sosial. Juga memberikan kesadaran manusia terhadap alam sekitar
dan ciptaan Allah serta mengembangkan ciptaan-Nya bagi kebaikan umat
manusia. Akan tetapi, yang lebih utama dari semua itu ialah makrifat kepada
Pencipta alam dan beribadah dengan cara menaati perintah dan menjauhi
larangan-Nya.13

Tujuan Pendidikan Islam adalah bagaimana merealisasikan ‘ubūdiyah li Allah14


dalam kehidupan insan, baik secara individu ataupun kelompok.15 Ibadah yang
dimaksud di sini bukanlah terbatas pada ritual-ritual Islam, seperti shalat, puasa
10
Syed Ali Ashraf (ed), Op. Cit., h. 2
11
Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam: Upaya mencari Identitas dalam Era Globalisasi, (Jakarta:
Fikahati, Aneka, 1992, h. 93
12
Muhammad Quthb, Manhaj al-Tarbīyah al-Islamīyah, (Mishr: Dar alSyurūq, 1993, h. 27
13
Muhammad Fadhil al-Djamalī, Tarbīyah al-Insan al-Jadīd, (Tunisīyah alSyughl: Mathba’ah al-Ittihad
al-‘ąmmah, 1967, h. 109
14
QS. Al-Dzariyat/51: 56
dan zakat, tapi lebih luas dari itu. Ibadah dalam pengeritan bahwa seseorang hanya
menerima seluruh masalah kehidupannya dari Allah SWT, dan bahwa ia terus
menerus dalam relasi dengan Allah SWT. Shalat, puasa, zakat adalah kunci-kunci
ibadah, atau sebagai halte tempat menambah perbekalan bagi seorang yang sedang
mengembara.16 Membentuk hubungan manusia dengan Allah SWT, dan
mendorong mereka untuk kembali kepada Allah pada setiap saat, adalah kaidah
pokok Pendidikan Islam. Dengan kaidah ini, semua masalah dilaksanakan; dan
tanpanya segala perbuatan di dunia tidak mempunyai arti. Oleh sebab itu, tujuan
pendidikan Islam berbeda dengan tujuan pendidikan lainnya,17 yaitu membentuk
muslim yang beramal shaleh. Manusia yang ingin diciptakan oleh pendidikan ini
adalah insan yang dalam semua amalnya selalu berhubungan dengan Allah SWT.
Atas dasar ini, maka pendidikan Islam memusatkan perhatiannya kepada
pembentukan individu muslim agar melakukan amal sholeh dalam dirinya, yaitu
dengan mengembangkan kemampuan akal sampai ketingkat kematangan dan
keahlian; baik dalam bidang agama, sosial maupun alam. Saīd Hawwa dengan
tegas mengatakan, tujuan utama pendidikan Islam menciptakan muslim yang
shaleh.18

 Menurut ‘Athīyah al-Abrasyī, tujuan pendidikan Islam adalah tujuan, yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya, yaitu
pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa
pendidikan Islam tanpa mengabaik-an pendidikan jasmani, akal, dan i1mu
praktis.19 Tujuan tersebut berpijak dari Sabda Nabi SAW bahwa ia diutus untuk
menyempurnakan pada akhlak

 Kualitas-Kualitas Pendidikan Islam

Usia pendidikan Islam Indonesia telah berjalan selama dan seiring dengan umur
kemerdekaan negara Indonesia. Hal ini karena dalam fakta sejarah disebutkan bahwa
benih-benih dari pendidikan Islam adalah munculnya semangat untuk merdeka.
Benih-benih nasionalisme muncul dari lembaga pendidikan Islam waktu itu.

Pendidikan Islam Indonesia saat ini terlihat masih dipenuhi problematikasecara


eksplisit hal ini terjadi dalam konteks sejarah. Pada periode kolonial pendidikan Islam
yang berbasis pesantren dimana saat yang bersamaan pula pemerintah kolonial
memiliki misi yang sama pula yaitu mendirikan sekolah misionaris. Pada saat itu
psantren dan madrasah dijadikan sasaran target politik pemerintahan Belanda karena
sebagai pusat perlawanan umat muslim. Akan tetapi segera setelah kemerdekaan,
pendidikan Islam banyak mengalami perubahan dengan mengadopsi berbagai sistem,
dengan memasukkan berbagai mata pelajaran.

15
Hamīd Mahmūd Isma’īl, Min Ushūl Tabīyah fī al-Islam, (Shan’a: Wizarah al-Tarbīyah wa al-Ta’līm, l986, h.
98
16
Hamīd Mahmūd Isma‘īl, Op. Cit.,, h. 98
17
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the
Fundamental Elements of the Wordview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995, h. 39.
18
Sa‘īd Hawwa, Fī ąfaq al-Ta’alīm, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980, h. 32:
19
Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyī, Rūh al-Tarbīyah wa al-Ta’līm, (Dar alAhya, tt., h. 7
Analisis SWOT pendidikan Islam. SWOT adalah singkatan dari strengths,
weaknesses, opportunitiesandthreats(kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman/hambatan). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan
dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif
dalam menempatkan potensi institusi.

Kekuatan :

 Basis pendidikan masyarakat muslim

 Orientasi terhadap Penggalang kekuatan nasional

 Legitimasi pendidikan dari masyarakat sangat kuat

 Menjadi harapan institusi yang agamis

Kelemahan :

 Mayoritas peminat adalah menengah ke bawah

 Eksistensinya di anggap berbahaya oleh kolonial sehingga di marjinalkan

 Legitimasi dari pemerintah lemah

 Kolonial haroakan konstitusi sekuler

Peluang :

 Menjadi kampus muslim total

 Membangun hubungan dengan kolonial

 Menjadi tempat transfer ilmu keagamaan

 Orientasi keakhiratan

Hambatan :

 Masyarakat masih terkoyak dalam derajat ekonomi, dan pendidikan Islam dianggap
lemah secara kualitas

 Kehilangan spirit sebagai kekuatan perlawanan


 Kemajuan zaman mensyaratkan pendidikan yang proporsional ilmu keduniaan dan
keakhiratan

Dari analisa di atas dapat diketahui letak pendidikan Islam berada pada titik yang
kurang menguntungkan. Antara alat mendidik, berjuang atau dilawan pemerintah
kolonial.

D. ANALISIS PEMAKALAH ANTARA TEMA TUJUAN PENDIDIKAN dengan


QS. AL-IMRAN AYAT 137-139 dan QS. AL-HAJJ AYAT 40-41

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tujuan pendidikan Islam. Metode


penelitian yang digunakan adalah literaturerivew. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagai upaya dasar pendidikan Islam mempunyai dua tujuan
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ialah untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Yaitu sebagai tempat tujuan terakhir umat manusia.
Dan tujuan khusus biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tempat dan waktu.
Biasanya tujuan khusus ini adalah untuk memberikan manfaat dalam kehidupan
(sekuler). Pesan Allah SWT kepada orang yang beriman agar tidak merasa lemah dan
sedih jika dimaknai dalam konteks pendidikan berarti pendidikan bertujuan untuk
memantapkan kepribadian seseorang, menguhkanhatinya agar tidak mudah goyah dan
terombang-ambing. Pendidikan juga bertujuan agar manusia dapat memahami dan
berfokus hal-hal esensial dan subtantif. Tidak tertipu pada hal-hal yang sifatnya semu
dan pencitraan semata. Sebab pendidikan andalah bertujuan untuk membentuk
kepribadian menjadi kepribadian yang utama. Tentu untuk mencapai itu sangat
berkaitan dengan hati yang kemudian melahirkan karakter yang tangguh. Jangan
mudah tertipu dengan apa yang terlihat di indrawikarna seringkali manusia hanya
membungkus niat dan kepentingan nya dengan perilaku yang seolah-olah mulia.
Hal tersebut terlihat dari ayat QS Al-imran ayat 139, yang menghibur orang-orang
beriman agar tidak bersedih atas kekalahan. Karena kemenangan dan kekalahan itu
hanyalah semu dan sementara. Sejatinya, tinggi rendahnya sesuatu tidak tergambar
dari apa yang terlihat tetapi ditentukan dari hal yang esensial yang terdapa di dalam
hati yaitu keimanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki tujuan tersendiri. Tidak terkecuali
bagi pendidikan yang pastinya memiliki tujuan untuk kedepannya. Terutama
dalam pendidikan Islam yang pastinya memiliki kualitas-kualitas serta tujuan-
tujuan yang sangat penting bagi kepentingan di dunia dan di akhirat.Selain
pendidikan Islam juga memiliki khas tersendiri karena berpegang teguh kepada
Al-quran dan As-sunnah. Adanya tujuan untuk memperoleh pengetahuan yaitu
dengan pembinaan akal dan untuk menuju ke perubahan yang lebih baik dengan
pembinaan jiwa. Mewujudkan insan muslim untuk taat beribadah kepada Allah
SWT.
Seperti di dalam QS. Al-imran 137-139 dan Al-Hajj 40-41menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan adalah :
 Agar manusia belajar dari sejarah masa lalu.
 Agar manusia mengetahui jalas yang lurus dan benar, dimana Al-quranlah
yang menjadi pendidik dan penerang bagi manusia.
 Agar menjadi manusia yang kuat jasmani dan rohani. Memiliki derajat yang
tinggi serta tentram di dunia dan bahagia di akhirat
 Agar menjadi manusia yang benar-benar beriman kepada Allah SWT
 Agar manusia tidak dicela lagi oleh Allah dengan tidak menjadi penghianat
lagi pengingkar nikmat Allah SWT
 Agar mampu menjaga diri sendiri, keluarga, harta, bangsa, serta agamanya.
 Agar mampu melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta dapat menyuruh
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.

B. Saran
Demikian makalah “Tujuan Pendidikaan” yang telah kami susun. Semoga
bermanfaat bagi penulis serta bagi para pembaca. Semoga kita dapat mewujudkan
tujuan pendidikan sesuai dengan Al-quran dan As-sunnah serta dapat
mengamalkannya. Sekian terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Syukronjamils.(blogspot 2014) tentang-tafsir-surah-ali-imran-137-139.html

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir , Op.Cit., Jilid 2, 2013, hlm. 432

Di antaranya Nabi Dawud as. berperang melawan Jalut (Goliat). Kisah lengkapnya silahkan
lihat QS al-Baqarah/2: 246-252.

Ngalim purwanto, ilmu pendidikan, 1992, bandung: PT. Remaja rosda karya h.12

Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, 2005, Pekanbaru: LSFK2P, H. 31

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembanagn Kurikulum Teori dan Praktek, 2009, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,h. 1.

Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Islam, Secularism, and the Philosophy of the Future,
(London: Mansella, 1979, h. 158

Seyyed Hossein Nasr, The Islamic Philosopher’s Views on Education, (Muslim Education
Quarterly 2(4, 1984, h. 7

Syed Ali Ashraf (ed), Op. Cit., h. 2

Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam: Upaya mencari Identitas dalam Era
Globalisasi, (Jakarta: Fikahati, Aneka, 1992, h. 93

Muhammad Quthb, Manhaj al-Tarbīyah al-Islamīyah, (Mishr: Dar alSyurūq, 1993, h. 27

Muhammad Fadhil al-Djamalī, Tarbīyah al-Insan al-Jadīd, (Tunisīyah alSyughl: Mathba’ah


al-Ittihad al-‘ąmmah, 1967, h. 109

QS. Al-Dzariyat/51: 56

Hamīd Mahmūd Isma’īl, Min Ushūl Tabīyah fī al-Islam, (Shan’a: Wizarah al-Tarbīyah wa al-
Ta’līm, l986, h. 98

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition


of the Fundamental Elements of the Wordview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995, h. 39.
Sa‘īd Hawwa, Fī ąfaq al-Ta’alīm, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980, h. 32:

Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyī, Rūh al-Tarbīyah wa al-Ta’līm, (Dar alAhya, tt., h. 7

Anda mungkin juga menyukai