Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TUJUAN DAKWAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen pengampu :
Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I

Kelas B4
Disusun oleh :

M. LUTHFI HAIDAR ( 04040323115 )


KING MUHAMMAD ( 04040323108 )
M. ABDUL HADI ( 04040323113 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI UNIVERSITAS ISLAM
NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentu penulis
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I.,selaku Dosen pengampu
mata kuliah Tafsir Dakwah yang telah mempersilahkan penulis untuk menyusun makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan. Tentu saja penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu, saran, komentar serta kritikan sangat diharapkan oleh penulis demi
memperbaiki makalah ini. Penulis juga berharap bahwa makalah ini mampu memberikan
pengetahuan yang bermanfaat kepada para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Qs. Ali Imron: 138-139...................................................................................................5
B. Qs. Al Fath: 28................................................................................................................8

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui sendiri, Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril secara berangsur- angsur,
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut. serta
sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil agar bisa membebaskan manusia dari
kesesatan menuju jalan yang lurus.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an. surat ini terdiri dari 200 ayat dan
termasuk surat Madaniyah. Dinamakan surat Ali Imran karena memuat keluarga Imran
dan didalamnya memuat kisah kelahiran Nabi Isa, persamaan ceritanya seperti Nabi
Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebutkan pula kelahiran Maryam binti
Imran. Surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (dua yang
cemerlang), karena dua surat ini menyingkapkan hal-hal yang menurut Al-Qur'an
disembunyikan oleh ahli kitab, seperti kejadian Nabi Isa dan kedatangan Nabi
Muhammad. Surat Ali Imran turun setelah surat al-Anfal dan sebelum surat al-Ahzab.
Dalam susunan mushaf, ia berada pada urutan ke tiga setelah surat Al-Baqarah dan
sebelum an-Nisa. Isi kandungannya secara umum berkaitan dengan keimanan, hukum-
hukum, kisah-kisah dan sebagainya. Dan surat Ali Imran ayat 138-139 menjelaskan
tentang salah satu fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan
yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Surat Al-Fath adalah surat ke-48 dalam Al-Qur'an. Surat ini tergolong surah
Madaniyah yang terdiri atas 29 ayat. Dinamakan Al-Fath yang berarti kemenangan
diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar
dari ayat-ayat surah ini menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan
yang dicapai Nabi Muhammad SAW dalam peperangannya. Dan pada surat ini
menjelaskan tentang pibadi Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Beliau adalah nabi
penutup dan sekaligus Rasul terakhir Nya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Surat dan Terjemahan dari surah Qs. Ali Imron:138-139 dan Qs. Al Fath: 28
2. Mufrodat (kosa kata) surah Qs. Ali Imron: 138-139 dan Qs. Al Fath: 28
3. Asbabun Nuzul Surah Ali Imron dan Al Fath
4. Tafsir Surah Ali Imron: 138-139 dan Al Fath: 28
5. Analisis ayat surah ali imron: 138-139 dan al fath: 28

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mengenai isi dari surat Ali
Imron: 138-139 dan surat Al Fath: 28. Selain itu penulis juga mengharapkan dengan
adanya makalah ini maka pembaca akan lebih memahami tentang apa yang ditulis
dalam makalah ini.

4
BAB II PEMBAHASAN

(Qs. Ali Imron: 138-139 dan Qs. Al Fath: 28)

A. Qs. Ali Imron: 138-139

‫ َو اَل َتِهُنو۟ا َو اَل َتْح َز ُنو۟ا َو َأنُتُم ٱَأْلْع َلْو َن‬١٣٨ ‫َهٰـ َذ ا َبَياٌۭن ِّللَّناِس َو ُهًۭد ى َو َم ْو ِع َظٌۭة ِّلْلُم َّتِقيَن‬
١٣٩ ‫ِإن ُك نُتم ُّم ْؤ ِمِنيَن‬

138."(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
139. "janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman."1

1. Mufrodat ( kosa kata )

TERJEMAH LAFADZ
(AL-QUR’AN) Ini adalah penjelasan
‫َهٰـ َذ ا َبَياٌۭن ِّلاَّل ِس‬
bagi manusia
Petunjuk ‫َو ُهًۭد ى‬
Dan pengajaran ‫َو َم ْو ِع َظٌۭة‬
Bagi orang-orang yang bertaqwa ‫ِّلْلُم َّتِقيَن‬
Dan janganlah kamu merasa lemah ‫َو اَل َتِهُنوا‬
Dan janganlah kamu bersedih hati ‫َو اَل َتْح َز ُنو۟ا‬
Padahal kamu adalah orang yang paling ‫َو َأنُتُم ٱَأْلْع َلْو َن‬
tinggi (derajatnya)
Jika kamu (benar-benar) beriman ‫ِإن ُك نُتم ُّم ْؤ ِمِنيَن‬

1
Moh Rifai, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Wicaksana, 1999)

5
2. Azbabun Nuzul
Pembicaraan pada ayat-ayat terdahulu menceritakan Perang Uhud dan berbagai
pristiwa penting. Kemudian Allah mengingatkan kaum mukminin tentang Perang Badar
dan apa-apa yang telah dipastikan untuk mereka, sekalipun jumlah personil pasukan dan
peralatanya sangat minim.2
Bagian ini dimulai dengan menunjukkan kepada kaum mukminin dalam Perang Uhud
yang mana dalam ayat-ayat yang telah lalu Tuhan menerangkan, kalau sekiranya mereka
berpegang teguh pada sabar, takwa dan tawakal, malaikat pun akan datang membantu.
Tetapi antara mereka ada yang mengharapkan semata-mata rampasan perang, lalu
meninggalkan ketaatan kepada Rasulullah, sehingga Rosul sendiri nyaris mati dibunuh
dan telah luka. Maka Allah SWT menurunkan ayat 139, surat Ali Imran.
Setelah selesai peperangan Uhud yang telah menewaskan tujuh puluh Mujtahid fi
Sabilillah, antaranya Hamzah bin Abdul Mutholib, paman Nabi saw. sendiri dan Nabi
saw. pun mendapat luka, kelihatan kelesuan, lemah semangat dan dukacita; maka
datanglah ayat ini angkat mukamu, jangan lemah dan jangan dukacita. Sebab suatu hal
masih ada padamu, modal tunggal yang tak pernah dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu
iman. Jikalau kamu masih mempunyai iman dalam dadamu, kamulah yang tinggi dan
akan tetap tinggi. Sebab iman itu adalah pandumu menempuh zaman depan yang masih
akan mau dihadapi.3

3. Tafsir Qs. Ali Imron: 138-139


a) . Tafsir Ath-Thabari
Firman Allah SWT ‫" وهدى وموعظة‬dan petunjuk serta pelajaran". Makna kata
‫ هدى‬adalah petunjuk kepada jalan yang haq dan manhaj agama yang benar, dan makna
kalimat ‫ موعظة‬adalah pengingat akan kebenaran dan jalan petunjuk. Riwayat-riwayat
yang sesuai dengan makna tersebut adalah: Ahmad bin Hazim dan Al Mutsanna
menceritakan kepada kamimereka berkata Abu Nu'aim menceritakan kepada kami, ia
berkata Sufyan menceritakan kepada kami dari Bayan, dari Asy-Sya'bi tentang
kalimat ‫هدی‬, ia berkata, "maknanya adalah petunjuk atau kesesatan. Sementara itu,
kalimat ‫ موعظة‬maknanya adalah pelajaran dan kebodohan"4

2
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy jilid 4, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1986), hal 103
3
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983), hlm.97
4
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 5, 2008, hlm. 899-900

6
b) . Tafsir Almisbah
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya
Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud
Kaum Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang
mati syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil
menawan. dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari
Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa.
Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi musuhmu dan musuh
Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu
alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk
berusaha yang lebih baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya
di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan
kebenaran dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu
bersedih hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka
akan mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu benar-
benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya5

c) . Tafsir Ibnu Katsir


Di dalam Al-qur'an terdapat penjelasan mengenai berbagai hal, serta
bagaimana keadaan umat-umat terdahulu dan juga musuh-musuh mereka. Di dalam
Al-Qur'an itu terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian dan petunjuk bagi
hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu pencegahan terhadap hal-hal yang diharamkan
dan perbuatan dosa. Kemudian Allah menghibur kaum Muslim, dengan Firman Allah
artinya janganlah kamu lemah dengan kejadian itu, padahal kamu adalah orang yang
paling tinggi derajatnya dan bahwa pertolongan hanya bagi kalian.6

4. Analisis Qs. Ali Imron: 138-139


a) Keteguhan pada Ajaran
Ayat 138 menyoroti pentingnya keteguhan dan kesetiaan umat Islam terhadap
ajaran agama. Hal ini relevan dengan tujuan dakwah, karena dakwah bertujuan untuk
menyebarkan ajaran Islam dan mengajak orang untuk berpegang teguh pada prinsip-
prinsip agama tanpa mengubahnya.

5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Juz II (Jakarta:Lentera Hatl, 2002) hal.226-227
6
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi'i.

7
a. Keberuntungan dan Hukum Allah
Ayat 139 menyatakan bahwa keberuntungan umat Islam tergantung pada
kesetiaan mereka pada agama sampai Allah menetapkan hukum-Nya. Dalam konteks
dakwah, ini menggaris bawahi bahwa keberhasilan dakwah bukan hanya hasil usaha,
tetapi juga atas izin dan ketentuan Allah. Oleh karena itu, tujuan dakwah haruslah
sesuai dengan ketentuan dan nilai-nilai agama.7

5. Kesimpulan
1. ayat ini menunjukkan bahwa tujuan dakwah juga mencakup menghargai
keberagaman dalam umat Islam. Dakwah tidak hanya tentang menyampaikan
ajaran agama kepada orang lain, tetapi juga tentang membangun hubungan yang
harmonis antar umat Islam dengan memahami dan menghargai perbedaan
pendapat dan tradisi. Ini menekankan pentingnya memperkuat persatuan umat
Islam tanpa mengabaikan perbedaan yang ada.

2. ayat ini menekankan pentingnya memelihara keimanan dan kesetiaan terhadap


ajaran agama dalam dakwah. Dakwah bertujuan untuk membangun keterikatan
yang kuat antara umat Islam dengan prinsip-prinsip keimanan, yang kemudian
membantu memperkuat persatuan dan keharmonisan dalam umat Islam.

3. ayat ini adalah bahwa tujuan dakwah juga mencakup menjaga kesatuan dalam
keragaman. Dakwah mengajarkan umat Islam untuk bersatu dalam keimanan dan
prinsip-prinsip agama, sambil menghargai perbedaan pendapat dan tradisi di
antara mereka. Hal ini mencerminkan pentingnya membangun persatuan yang
kokoh dalam keragaman sosial dan budaya umat Islam.

B. Qs. Al Fath: 28

7
Qazi Sanaullah Panipati, (1984) Tafsir Al Mazhari

8
٢٨ ‫ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْر َس َل َرُسْو َلٗه ِباْلُهٰد ى َو ِدْيِن اْلَح ِّق ِلُيْظِهَر ٗه َع َلى الِّدْيِن ُك ِّلٖۗه َو َك ٰف ى ِباِهّٰلل َش ِهْيًدا‬

Artinya : “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap agama (secara) keseluruhan dan
Cukuplah Allah sebagai saksi.”8

1. Mufrodat ( kosa kata )

TERJEMAH LAFADZ
Dialah ‫ُهَو‬
yang ‫اَّلِذ ْٓي‬
Mengutus ‫َاْر َس َل‬
Rasul-Nya ‫َرُسْو َلٗه‬
Dengan membawa petunjuk ‫ِباْلُهٰد ى‬
dan agama ‫َو ِدْيِن‬
Yang benar ‫اْلَح ِّق‬
Agar di menangkan-Nya ‫ِلُيْظِهَر‬
Terhadap agama ‫َع َلى الِّدْيِن‬
(secara) keseluruhan ‫ُك ِّلٖۗه‬
Dan cukuplah ‫َو َك ٰف ى‬
Allah ‫ِباِهّٰلل‬
Sebagai saksi ‫َش ِهْيًدا‬

2. Azbabun Nuzul

Surat Al-Fath ayat 28, Asbabun Nuzulnya terkait dengan peristiwa perjanjian
Hudaibiyah.

8
Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli.(2004) Tafsir Jalalain. Jilid 1 Hal. 262

9
Pada tahun ke-6 Hijriah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
memutuskan untuk melakukan umrah, sebuah ibadah yang telah mereka rindukan
setelah terhalang selama beberapa tahun oleh musuh-musuh Islam. Mereka
berangkat dari Madinah menuju Mekah, tetapi rombongan mereka dicegah oleh
pihak Quraisy dan terjadi ketegangan yang mengancam pecahnya konflik
bersenjata.9
Namun, melalui mediasi dan perundingan yang dipimpin oleh Khalifah kedua,
Umar bin Khattab, akhirnya tercapailah perjanjian antara pihak Muslim dan Quraisy
yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah. Meskipun pada awalnya perjanjian ini
tampaknya merugikan pihak Muslim karena beberapa ketentuan yang tidak
menguntungkan, seperti penundaan pelaksanaan umrah, namun sebenarnya
perjanjian ini membuka jalan bagi kemenangan dan penyebaran Islam yang lebih
luas.
Ayat 28 dari Surat Al-Fath diturunkan di tengah-tengah peristiwa perjanjian
Hudaibiyah, dan menegaskan bahwa Allah akan memenangkan agama-Nya
meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya. Ini memberikan keyakinan
kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya bahwa meskipun situasi
awalnya tampak sulit, Allah akan memberikan kemenangan pada akhirnya.10

3. Tafsir Qs. Al Fath: 28

a. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir, seorang ulama terkenal dari abad ke-14, memberikan penjelasan yang
mendalam tentang Al-Quran dalam tafsirnya. Dia menjelaskan bahwa ayat ini
menegaskan bahwa Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang benar agar menang atas segala agama, meskipun musuh-musuh Islam
tidak menyukainya.11

b. Tafsir Al-Qurtubi :
9
Al-Wahidi. (1997). "Asbab al-Nuzul".
10
Ibnu Katsir. (2000). "Tafsir Ibnu Katsir". Jilid 2
11
Ibnu Katsir.(2000) "Tafsir Ibnu Katsir", Jilid 2

10
Al-Qurtubi, seorang cendekiawan Muslim dari abad ke-13, menafsirkan ayat
ini dengan penekanan pada konteks historis peristiwa Hudaibiyah. Dia menjelaskan
bahwa perjanjian Hudaibiyah adalah bukti konkret dari janji Allah untuk
memenangkan agama-Nya.12

c. Tafsir Jalalain:
Tafsir Jalalain adalah karya dua ulama besar, Jalaluddin As-Suyuti dan
Jalaluddin Al-Mahalli, dari abad ke-15. Mereka menjelaskan bahwa ayat ini
menegaskan bahwa Allah akan memenangkan agama-Nya, meskipun orang-orang
musyrik tidak menyukainya.13

d. Tafsir Fathul Qadir:


(Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk) maksudnya
adalah pengutusan yang disertai dengan petunjuk. (dan agama yang haq) maksudnya
adalah Islam. (agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama) maksudnya adalah
ditinggikan-Nya di atas agama- agama lainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh
penegasan kata jenis. Pendapat lain menyebutkan, bahwa maksudnya adalah agar
dimenangkan-Nya Rasul-Nya. Pendapat yang pertama lebih tepat, dan
alhamdulillaah, itu benar-benar telah terjadi, karena agama Islam memang di atas
semua agama dan para pemeluk agama lainnya tunduk kepadanya)da cukuplah Allah
sebagai saksi). Huruf dhaa di sini sebagai tambahan, sebagaimana pernah dijelaskan
beberapa kali, yakni cukuplah Allah sebagai saksi atas kemenangan ini, yang telah
dijanjikan kepada kaum muslim, dan atas kenabian Nabi-Nya.14

4. Analisis Qs. Al Fath: 28

a. Rasul sebagai Pembawa Petunjuk Ayat ini menekankan bahwa tujuan utama dakwah
adalah membawa petunjuk kepada manusia. Rasulullah diutus untuk membimbing
umat manusia dengan ajaran yang benar dan petunjuk yang lurus.

12
Al-Qurtubi.(2003) "Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an" Jilid 4
13
Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli.(2004) "Tafsir Jalalain", Jilid 1
14
Imam Asy-Syaukani,(2012) TAFSIR FATHUL QADIR, hal 445

11
b. Menyatakan Keunggulan Agama Islam Ayat ini menyatakan bahwa tujuan utama
dakwah adalah untuk memenangkan agama Islam atas semua agama lain. Ini bukan
berarti menggunakan kekerasan, tetapi melalui penyebaran ajaran yang benar dan
persuasif.

c. Ketegasan Meskipun Ada Oposisi Meskipun mungkin ada oposisi dari pihak musyrik
atau orang-orang yang tidak menyukai ajaran Islam, tujuan dakwah tetaplah jelas,
yaitu menyebarkan petunjuk dan agama yang benar.

5. Kesimpulan

a. Pembelaan Terhadap Hak-hak dan Keadilan: Ayat ini menekankan bahwa dakwah Islam
tidak hanya berkaitan dengan penyebaran ajaran agama, tetapi juga dengan membela
hak-hak dan keadilan bagi umat Muslim. Hal ini menegaskan bahwa bagian dari tujuan
dakwah adalah untuk memastikan bahwa umat Muslim dapat hidup dalam keadaan
yang adil dan sejahtera, di mana hak-hak mereka dilindungi dan keadilan ditegakkan.
Dengan demikian, dakwah tidak hanya terkait dengan aspek spiritual, tetapi juga
mencakup aspek sosial dan politik yang memperjuangkan kesejahteraan umat Islam
secara keseluruhan.

b. Ayat 28 dari surat Al-Fath menyampaikan pesan bahwa tujuan utama dari dakwah
(penyebaran ajaran agama Islam) adalah untuk memberikan pemahaman yang benar
tentang agama kepada orang-orang dan untuk memperkuat iman serta keyakinan
mereka. Kesimpulannya, tujuan dakwah adalah untuk menyebarkan kebenaran agama
dan memperkuat iman umat.

c. Ayat ini menunjukkan bahwa umat Islam, yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW,
ditugaskan untuk menegakkan agama Allah dan menyebarkannya kepada seluruh
manusia. Mereka yang beriman dan berusaha menyampaikan dakwah akan diangkat
derajatnya di dunia dan di akhirat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Moh Rifai, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Wicaksana, 1999)


Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy jilid 4, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1986), hal 103
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983), hlm.97
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 5, 2008, hlm. 899-900
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Juz II (Jakarta:Lentera Hatl, 2002) hal.226-227
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Qazi Sanaullah Panipati, (1984) Tafsir Al Mazhari
Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli.(2004) Tafsir Jalalain. Jilid 1 Hal. 262
Al-Wahidi. (1997). "Asbab al-Nuzul".
Ibnu Katsir. (2000). "Tafsir Ibnu Katsir". Jilid 2
Ibnu Katsir.(2000) "Tafsir Ibnu Katsir", Jilid 2
Al-Qurtubi.(2003) "Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an" Jilid 4
Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli.(2004) "Tafsir Jalalain", Jilid 1
Imam Asy-Syaukani,(2012) TAFSIR FATHUL QADIR, hal 445

13
14

Anda mungkin juga menyukai