Anda di halaman 1dari 12

KEWAJIBAN BERDAKWAH I BERDASARKAN AYAT-AYAT AL

QUR’AN SURAT ALI IMRAN, AL DZARIYAT, AL FATH, DAN AL


HAJJ

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir
Dakwah

Dosen Pengampu : Khafidloh, M. Hum.

Disusun Oleh Kelompok 3/KPI D-4

Kiki Arwinda 302180094


M. Reza Hidayat I 302180104
Restu Hasnul Z 211014033

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Dakwah
Adapaun dalan penulisan makalah ini, materi yang akan di bahas adalah “Kewajiban
Berdakwah I Berdasarkan Ayat-Ayat Al Qur’an Surat Ali Imran, Al Dzariyat, Al Fath, dan
Al Hajj”

Ucapan terima kasih Kepada Ibu Khafidloh, M. Hum. selaku dosen yang membimbing
kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang membantu kami dalam bentuk pikiran, tenaga, dan biaya dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dikarenakan masih
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang dapat memacu kami
untuk terus berbenah dan banyak belajar supaya ilmu pengetahuan yang kami miliki dapat
terus bertambah.

Kami berharap semoga dengan makalah ini, dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita dalam mempelajari Mata Kuliah Tafsir Dakwah, serta dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Ponorogo, Februari 2020


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

A. Latar Belakang ..............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

1. QS. Ali Imran ................................................................................................5


2. QS. Al Dzariyat .............................................................................................6
3. QS. Al Fath ....................................................................................................8
4. QS. Al Hajj ....................................................................................................8

BAB III PENUTUP .................................................................................................10

Kesimpulan ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim. Perintah tersebut


ditunjukkan dalam bentuk kata perintah, dan kecaman bagi yang meninggalkan
dakwah. Kata perintah (fi‟il amar) disebut dalam QS. an-Nahl: 125 dengan kata
“serulah”, sedangkan dalam QS. Al-Imran: 104 “dan hendaklah ada sekelompok
orang yang berdakwah”. Perintah yang pertama menghadapi subjek hukum yang
hadir, sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir (in absentia).
Dalam kaidah Ushul Fikih disebutkan bahwa “pada dasarnya perintah
menunjukkan kewajiban (al-Ashl fi al-amr li al-wujub)”. Dengan demikian sangat
jelas bahwa perintah berdakwah dalam kedua ayat tersebut adalah perintah wajib.
Demikian pula, ancaman laknat Allah menunjukkan larangan keras, kaidah Ushul
Fikih lain yang terkait dengan kaidah diatas berbunyi “pada dasarnya, larangan itu
menunjukkan hukum haram (al-ashl fi alamr li al-wujub). Dengan demikian,
kecaman keras Allah bagi orang-orang yang tidak perduli dakwah berarti wajib
melaksanakan dakwah.
Kewajiban berdakwah dalam surat Ali Imran, Al Dzariyat, Al Fath, dan Al
Hajj akan mengupas kewajiban berdakwah bagi umat Islam. Hal tersebut secara
lebih luas akan dipaparkan dalam penjelasan di bawah ini.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penjelasan tentang kewajiban berdakwah dalam surat Ali Imran 138
- 139 ?
2. Bagaimana penjelasan tentang kewajiban berdakwah dalam surat Al Dzariyat 56
?
3. Bagaimana penjelasan tentang kewajiban berdakwah dalam surat Al Fath 28 ?
4. Bagaimana penjelasan tentang kewajiban berdakwah dalam surat Al Hajj 41 ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ali - Imran Ayat 138-139

)١٣٨( َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬


ِ َّ‫ان لِلن‬
ٌ َ‫هَ َذا بَي‬

)١٣٩( َ‫َوال تَ ِهنُوا َوال تَحْ َزنُوا َوَأ ْنتُ ُم األ ْعلَوْ نَ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya:

138. “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang- orang yang bertakwa.”
139. “janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.”

 Mufrodat

(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh


manusia ِ َّ‫ان لِلن‬
‫اس‬ ٌ َ‫هَ َذا بَي‬

dan petunjuk ‫َوهُدًى‬

Dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa َ‫َو َموْ ِعظَ لِ ْل ُمتَّقِين‬

 Penafsiran

“Haa – dza bayaanul liin naasi wa hudaw wa mau’izhatul lilmuttaqiin“ Ini penjelsan bagi
manusia, yaitu suatu petunjuk dan nasehat yang melembutkan jiwa orang-orang yang
bertakwa.

Al-Qur’an dan apa yang telah kami ungkapkan merupakan penjelasan bagi manusia.
Disamping itu juga menjadi pedoman, pegangan, dan penjelasan bagi semua muttaqin yang
mengambil manfaat dari petunjuknya.

Al-Qur’an menunjuki kita tentang masalah-masalah perang dan pertahanan, maksutnya agar
kita memperhatikan persiapan yang cermat, bersungguh-sungguh menyiapkan perbekalan,
mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan, lalu kita menentukan langkah-langkah strategis
yang harus dilaksanakan.

6
Wa la tahinuu wa laa tah-zanuu wa untumul a’launa in kuntum mu’minin = Dan janganlah
kamu lemah dalam bertindak (tak semangat) dan janganlah kamu bersedih hati (risau),
sedangkan kamulah orang-orang yang paling tinggi, jika kamu benar-benar beriman.

Janganlah hatimu menjadi lemah, tidak mau berperang lagi akibat penderitaan yang sangat
menyakitkan pada perang uhud, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap apa yang telah
hilang darimu , baik berupa jiwa (gugur, luka) ataupun harta benda.

Bagaimana hati dan jiwamu dihinggapi perasaan lemah dan risau, padahal kamulah orang-
orang yang tertinggi (iman dan derajatnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
rasul-Nya. Yang dimaksut dengan larangan kita bersifat lemah dan bersedih hati adalah
larangan kita membiarkan diri dipengaruhi sifat-sifat yang lemah (berjiwa lemah).Oleh
karena ituhendaklah kita menyiapkan perbekalan yang cukup saat akan berangkat perang,
dengan semangat menyala-menyala (membaja) sambil bertawakal kepada Allah. Pernyataan
wa antumal a’launa (kamu lebih tinggi) mengandung kabar gembira bahwa para mukmin
kelak akan memperoleh kemenangan dan kessuksesan. 1

2. Al – Dzariat Ayat 56

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإل ْن‬


)٥٦( ‫س ِإال لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.”

 Mufrodat

Telah menciptakan ‫خلقت‬

Jin ‫الجن‬

Manusia ‫اإلنس‬

Untuk menyembah ‫ليعبدون‬

1 Teungku Muh Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an Majid An-nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000) hlm.
614

7
  

 Penafsiran

Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa liya’budun = Aku tidak menjadikan jin dan
manusia,kecuali untuk menyembah aku. Mengapa, hai Muhammad, kamu diperingatkan
untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak diciptakan kecuali untuk beribadah
kepada-Ku. Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadat kepada-Nya. Tegasnya,
Allah menjadikan kedua makhluk itu sebagai makhluk yang mau beribadat, diberi akal dan
pancaindra yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk beribadatlah tujuan mereka
dicipta. Oleh karena itu, ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan firman allah yang
menjelaskan bahwa allah telah membuat kebanyakan manusia dan jin untuk menempati
Jahannam. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa makna ayat ini adalah: aku (Allah) tidak
menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya aku menyuruh mereka untuk mengerjakan
beberapa perintah dan mencegah beberapa larangan. Segolongan ahli tafsir berpendapat
bahwa makna ayat ini adalah aku tidaklah menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya
tunduk dan merendahkan diri kepada-Ku. Karena itu tiap-tiap mahluk baik jin ataupun
manusia, tunduk kepada ketetapan dan kehendak Allah.2

1. Munasabah Ayat dengan Pokok Bahasan

Tujuan pendidikan dalam Q.s. Ali-Imran ayat 138-139 tersebut  adalah sebagai bimbingan
agar manusia tidak binasa dengan kesusahan yang dialaminya. Dan Al-Qur’an adalah
penerangan bagi setiap manusia, petunjuk, penjelasan, pengajaran dan  peringatan bagi orang-
orang yang bertaqwa. Selain itu, dengan pendidikan dapat menjadikan manusia yang intelek
dan mempunyai derajat yang tinggi di hadapan Allah, dan menjadi orang-orang yang benar-
benar beriman kepada Allah SWT.3

Dan dalam Qs. Al-Dzariyat ayat 56 adalah sebagai jalan untuk mengabdi pada Allah
SWT.  Dalam ayat ini pun menunjukkan bahwa jin dan manusia di ciptakan semata-mata
untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, mendekatkan diri pada Allah dengan
melaksanakan apa yang diperintahnya, dan meninggalkan apa yang dilarangnya, secara
lahiriyah perintah ibadah ini menggambarkan kemaha kuasaan Tuhan dan ketidakberdayaan
manusia, namun secara hakikiyah perintah tersebut justru untuk menyelamatkan manusia
agar tidak terjerumus kedalam sikap merasa lebih tinggi, dan tidak pula lupa terhadap
tanggung jawabnya.4 Oleh karena itu melalui pendidikan setiap potensi yang dianugerahkan
oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai
khalifah di muka bumi.

2 Ibid,.  hlm. 3972


3 Ibid,. hlm.694
4 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Jakarta Press,2005) hlm. 172-174

8
3. Al Fath ayat 28

‫ِّين ُكلِّ ِه ۚ َو َكفَ ٰى بِاهَّلل ِ َش ِهيدًا‬ ْ ‫ق لِي‬


ِ ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الد‬ ِّ ‫ه َُو الَّ ِذي َأرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُد َٰى َو ِدي ِن ْال َح‬

Terjemah Arti: Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.

Tafsir QS. Al Fath (48) : 28. Oleh Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini ditegaskan kebenaran nabi Muhammad sebagai rasul yang diutus Allah


kepada manusia dengan menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus untuk
membawa petunjuk dan agama Islam sebagai penyempurna terhadap agama-agama
dan syariat yang telah dibawa oleh para rasul sebelumnya, menyatakan kesalahan dan
kekeliruan akidah agama dan kepercayaan yang dianut manusia yang tidak berdasarkan
agama, dan untuk menetapkan hukum-hukum yang berlaku bagi manusia sesuai dengan
perkembangan zaman, perbedaan keadaan dan tempat. Hal ini juga berarti dengan datangnya
agama Islam yang dibawa Muhammad, maka agama-agama yang lain tidak diakui lagi
sebagai agama yang sah di sisi Allah. Pada akhir ayat ini, dinyatakan bahwa semua yang
dijanjikan Allah kepada Rasulullah dan kaum Muslimin itu pasti terjadi dan tidak ada sesuatu
pun yang dapat menghalangi terjadinya.

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:

(Dialah yang mengutus Rasul -Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya) agama yang hak itu (terhadap semua agama) atas agama-agama yang
lainnya. (Dan cukuplah Allah sebagai saksi) bahwasanya kamu diutus untuk membawa hal
tersebut, sebagaimana yang diungkapkan-Nya pada ayat berikut ini.

4. Surat Al Hajj ayat 41

‫ُوف َونَهَوْ ا َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َۗوهَّلِل ِ عَاقِبَةُ اُأْل ُمور‬


ِ ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ َوَأ َمرُوا بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ض َأقَا ُموا ال‬
ِ ْ‫الَّ ِذينَ ِإ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِي اَأْلر‬
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-
lah kembali segala urusan.”

 Mufradat

Mendirikan Shalat َّ ‫َأقَا ُموا ال‬


َ‫صاَل ة‬
Menunaikan zakat َ‫َوآتَ ُوا ال َّز َكاة‬
Menyuruh berbuat ma’ruf ِ ‫َوَأ َمرُوا بِ ْال َم ْعر‬
‫ُوف‬
Mencegah perbuatan munkar ‫عَاقِبَةُ اُأْل ُمور‬

9
Kembali segala urusan ‫َونَهَوْ ا َع ِن ْال ُم ْن َكر‬

 Penafsiran

Ayat diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang


jika Kami anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah
dalam keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscaya mereka yakni masyarakat
itu melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya
dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara
penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh anggota-anggota
masyarakat agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat
istiadat yang diakui baik dalam masyarakat itu, lagi tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Ilahiah dan mereka mencegah dari yang munkar; yakni yang
dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat, dan kepada Allah-
lah kembali segala urusan. Dialah yang memenangkan siapa yang hendak
dimenangkan-Nya dan Dia pula yang menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Dia juga yang menentukan masa kemenangan dan kekalahan
itu.5

5 M.Quraish Sihab, op cit, Hlm. 73

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Q.S. Ali-Imran ayat 138-
139 tersebut, adalah sebagai bimbingan agar manusia tidak binasa dengan
kesusahan yang dialaminya. Dan Al-Qur’an adalah penerangan bagi setiap
manusia, petunjuk,penjelasan, pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang
bertaqwa. Selain itu, dengan pendidikan dapat menjadikan manusia yang intelek
dan mempunyai derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT.
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56 di atas adalah sebagai jalan untuk mengabdi pada
Allah SWT.  Karena, melalui pendidikan setiap potensi yang dianugerahkan Allah
SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai
khalifah di muka bumi.
Q.S Al Fath ayat 28 mengandung makna bahwa Allah mengutus Rasul
sebagai pemberi petunjuk.
Q.S Al Hajj ayat 41 mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang
diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah
melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi Ash-Shiddieqy, Muhammad, Teungku, 2000, Tafsir al-Qur’an Majid An-


nur, Semarang: Pustaka Rizki Putra

Nata, Abuddin , 2005, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Jakarta Press

 Teungku Muh Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an Majid An-nur, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra,2000)

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Jakarta Press,2005)

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2001


Hadits Web: http://opi110mb.com/

12

Anda mungkin juga menyukai