Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TAFSIR TARBAWIH

“TAFSIR DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAH AL-IMRAN AYAT 138-139


DAN Al- HAJJ AYAT 41”

DOSEN PENGAMPU: Dr. Muh. Syahrul Mubarak S.Th.I. M.Ag

Disusun Oleh:

Sarlina : 2021010101165

Muh Fitrah Ramadhan: 2021010101144

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan kelak. Dan
tak lupa kami bersyukur atas tersusunnya Makalah kami yang berjudul Sumber Hukum-
Hukum Islam( Al-Qur’an dan Al-Hadits ).

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu
pengetahuan kita semua, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.Dengan terselesaikannya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak- pihak yang berperan dalam membantu penyusunan makalah ini hingga selesai
seperti saat ini.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya
bagi Mahasiswa Intitut Agama Islam Negeri Kendari ( IAIN KENDARI ) dan juga semua
pihak.

Kendari, 24 Oktober 2023

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

BAB II PEMABAHASAN..................................................................................2

A. Tafsir Q.S Al-imran ayat 138-139 dan Al Hajj ayat 41..................................3

B. Nilai Pendidikan Dalam Q.S Al-imran ayat 138-139 dan Al Hajj ayat 41…..6

BAB III PENUTUP.............................................................................................11

A. Kesimpulan.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-
individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.
Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam
tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan
moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi
pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis.
Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih
kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan
Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar
dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi
anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan
mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis
sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular.
Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan
kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat
terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi,
namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia.
Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta
akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis.
Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan
sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma
yang pragmatis.
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam
Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-
Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam
pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan
realita kekinian. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an diperlukan ilmu yang luas. Maka dalam
makalah ini akan di coba menguraikan tafsir tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan yaitu pada: Q.S. Al Imran Ayat 188 – 189 dan Q.S. Al-Hajj 41.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tafsir Q.S Al Imran Ayat 138 – 139 dan Al Hajj Ayat 41
2. Nilai – Nilai Pendidikan Apa Saja Yang Terkandung Dalam Q.S Al Imran Ayat 138 –
139 dan Al Hajj Ayat 41
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Q.S Al Imran Ayat 138 – 139 dan Al Hajj Ayat 41
1. Tafsir Q.S Al Imran Ayat 138 – 139

Artinya: “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

a. Al Imran Ayat 138

‫ِّللَّناِس‬ ‫َبَياٌن‬ ‫ٰه َذ ا‬


untuk semua manusia suatu keterangan yang inilah (Al-Quran)
jelas
‫ِّلْلُم َّتِقْيَن‬ ‫َّو َم ْو ِع َظٌة‬ ‫َو ُهًدى‬
bagi orang-orang yang serta pelajaran dan menjadi petunjuk
bertakwa

Pada ayat 138 menjelaskan bahwa penuturan yang telah lalu tersebut
merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia sekaligus sebagai fatwah dan
nasehat bagi orang yang bertaqwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum
bagi seluruh umat manusia dan merupakan hujja atau bukti bagi orang mukmin dan
kafir, orang yang bertaqwa atau fasik.1
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam Tafsirnya menjelaskan ,alquran adalah
sebagai petunjuk dan fatwah yang khusus bagi oran-gorang yang bertaqwa karena
mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan seperti ini. Mereka
juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan yang sedang
mereka alami. Orang mukmin sejati adalah orang yang mengambil hidayah dari
Alkitab dan mau menerima penyuluhan nasehat - nasehatNya, sebagaimana yang
telah diungkapkan oleh firmanNya.213 ( Al- Baqarah: 2 ), yang Artinya : Kitab ( Al-
quran ) ini tidak ada keraguan padanya petunujuk bagi mereka yang bertaqwa.

Adapun ibnu katsier menjelaskan bahwa firman Allah ‫ ’‘ َٰه َذ ا َبَياٌن ِّللَّناِس‬ini
adalah penjellasan bagi seluruh maunusia ‘’ yakni Al Qur’an yang didalamnya
terdapat penjelasan mengenai berbagai hal ‫ َو ُهًدى َو َم ْو ِع َظٌة ِّلْلُم َّتِقيَن‬dan petunjuk serta
pelajaran’’ ” dan petunjuk serta pelajaran” yakni di dalam Al-Qur’an itu terdapat
1
Ahmad musthofa Al Magraghy,Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang: Toha Putra, 1993),h. 132

2
Ahmad musthofa Al Magraghy,Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang: Toha Putra, 1993),h. 133
berita tentang orang – orang sebelum kalian dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus
pelajaran,yaitu pencegahan terhadap hal- hal yang diharamkan dan perbatan dosa 3.

Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam bukunya tafsir Al-Misbah


menjelaskan ini, yakni pesan – pesan yang dikandung oleh semua ayat- ayat yang
lalu, atau Al- Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi
keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi seluruh yang
membimbing masa kini dan datang menuju kearah yang benar serta peringatan yang
halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar bagi orang – orang yang
bertaqwa, yang antara lain mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari sunahtullah
yang berlaku dalam masyarakat.4

Prof. Hamka dalam tafsirnya juga mengatakan bahwa memperhatikan orang


memperoleh penjelasan, petunjuk, dan pengajaran bagi orang yang brtaqwa. Dari sini
kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti takwa. Pokok arti, ialah memelihara
(Wiqayah). Maksud yang pertama, ialah takwa kepada Allah, memelihara hubungan
dengan Allah SWT dan takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat ini kita bertemu lagi
dengan arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas, dan waspada. Maka dengan
demikian takwa kepada Allah SWT tidaklah cukup sekedar dengan ibadah sholat,
berzakat dan berpuasa saja. Tetapi termasuk lagi dalam rangka ketaqwaan ialah
kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh. Taat kepada komando pimpinan,
sebab kalau kalau karena tidak ada kewaspadaan, jangan Allah yang disalahkan,
tetapi salahkan diri sendiri yang lengah.5

Al- Qaththan menjelaskan bahwa, dengan mengetahui sejarah perjalanan


manusia dan alam ini, maka dapat diambil pelajaran bahwa manusia yang berjalan
sesuai degan sunnatullah dia akan selamat dan begitu pula sebaliknya (Al-Qaththan,
Juz .1 h. 223). Dari penjelasannya ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa salah satu
tujuan pendidikan Islam adalah harus dapat mengantarkan peserta didik untuk
berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Sesuai dengan sunnatullah.
b. Al Imran Ayat 139

‫َو َأْنُتُم‬ ‫َو اَل َتْح َز ُنْو ا‬ ‫َو اَل َتِهُنْو ا‬


sebab kamu dan jangan (pula) bersedi dan janganlah kamu
hati (merasa) lemah
‫ُّم ْؤ ِمِنْيَن‬ ‫ِإْن ُكْنُتْم‬ ‫اَأْلْع َلْو َن‬
orang beriman jika kamu paling tinggi (derajatnya)

Pada ayat 139 memberitakan bahwa janganlah kalian merasa lemah dalam
menghadapi pertempuran dan hal- hal yang di akibatkan olehnya, seperti membuat
persiapan dan mengatur siasat perang, lantaran luka dan kgagalan dalam perang uhud.
Janganlah kalian bersedih atas orang- oeang yang mati selama perang tersebut.
Bagaimana perasaan lemah dan sedih menimpa kalian,sedangkan kalian merupakan
3
Ibnu Katsier, Terjemah Singkat Ibnu katsier, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,....), h. 149
4
Quraish Shihab, Tafsir al- misbah, ( ciputat: Lentera Hati, 2000), h.211
5
Hamka, Tafsir Al- Azhar, ( Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983), h. 933
orang-orang yang berada di atas angin. Sunnatullah telah menerapkan pada saat
terdahulu, bahwa akibat yang baik itu bagi oang-orang yang bertaqwa tidak pernah
mnyimpang dari sunnahnya.6
Hamka dalam tafsirnya terkait surat al- imran ayat 139 menjelaskan bahwa
setelah perang uhud yang telah menewaskan tujuh puluh Mujahid Fi-Sabilillah,
antaranya Hamzan bin Abdul Muthalib, paman nabi SAW sendiri dsn nabi SAW pun
mendapat luka. Kelihatanlah kelesuhan, lemah semangat, dan duka cita, maka
datanglah ayat ini : angkat mukamu, jangan lemah dan jangan duka cita. Sebab suatu
hal masih ada padamu, modal tunggal yang tidak pernah dapat dirampas oleh
musuhmu, yaitu iman. Jikalau kamu masih benar-benar mempunyai iman dalam
dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tinggi. Sebab iman itulah pandumu
dalam menempu zaman depan yang masih akan mau dihadapi.7

Adapun ibnu katsier menjelaskan Allah menghibur kaum muslimin dengan


berfirman ‫ ’‘ َو اَل َتِهُنو۟ا‬janganlah kamu bersikap lemah’’. Artinya janganlah kalan
melemah akibat peristiwa yang telah terjadi itu, ‫’‘ َو اَل َتْح َز ُنو۟ا َو َأنُتُم ٱَأْلْعَلْو َن ِإن ُك نُتم ُّم ْؤ ِمِنيَن‬
dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang beriman
“maksudnya, bahwa kesudahan yang baik dan pertolongan hanya bagi kalian, wahai
orang-orang yang berima.8

Ahmad Musthofa Al- Maraghy dalam tafsirnya juga menjelaskan


sesungguhnya cita-cita orang kafir hanya sesuai dengan tujuan rendahyang
dikerjanya. Tidak demikian dengan tujuan orang muknin, yaitu ingin menegakkan
mercusuar keadilan di dunia, mengejar kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Dengan
syarat kalian terhadap kebenaran janji Allah yang akan menolong orang-orang yang
menolong Allah. Allah menjadikan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang
bertaqwa lagi mau mengikuti sunnahNya dalam tatanan kemasyarakatan ini, sehingga
jadilah sifat tersebut tetap bagi diri kalian, mapan dalam jiwa dan amal kalian.

Sesungguhnya Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat,
karena hal tersebut akan menyakitkan seseorang kehilangan semangat. Sebaliknya
Allah tidak melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta,
kekayaan atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi
hatinya dengan kegembiraan. Yang dimaksud dengan larangan hal seperti itu adalah
mengobati jiwa dengan cara bekerja, meski dengan cara terpaksa.9

Memang penafsiran para penafsir pada ayat 138-139 surah Al-Imron hanya
sebagian menyinggung permasalahan pendidikan, hal itu dapat dimaklumi karena
para penafsir dalam memahami ayat tersebut menggunakan sudut pandang
pendidikan maka akan diketahui tujuan pendidikan yang terdapat pada ayat tersebut.

2. Tafsir Al Qur’an surah Al Hajj ayat 41

6
Ahmad Musthafa Al- Maraghy, tafsir Al- Maraghyjilid 4, (Smarang: Toha Putra. 1993),h. 134
7
Hamka,tafsir Al- Azhar,(Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983),h. 933
8
Ibnu katsier, Terjemah singkat Ibnu Katsier,( Surabaya: PT. Bina Ilmu, ̲͟ ),h. 149
9
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang: Toha Putra, 1993), h.134
‫َاَّلِذ ْيَن ِاْن َّم َّك ّٰن ُهْم ِفى اَاْلْر ِض َاَقاُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا َت ُو ا الَّز ٰك وَة َو َاَم ُرْو ا‬
‫ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َنَهْو ا َع ِن اْلُم ْنَك ِۗر َو ِهّٰلِل َع اِقَبُة اُاْلُم ْو ِر‬
Artinya ; (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka
melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

‫َّٰن‬
‫ٱَأْلْر ِض‬ ‫ِفى‬ ‫َّم َّك ُهْم‬ ‫ِإن‬ ‫ٱَّلِذ يَن‬
Muka bumi Di Kami Jika orang-orang
meneguhkan yang
mereka
‫ٱلَّز َكٰو َة‬ ‫َوَء اَتُو ۟ا‬ ‫ٱلَّص َلٰو َة‬ ‫َأَقاُم و۟ا‬

Zakat Dan mereka Sholat Mereka


menunaikan mendirikan
‫َو َنَهْو ۟ا‬ ‫ِبٱْلَم ْعُروِف‬ ‫َو َأ ُرو۟ا‬
‫َع ِن‬ ‫َم‬
Dari Dan merekah Dengan Dan mereka
mencegah perbuuatan baik menyeruh
‫ُأْل‬ ‫َٰع ِقَبُة‬ ‫ٱْلُم نَك ِۗر‬
‫ٱ ُم وِر‬ ‫َو ِهَّلِل‬
Segalah urusan Akibat/kesudahan Dan kepada Kemungkinan
Allah

Menurut abu al-aliyah orang yang disebutkan dalam ayat ini ialah parasahabata nabi
muhammad SAW. Ibnu abi hatim meriwayatkan dari utsman bin affan, dia berkata “mengenai kamilah
ayat, “orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi” ini diturunkan. Kami
diusir dari kampung halaman kami sendiri tanpa alasan yang benar, kecuali karena kami mengatakan
bahwa tuhan kami adalah Allah. Kemudian kami teguhkan dibumi, lalu kami mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar.
Kepunyaan Allah-lah kesudahan segala perkara. Jadi ayat ini diturunkan berkenaan dengan aku dan
para sahabatku”.

Ash-shabah bin suwadah al-kindi berkata, “aku mendengar umar bin abdul aziz berkhutbah,
dia membaca ayat “orang-orang yang kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi “ kemudian
berkata “ketahuilah ayat ini bukan hanya ditunjukan kepada pemimpin semesta, namun ditunjukkan
kepada pemimpin dan rakyatnya. Ketahuilah aku akan memberitahukan kepadamu kewajiban
pemimpin kepada rakyatnya dan kewajiban rakyat kepada pemimpinnya. Sesungguhnya yang
menjadi hak kamu dan kewajiban pemimpin adalah memperlakukan kamu dengan ketentuan Allah
yang telah diwajibkan atasmu, memperlakukan sebagian kamu karena sebagian yang lain dengan
ketentuan Allah, dan menunjukkan kamu kepada jalan yang lurus sesuai dengan kemampuan
pemimpin. Adapun kewajiban kamu ialah menaati pemimpin tanpa terpaksa dan tidak bertentangan
antara ketaatan perkataan dan perbuatan dengan ketaatan hati.”
Zaid bin aslam berkata, “Dan kepada Allahlah kembali segala urusan” berarti pada sisi
Allahlah pahala atas yang telah mereka lakukan.

Orang-orang yang jika kami anugerahkan kepada kemenangan dan kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, yakni kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah
dalam keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscatya mereka yakni masyarakat itu mendirikan
sembahyang secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan
zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh
anggota- anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf, lagi tidak bertentangan dengan nilai-nilai
ilahiah dan mereka mencegah dari yang mungkar, yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal
sehat masyarakat, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang memenangkan siapa yang
berhak dimenangkan Nya dan Dia pula yang menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Dia juga yang menentukan masa kemenangan dan kekalahan itu.

Tafsir Ibnu Katsir (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi'
Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dan Hisyam, dari
Muhammad yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan pernah mengatakan, "Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan kami (para sahabat), yaitu firman-Nya: '(yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar' (Al-Hajj: 41) Kami
telah diusir dari rumah kami tanpa alasan yang benar, melainkan hanya karena kami beriman bahwa
Allah adalah Tuhan kami. Kemudian Dia meneguhkan kedudukan kami di suatu negeri, maka kami
mendirikan salat, menunaikan zakat, dan memerintahkan berbuat kebajikan serta mencegah dari
perbuatan mungkar, dan kepada Allah-lah dikembalikan semua urusan.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan aku dan sahabat-sahabatku. Menurut Abul Aliyah, mereka
adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬As-Sabbah ibnu Sawadah Al-Kindi mengatakan, ia
pernah mendengar Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz berkhotbah seraya mengucapkan firman-Nya:
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi. (Al-Hajj: 41), hingga
akhir ayat. Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz berkata, "Ingatlah, sesungguhnya tugas ini bukan saja
diwajibkan bagi penguasa semata, tetapi di wajibkan bagi penguasa dan rakyatnya. Ingatlah, aku akan
menceritakan kepada kalian kewajiban kalian dari tugas ini terhadap penguasa kalian, dan kewajiban
penguasa dari tugas ini terhadap kalian. Sesungguhnya kewajiban penguasa terhadap kalian dari tugas
ini ialah hendaknya ia membimbing kalian ke jalan Allah dan mempersatukan kalian serta
menanamkan rasa gotong royong di antara sesama kalian, dan memberikan petunjuk kepada kalian
jalan yang paling lurus dengan segala kemampuannya. Dan sesungguhnya kewajiban kalian terhadap
penguasa ialah hendaknya kalian taat kepadanya dengan hati yang tulus ikhlas; bukan lahiriahnya
menurut, tetapi batinnya menolak." Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna
ayat ini, bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. (An-Nur: 55) Adapun firman Allah ‫ﷻ‬: dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 41) sama pengertiannya dengan firman Allah ‫ ﷻ‬yang
mengatakan: Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Qashash:
83) Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan. (Al-Hajj: 41) Yakni di sisi Allah-lah terdapat pahala dari perbuatan mereka."
B. Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S Al Imrran 138 – 139 dan Al Hajj Ayat
41

1. Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S Al Imrran 138 – 139

a. Nilai Ketakwaan

“Tawakkal adalah seperti kamu mengetahui bahwa manusiatidak mendatangkan


keuntungan ataupun kerugian kepadamu, tidak pulamengizinkan atau menghalangimu; dan
bahwa kamu bisa kehilangan harapan atas umat manusia. Maka, jika seorang hamba menjadi
semacam ini, ia tidak akan bertindak bagi siapa punkecuali bagi Allah; dia tidak akan
menaruh harapan atau takut kepada siapa pun selain Allah; dia tidak menjadi penuh hasrat
kepada siapa pun selain Allah. Dan inilah hakikat dari kepercayaan, “tawakkal”.
b. Nilai Keberanian
Keberanian yang dituntut al-Qur’ an bukanlah keberanian yang brutal, melainkan
keberanian yang berdasarkan kekuatan dan keyakinan teguh kepada Allah dan hari kiamat.
Nabi saw. telah mengingatkan kepada umatnya agar senantiasa memiliki keberanian dalam
menegakkan kebenaran. Jangan sampai kewibawaan seseorang, baik karena harta maupun
jabatannya, kemudian membuat seorang mukmin itu tidak berani menegakkan kebenaran.

c. Nilai Kesetiaan dan Amana

d. Nilai kejujuran
Kejujuran akan mengantarkan seseorang meraih ketenangan hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat. Sedang kedustaan hanya akan mengantarkan seseorang selalu resah dan
tidak percaya diri dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini.
2. Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S Al Hajj 41

a. Nilai Keiklasan

Ikhlas adalah ketika seseorang istiqomah menggantungkan seluruh aktivitas


ibadahnya karena Allah dengan tidak menuruti hawa nafsunya dan menutup pintu dari segala
sesuatu selain Allah SWT. Berkata Fudhoil tentang ikhlas,yaitu “meninggalkan amal karena
manusia adalah riya,dan melakukan amal karena manusia adalah syirik,dan ikhlas adalah
ketika Allah SWT menjauhkan engkau dari keduanya”. Dan dikatakan ikhlas adalah merasa
selalu diawasi dan melupakan imbalan”.
b. Nilai Menepati Janji
c. Nilai Menjauhui Sikap Sombong
d. Nilai Ketaatan
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini tentang surah Al Imran ayat 138-139 adalah Allah
berfirman “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.” Kemudian surah Al Hajj Ayat 41 menunjukan keutamaan
Pendidikan ibadah salat dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah swt,
menjadikan jiwa seorang muslim sebagai jiwa yang koko, dan sebagai sarana pengendalian
diri bagi setiap muslim.

Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S Al Imran 138 – 139 dan Al
Hajj Ayat 41 yaitu ;
1. Nilai ketakwaan
2. Nilai Keberanian
3. Nilai kesetiaan dan Amanah
4. Nilai Kejujuran
5. Nilai Menepati Janji
6. Nilai Menjauhui Sikap Sombong
7. Nilai Ketaatan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad musthofa Al Magraghy, Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang: Toha Putra, 1993),h. 132
Ahmad Musthofa Al- Maraghy, Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang : Toha Putra,1993), h.133
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al- Maraghy jilid 4, ( Semarang: Toha Putra, 1993), h.134
Ahmad Musthafa Al- Maraghy, tafsir Al- Maraghyjilid 4, (Smarang: Toha Putra. 1993),h. 134
Hamka, Tafsir Al- Azhar, ( Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983), h. 933
Hamka,tafsir Al- Azhar,(Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983),h. 933
Ibnu Katsier, Terjemah Singkat Ibnu katsier, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,....), h. 149
Ibnu katsier, Terjemah singkat Ibnu Katsier,( Surabaya: PT. Bina Ilmu, ̲͟ ),h. 149
Quraish Shihab, Tafsir al- misbah, ( ciputat: Lentera Hati, 2000), h.211

Anda mungkin juga menyukai