Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JUDUL: Saling Menasehati dalam Islam
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran PAI untuk semester ganjil Kelas XI

KELOMPOK 4
Ketua : Aldi Allaudin
Anggota : Aceng Nurdin
Adrian Herdiana
Ali Hidayat
Aril Nugraha

SMA IT AL-QUR’AN AL-FADLILAH


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Alloh Swt, yang telah memeberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan.
Laporan yang kami susun ini berjudul “Saling Menasehati dalam Islam”
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Pelajaran PAI untuk semester ganjil kelas XI SMA IT Al-Qur’an Al-Fadlilah
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik materi maupun
cara penyajiannya. Namun demikian semoga Laporan ini dapat memberikan motivasi serta
manfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi semua pembaca.
Banyak pihak yang membantu kami menyusun laporan ini. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam segi apapun selama penyusunan laporan ini.
Hanya kepada Alloh kami memohon, semoga amal baik semua  pihak mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Alloh swt. Sebagai amal shaleh. Dan  kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak sebagai pendorong dalam kemajuan berikutnya.

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................I

Daftar Isi .............................................................................................................................II

Bab I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penyusunan ........................................................................................................1

Bab II PEMBAHASAN ......................................................................................................2

Bab III PENUTUP...............................................................................................................7

Kesimpulan..........................................................................................................................7

Saran ...................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8

II
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pada era saat ini saling menasehati kepada sesama manusia seakan telah
terhapus oleh pergerakan zaman yang kian menghanguskan attitude anak-anak muda
sekarang. Padahal dalam Al-qur’an telah disebutkan perintah untuk saling menasehati
dalam kebaikan dalam surah Al-‘Ashr/103 ayat 1-3. Perintah tersebuut menjelaskan
kewajiban kita sebagai umat manusia untuk berbuat baik dan saling menasehati dalam
kebaikan. Namun, kenyataan yang kita jumpai saat ini yang terjadi adalah bukan
saling menasehati tetapi saling melupakan.
      Menyadari betapa pentingnya kultur saling menasehati dalam kehidupan
sehari-hari sebagai masyarakat Indonesia dan sebagai penyempurna akhlak kita
sebagai umat muslim, makalah ini bertujuan untuk membagun kembali kultur atau
budaya yang kian merosot karena dampak globalisasi yang mengakibatkan tingginya
tingkat individualisme. Di dalam Al-Qur’an QS. Lukman/31 : 13-14 bersyukur
kepada Allah dan bersyukur kepada kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti
taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang  rendah berkulit
hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur
Rasyidin. Sedang bersyukur kepada kedua orang tua adalah hormat dan patuh 
mereka.  
      Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita untuk
menyempurnakan sikap kita sebagai makhluk ciptaan Alloh yang sempurna.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa makna dari saling menasehati?
2. Bagaimana cara kita agar menjadi manusia yang peduli?

C.  Manfaat
1. Setelah menbaca makalah ini, semoga pembaca dapat mengambil manfaatnya
2. Semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk menunjang penulisan
makalah berikutnya dimasa yang akan datang

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Makna Saling Menasehati dan Berbuat Ihsan


Nasihat berasal dari bahas Arab, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  nasihat
diartikan  secara sederhana mauizah yaitu; ajaran atau pelajaran yangbaik; atau
diartikan anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik. Saling menasihati
berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan, dan saling
mengingatkan.  Dalam alQur’an tidak didapati kata nasihat kecuali akar kata seperti kata
َ َ‫ن‬  yang berarti ikhlas nasihat kepada Allah  dalam QS. Al-Taubah/9: 91  dan
nashahû  ‫صحُوا‬
kata Nâshihunberari   penasehat.
dalam QS. Al-A’raf/7: 68.
Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang
diriwayatkan oleh  Muslim dari  Tamim al-Dariy, Rasulullah saw bersabda:

)‫ال هَّلِل ِ َولِ ِكتَابِ ِه َولِ َرسُولِ ِه َوَأِلِئ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِمينَ َوعَا َّمتِ ِه ْم (صحيح مسلم‬
َ َ‫صي َحةُ قُ ْلنَا لِ َم ْن ق‬
ِ َّ‫الدِّينُ الن‬

Agama itu nasihat, kami bertanya: Untuk siapa ? Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, para pimpinan kaum msulimin dan umumnya kaum msulimin. (HR. Muslim)

            Mayoritas isi kandungan agama adalah nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat yang
berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberika. Al-Khathabiy dan ulama lain
memberikan arti nasihat sebagaimana  yang dikutib oleh al-Nawawi pada sayarah Muslim
sebagai berikut:

a. Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya,
mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Nasihat bagi kitab Allah, maknanya beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca,
memahami dan mengamalkannya
c. Nasihat kepada Rasul-Nya, maknanya mengimani kebenarannya, patuh segala yang datang
dari padanya dan menghidupkan Sunah-sunah
d. Nasihat terhadap para pimpinan umat Islam, artinya membantu mereka dalam
melaksanakan kebenaran, taat segala perintahnya dan memberikan masukan saran secara
sopan jika mereka menyimpang.
e. Nasihat kepada kaum muslimin semuanya, artinya memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada mereka untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta mencegah gangguan mereka
f. Kata  Nasihat   sinonim  mauizhah sebagaimana yang disebutkan akar kata pada QS.
Lukman/31 : 13 mauizhanya Lukman terhadap anaknya.

 Sedangkan Ihsan secara sederhana  diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam
ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan sesame manusia. Ihsan dalam ibadah
sebagaimana Hadis Rasulillah ketika ditanya oleh Jibril:
َ ‫ َأ ْن تَ ْعبُ َد هللاِ َكَأنــَّـ‬: ‫ال فََأ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن اِإل حْ َساِن قَا َل‬
)‫…(رواه مسلم‬    َ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَِإنَّهُ يَ َراك‬،ُ‫ك تَ َراه‬ َ َ‫ق‬

2
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan  padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda:
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat
melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”…(HR. Muslim)

Ihsan dalam ibadah berarti membaguskan ibadah, yaitu menyembah Allah seolah melihat-
Nya atau kalau tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kita. Maknanya  usahakan ibadahnya
dibuat yang paling bagus dengan menjaga adab dan tata kramanya baik lahir maupun batin,
terutama, keikhlasan,  kekhusyu’an  dan ke khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat baik
dalam bermuamalah dengan sesama saudara  dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan
kekurangannya.

B.   Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi  Tentang  Saling Nasehat dan Ihsan

Firman Allah dalam QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasihat

‫صـ ْينَا اِإْل ْن َسـانَ بِ َوالِ َد ْيـ ِه َح َملَ ْتـهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًــا‬ ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
َّ ‫) َو َو‬13( ‫َظي ٌم‬ َّ َ‫وَِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬
)14( ‫صي ُر‬ ْ
ِ ‫ي ال َم‬ َّ َ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ ِإل‬ َ ِ‫َعلَى َو ْه ٍن َوف‬

Terjemahan:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)

Firman Allah QS.  al-Baqarah/2: 83 tentang berbuat ihsan. Namun di sini paparkan QS. al-
Nisa/4 : 36    mengingat  QS.  al-Baqarah/2: 83 sudah dibahas pada bab sebelumnya KD 3.5.
materi kelas 3 SMP tentang tata kraman dan sopan santun. Pada bab ini diganti dengan ayat
yang senada atau hamper sama kandungannya.

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ِذي ْالقُــرْ بَى َو ْال َجـ‬
ِ ‫ين َو ْال َجـ‬
ِ ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِـ َدي ِْن ِإحْ َسـانًا َوبِـ ِذي ْالقُـرْ بَى َو ْاليَتَـا َمى َو ْال َم َسـا ِك‬
‫ت َأ ْي َمانُ ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َوالصَّا ِح‬

Terjemahan:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan

3
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.(QS.2:
     
Hadis  tentang  memberi mau’izhah adalah sebagaimana   Hadits berikut:

ُ‫ت ِم ْنهَــا ْال ُعيُــون‬ ْ َ‫صاَل ِة ْال َغدَا ِة َموْ ِعظَةً بَلِي َغةً َذ َرف‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَوْ ًما بَ ْع َد‬َ ِ ‫ظنَا َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫اريَةَ قَا َل َو َع‬
ِ ‫اض ْب ِن َس‬ ِ َ‫ع َْن ْال ِعرْ ب‬
‫وصي ُك ْم بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َوال َّس ْم ِع َوالطَّاعَــ ِة‬ ِ ‫ِّع فَ َما َذا تَ ْعهَ ُـد ِإلَ ْينَا يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل ُأ‬
ٍ ‫ت ِم ْنهَا ْالقُلُوبُ فَقَا َل َر ُج ٌل ِإ َّن هَ ِذ ِه َموْ ِعظَةُ ُم َود‬ ْ َ‫َو َو ِجل‬
‫ك ِم ْن ُك ْم فَ َعلَ ْيـ ِه‬
َ ‫ك َذلِـ‬َ ‫ضـاَل لَةٌ فَ َم ْن َأ ْد َر‬َ ‫ـور فَِإنَّهَــا‬ ‫اختِاَل فًــا َكثِــيرًا َوِإيَّا ُك ْم َو ُمحْـ َدثَا ِ ُأْل‬ ْ ‫وَِإ ْن َع ْب ٌد َحبَ ِش ٌّي فَِإنَّهُ َم ْن يَ ِعشْ ِم ْن ُك ْم يَ َرى‬
ِ ‫ت ا ُمـ‬
)‫ص ِحي ٌح ُ (أخرجه الترمذي‬ َ ‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫ال بُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬ ‫َأ‬ ‫َّاش ِدينَ ْال َم ْه ِدي َـ‬
َ َ‫ِّين عَضُّ وا َعلَ ْيهَا بِالنَّ َوا ِج ِذ ق‬ ِ ‫بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِء الر‬

Dari `Irbadh bin sariyah berkata : Rasulullah saw pernah memberikan mauizhah kepada
kita pada suatu hari setelah shalat shubuh dengan nasihat yang mengharukan sehingga
meneteskan air mata dan membuat hati menjadi takut. Maka ada seorang laki-laki bertanya :
“Apakah ini mauizhah terakhir apa yang engkau sampaikan kepada kita Ya Rasulullah ?”
Beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada kalian hendaklah taqwa kepada Allah, mendengar
dan taat kepada pimpinan sekalipun ia seorang hamba Habsyi (berkulit hitam). 
Sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup nanti akan melihat banyak perpecahan dan
perbedaan, jauhilah hal-hal yang baru sesungguhnya ia adalah sesat. Barang siapa di
antara kalian yang mendapatinya maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur-Rasyidin
yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. (HR. al-Turmudzi, Hadis Hasan
Shahih)

C.  Nasihat  Bersyukur Kepada Allah,


Sebagaimana dijelaskan  pada QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasehat Lukman al-Hakim
kepada anaknya. Lukman al-Hakim adalah seorang ahli hikmah bukan seorang Nabi yang
diberi wahyu.Al-Hikmah artinya paham agama diberi akal yang kritis dan selalu benar. Isi
nasihat agar anak kesayangannya beryukur kepada Allah  tidak meyekutukan-Nya  (tidak
syirik) dengan sesuatu karena susungguhnya syirik itu suatu penganiayaan  yang agung.
Nasihat syukur kepada anak Lukman  sebagaimana perintah Allah kepada Lukman agar
bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikannya. Perintah syukur dengan
tegas disebutkan pada ayat sebelumnya yakni  QS. Lukman/31 : 12.

‫َولَقَ ْد آتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ َأ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ َو َم ْن يَ ْش ُكرْ فَِإنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَِإ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِميد‬

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada
Allah.Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. 31:12)

Perintah bersyukur kepada Allah juga diulangi dan diperkuat pada ayat 14 Surat Lukman  ‫َأ ِن‬
‫ا ْش ُكرْ لِي‬  hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku. Bersyukur kepada Allah berarti taat dan
taqwa kepadanya, sebagaimana mau’izhah Nabi kepada para sahabat dengan suatu mau’izhah
yang meneteskan air mata dan menggetarkan hati agar para sahabat taqwa kepada Allah swt.
ِ ‫ُأ‬  Aku wasiatkan kepada kalian agar takwa kepada Allah.
Rasul bersaabda:ِ ‫وصي ُك ْم بِتَ ْق َوى هَّللا‬

4
          Isi mau’izhah yang diberikan Nabi Muhammd pada Hadis di atas realisasi syukur
kepada Allah  yaitu  taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang 
rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat
Khulafaur Rasyidin.

D. Nasihat  Berterima Kasih Kepada Kedua Orang Tua

Redaksi  ayat di atas menunjukkan betapa agung dan tingginya bersyukur  kepada kedua
orang tua yang dijatuhkan setelah perintah menyembah kepada Allah. Orang tua adalah
manusia pertama dan utama di antara sekian banyak manusia yang lebih berhak manerima
kebaikan dari  anak-anaknya. Karena sebab adanya orang tua inilah anak menjadi ada.
Andaikata tidak ada orang tua,  anak tidak mungkin wujud di bumi ini. Dari orang tua inilah
anak lahir, karena kasih sayang orang tua inilah anak bisa hidup dengan sempurna, dengan
perhatian orang tua inilah anak menjadi dewasa   bahkan dengan kesungguhan orang tua
inilah anak menjadi orang yang pandai dan berkat do’a orang tua inilah anak menjadi orang 
sukses.

Karena besar jasa orang tua inilah mulai mengandung yang sangat berat dan menyusui
selama 2 tahun. Anak diperintah bersyukur, hormat da patuh kepada kedua orang tua setelah
bersyukur kepada Allah.  Firman Allah QS. Lukman/31 : 13-14

ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ ‫َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬
َّ َ‫ك ِإل‬

Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan kepada-Kulah
tempat kembali

 Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun
menjadi orang pandai  dan lebih pandai dari pada orang tuanya tetap harus taat kepada orang
tua. Orang tua ibarat seperti al-Qur’an sekalipun sudah rusak tetap harus dihormati tidak
boleh dihina, diremehkan  dan diinjak-injak apalagi  al-Qur’an yang masih bagus.

E.    Berbuat Ihsan Kepada Allah


Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik)  secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada Allah dan
berbuat Ihsan kepada manusia sebagaimana Allah firmankan pada QS. al-Nisa/4 : 36 

 ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا‬

Dan sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua. Ibadah kebada Allah berarti:

‫ والخشوع لسلطانه فى السر والجهر‬، ‫عبادة هّللا هى الخضوع له وتمكين هيبته وعظمته من النفس‬

Ibadah kepada Allah adalah tunduk (khudhu’) kepada-Nya dan menghayati dalam jiwa akan 
kehaibatan da keagungan-Nya  serta khusyu’ terhadap kerajaan-Nya baik dalam sembunyi
maupun terbuka.[4]

5
Pengertian ibadah di atas sudah memasukkan makna ihsan kepada Allah yakni beribadah
secara khudhu’ dan khusyu’. Perintah menyembah kepada Allah, artinya taat segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan rasa rendah hati, dan rendah diri disertai rasa
cinta dan agung. Ihsan dalam beribadah maknanya sebagaimana penjelasan di atas 
menyembah kepada Allah dengan sebaik-baiknya dengan menjalankan wajib dan sunah-
sunahnya bahkan adab-adabnya, menjauhi yang membatalkan, yang haram dan yang makruh.
Ihsan dalam ibadah adalah melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya yakni dengan
khusyu’ dan khudhu’. Ibadah yang baik adalah ibadah yang dikerjakan  seolah-olah melihat
Allah atau Allah meliht engkau.

F.   Berbuat  Ihsan Kepada Sesama Manusia


Berbaut Ihsan atau berbuat baik  dengan sesama manusia setelah berbuat baik dengan Allah
swt. Berbuat ihsan sesuai dengan urutan dalam al-Qur’an mesti orang tua terlebih dahulu
kemudian yang terdekat dan yang terdekat.Urutannya sesuai dengan urutan al-Qur’an yaitu:

a. Kedua orang tua, dialah yang melahirkan dan membesarkan menjadi manusia yang
sempurna.
b. Kerabat, orang yang dekat hubungan keturunan seperti anak, cucu, saudara kandung,
paman, bibik dan seterusnya. Mereka lebih berhak menerima ihsan (kebikan) dari
saudaranya, karena mereka orang yang terdekat kepada orang tua.Berbuat Ihsan kepda
kerabat setelah berbuat ihsan kepada kedua orang tua dan setelah berbuat ihsan
kepada Allah swt. Al-Maraghiy mengatakan, jika seseorang telah melakukan ihsan
kepada Allah, maka lulurs imannya dan baik amalnya. Jika seseorang telah
melaksanakan hak-haka orang tua dengan baik, maka menjadi baik pula rumah
tangganya dan kemuarganya. Dan jika penghuni rumah itu saling berbuat baik kepada
kerabtnya, maka rumah tangga itu memiliki potensi yang besar untuk membentuk
persatuan umat.
c. Yatim, seorang anak yang ditinggal wafat bapaknya. Bapak yang menjadi harapan
masa depannya telah tiada, sementara sang ibu tidak semampu bapak untuk
mencukupi dan memenuhi kehidupan sang anak, terutama dalam pendidika masa 
depan si anak. Tanggung jawab ihsan dipikulkan kepada seluruh umat Islam yang ada
kamampuan. Dalam ayat ini kedudukan yatim disandingkan dengan kerabatlum
kerabat da yakni setelah kerabat dan sebelum miskin, seolah yatim dijadikan bagian
kerabat kaum muslimin.
d. Miskin, orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak mampu mencukupi
kebutuhan keluarganya. Miskin perlu mendapat ihsan dari kaum muslimin agar
kondisi masyarakat mendapat ketenangan dan tidak timbul pencurian atau kejahatan.
Miskin ada dua macam; miskin yang uzur karena kelemahannya tidak mampu
berusaha perlu mendapaat ihsan. Kedua miskin yang tidak uzur orang yang miskin
karena hidup berpoya-poya, bentuk ini perlu mendapat nasihat dan petunjuk mencari
pekerjaan.
e. Tetangga dekat, sebagian ahli Tafsir ada yang mengartikan tetangga yang masih ada
hubungan kerabat atau tetangga yang dekat rumahnya sebagian pendapat sorang
muslim
f. Tetangga jauh, tetangga yang jauh rumahnya tetpi masih dinamai tetangga atau
diartikan perantau) singkatnya tetangga baik dekat maupun jauh.Sebagian pendapat

6
tetangga jauh adalam non muslim seperti Yahudi dan Nashrani. Sebagian pendapat
mengatakan tetangga adalah 40  rumah di berbagai arah, atau mereka yang mendengar
adzan.
g. Teman sejawat, teman sepekerja, teman  musafir, teman, murid, dan istri
h. Budak, seorang berstatus budak
.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makna nasehat beragam intinya anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang
baik, kehendak baik. Saling menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling
menghendaki kebaikan, dan saling mengingatkan. Kata “nasihat” banyak disebutkan
dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh  Muslim bahwa
agama itu nasihat. Sedangkan Ihsan secara sederhana  diartikan berbuat baik. Berbuat
baik adakalanya dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan sesama manusia.
Isi kandungan QS. Lukman/31 : 13-14 bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada
kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun
dipimpin seorang hamba yang  rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada
Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin. Sedang bersyukur kepada
kedua orang tua adalah hormat da patuh  mereka.  Isi kandungan QS. al-Nisa/4 :
36 Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik)  secara seimbang, yakni berbuat ihsan
kepada Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia;dua orang tua ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Bentuk bererbuat Ihsan  dengan
sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap, secara moral
maupun material dan social yang disebut dengan silaturahim

7
DAFTAR PUSTAKA

http://westbatavia.blogspot.com
https://nurussyahid.blogspot.id/2015/02/memahami-makna-menasehati-dan-
berbuat.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai