MA’ANIL HADIS
Dosen Pengampu :
Dr. Muhid, M. Ag
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ma’anil Hadis yang berjudul “Fungsi Hadis sebagai Penjelas Al-Qur’an”. Tidak
lupa sholawar serta salam yang kita haturkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah menunujukkan kita kepada kebenaran dan
kenikmatan hingga saat ini.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Muhid, M
M. Ag, selaku dosen Mata Kuliah Ma’anil Hadis yang telah memberikan arahan
kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Saya selaku penyusun makalah
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hukum islam, hadis menjadi sumber hukum kedua setelah
Al-Qur’an. Penetapan hadis sebagai sumber hukum kedua ini ditunjukkan
oleh tiga hal, yaitu Al- Qur’an sendiri, kesepakatan (ijma’) ulama, dan
logika akal sehat (ma’qul). Al- Qur’an juga menkankan bahwa Rasulullah
sebagai penjelas maksud firman-firman Allah. Oleh karena itu apa yang
disampaikan oleh Rasulullah harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai
Rasul harus diteladani oleh kaum muslimin. Sejak masa sahabat hingga
saat ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan hukum yang
didasarkan juga kepada sunnah nabi, terutama yang berkaitan dengan
petunjuk yang masih umum dalam Al- Qur’an. Keberlakuan hadis sebagai
sumber hukum Al- Qur’an diperkuat juga dengan kenyataan bahwa Al-
Qur’an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang
memerlukan penjelasan dan perincian lebih lanjut agar dapat dilaksanakan
atau dilakukan dalam kehidupan manusia. Karena itu keabsahan hadis
sebagai penjelasan sumber hukm dalam islam dapat diterima secara logika.
Tulisan ini menemukan bahwa fungsi hadist terhadap al-Quran adalah
sebagai bayan dan muhaqiq (penjelas dan penguat) bagi al-Quran. Baik
sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, takhshish al-’am, bayan tabdila. Tidak
hanya itu, tulisan ini juga menemukan bahwa hadist Rasulullah telah
menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an. Karena
dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-
orang beriman untuk taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan
dan dilarang Rasulullah, serta mengancam orang yang menyelisihinya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi hadis terhadap Al- Qur’an?
2. Bayan apa saja yang berfungsi sebagai penjelas dalam Al- Qur’an?
3. Bagaimana pendapat para ulama mengenai hadis sebagai penjelas
dalam Al- Qur’an?
C. Tujuan Penyelesaian
1. Untuk menjelasakan fungsi hadis terhadap Al- Qur’an
2. Untuk menjelaskan bayan apa saja sebagai penjelas dalam Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama mengenai hadis sebagai
penjelas Al- Qur’an.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kami. Dalam hal ini diantara keduanya (anatara yang baik dan buruk)
terapat beberapa hal yang bersifat tidak jelas atau syubhat yang samar-
samar (tidak nyata baik dan tidak nyata buruknya). Ukuran baik dan
buruk pun menurut pandangan manusia akan berbeda. Oleh sebab itu,
Rasulullah menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk itu,
dengan istilah halal dan haramnya. Beliau mengharamkan segala
binatang-binatang buas, yang mempunyai taring, dan burung-burung
yang mempunyai kuku yang mencakar , demikian juga beliau
mengharamkan keledai jinak (bukan keledai hutan), karena semua itu
termasuk binatang yang kotor dan yang keji.1
b. Al-Qur`an telah menghalalkan segala minuman yang tidak
memabukan, dan mengharamkan segala minuman yang memabukkan.
Di antara yang tidak memabukkan dan yang memabukkan ada
beberapa macam minuman, yang sebenarnya tidak memabukkan, tetapi
dikhawatirkan kalau memabukkan juga, seperti tuak dari ubi, tuak
kedelai, tuak labu, atau tuak yang ditaruh dalam bejana yang dicat
dengan ter dari dalamnya (al- Muzaffat), juga yang ditaruh di dalam
batang kayu yang dilobangi (al- Naqir), dan yang serupa dengan
minuman yang memabukkan dan membawa kebinasaan. Kemudian
Rasulullah SAW kembali menghalalkan segala sesuatu yang tidak
memabukkan.2
2. Bayan- bayan penjelas Al- Qur’an
a. Bayan Taqrir
Bayan taqrir adalah Al-Hadits yang berfungsi menetapkan,
memantapkan, dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan al-Qur`an,
sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ayat yang ditaqrir
oleh Al-Hadits tentu saja yang sudah jelas maknanya hanya
memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah
menyimpulkan.
1
Perhatikan hadits-hadits, fiy ma la yu`kal minal-hayawan, at-Taj, (Maktabah al-Husna, Beirut:
1998), 95-96.
2
2Hadits Riwayat Khamsah dari “Aisyah, AtTaj, III: 140.
4
Contoh: Firman Allah SWT
ِ
ُص ْمه ْ فَ َم ْن َش ِه َد مْن ُك ُم الش
ُ ََّهَر فَ ْلي
Terjemah :
(HR. Muslim)
b. Bayan Tafsir
Bayan tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat
yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang maknanya
umum. Hadis yang berfungsi sebagai bayan tafsir dibagi menjadi 3
yaitu Tafshil al- mujmal, tabyin al musytarak, dan takhsish al-am.
Tafshil al-mujmal
Hadis yang berfungsi sebagai tafshil al-mujmal adalah hadis
yang menrinci ayat al-qur’an yang maknanya masih global.
Contoh :
Ada banyak sekali ayat Al- Qur’an yang menjelaskan mengenai
perintah dalam sholat, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara
melakukan sholat, bilangan rakaat pada tiap sholat dan bacaan
apa saja yang harus dilakukan dalam sholat. Dengan itu
Rasulullah memberikan penjelasan dengan cara memperagakan
shalat secara rinci, hingga beliau bersabda :
3
Shahih Muslim, II,762.
5
ِصِلِّ ْي ِ ِاِرِأَيِِْتُ ُِم ِْو
َِ ُنِِأ َِ صلِ ِْواِ َِك َِم
َِ
Artinnya :
Contoh
ْۤ
ِص َنِ ِِبَنْ ُف ِس ِه َّنِثَ ٰلثَةَِقُ ُرْوء ُ َوال ُْمطَلَّ ٰق
ْ َّتِيَتَ َرب
Terjemah :
Kata quru’ adalah bentuk jama’ dari Qar’in. Dalam bahasa arab antara
satu suku bangsa dengan yang lain ada perbedaan penegrtian Qar’in.
Ada yang mengartikan suci da nada pula yang mengartikan masa haidl.
Kemudian Rasulullah memberikan penjelasan, Rasulullah SAW
bersabda :
Thalaq hamba sahaya ada dua dan iddahnya dua kali haidl.
6
qar’in yang musytarak, sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita yang
dicerai itu masa iddahnya tiga kali haid.
Takhshis Al- Am
Takshish al - am adalah sunnah yang mengkhususkan atau
mengecualikan ayat yang bermakna umum.
Contoh :
اْلِْن ِزيْ ِر
ْ َّم َو ََلْ ُم
ُ َعلَْي ُك ُم الْ َمْي تَةُ َوالد
Terjemah :
Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi (QS. Al- Maidah ayat
5)
Dalam ayat diatas tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah hukumnya
haram untuk dimakan. Sunnah Rasulullah mengkhususkan atau
mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Rasulullah bersabda :
“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah.
Yang dimaksud dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai
belalang, sedangkan yang dimaksud dua macam darah adalah ati dan
limpa”. (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bayhaqi.
c. Bayan Tabdil
Bayan tabdil adalah sunnah yang mengganti hukum yang telah lewat
keberlakuannya, dalam istilah lain dikenal sebagai nama nasih wa al-
mansuh. Banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai keberadaan
hadis atau sunnah dalam mentabdil Al- Qur’an. Namun pada dasarnya
bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum melainkan hanya terletak
dalam penetapan istilahnya saja.6
Contoh :
Dalam bab zakat pertanian, dalam Al- Qur’an tidak ada keterangan
batasan nisab zakat melainkan segala penghasilan wajib dikeluarkan
zakatnya. Sedangkan Rasulullah bersabda :
6
Khoirul Hamdani, FUNGSI HADIST TERHADAP AL- QUR’AN, Jurnal IAIN Mataram ( Vol.12
No. 2) 2 Juni 2015 hal. 185
7
ِص َِدِقَة ِ ِس ِِةِِأَِْو َِسق ِِم ِْن
َِ ِِالتَ ِْمر َِ ْخ
َِ ِاِد ِْو َِن َِ َِلِِي
ُِ سِِفِِْي َِم
ِ
Artinya:
Tidak ada kewajiban zakat dari hasil pertanian yang kurang dari lima
wasak” . (HR. al-Bukhari dan Muslim).
7
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadis. Hal 17
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Sunan Abi dawud, II,257. Sunan alTurmudzi, III,488. Sunan al-Daruquthni, IV,
hal.39
Khoirul Hamdani, FUNGSI HADIST TERHADAP AL- QUR’AN, Jurnal
IAIN Mataram ( Vol.12 No. 2) 2 Juni 2015 hal. 185
10