Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“FUNGSI HADIS SEBAGAI PENJELAS AL-QUR’AN”

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

MA’ANIL HADIS

Dosen Pengampu :

Dr. Muhid, M. Ag

Disusun Oleh :

Ismi Azizatul Khumaidah - 07010520010

PRODI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ma’anil Hadis yang berjudul “Fungsi Hadis sebagai Penjelas Al-Qur’an”. Tidak
lupa sholawar serta salam yang kita haturkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah menunujukkan kita kepada kebenaran dan
kenikmatan hingga saat ini.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Muhid, M
M. Ag, selaku dosen Mata Kuliah Ma’anil Hadis yang telah memberikan arahan
kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Saya selaku penyusun makalah
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini, untuk selebihnya saya ucapkan banyak
terima kasih.

Surabaya, 03 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... .1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ .2
C. Tujuan Penyelesaian............................................................................. .2

BAB II PEMBASAN ...................................................................................... 3

1. Fungsi Hadis terhadap Al- Qur’an ....................................................... .3


2. Bayan Hadis sebagai penjelas Al – Qur’an .......................................... 4
3. Pendapat Ulama mengenai hadis sebahai penjelas Al- Qur’an ........... .8

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9

A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hukum islam, hadis menjadi sumber hukum kedua setelah
Al-Qur’an. Penetapan hadis sebagai sumber hukum kedua ini ditunjukkan
oleh tiga hal, yaitu Al- Qur’an sendiri, kesepakatan (ijma’) ulama, dan
logika akal sehat (ma’qul). Al- Qur’an juga menkankan bahwa Rasulullah
sebagai penjelas maksud firman-firman Allah. Oleh karena itu apa yang
disampaikan oleh Rasulullah harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai
Rasul harus diteladani oleh kaum muslimin. Sejak masa sahabat hingga
saat ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan hukum yang
didasarkan juga kepada sunnah nabi, terutama yang berkaitan dengan
petunjuk yang masih umum dalam Al- Qur’an. Keberlakuan hadis sebagai
sumber hukum Al- Qur’an diperkuat juga dengan kenyataan bahwa Al-
Qur’an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang
memerlukan penjelasan dan perincian lebih lanjut agar dapat dilaksanakan
atau dilakukan dalam kehidupan manusia. Karena itu keabsahan hadis
sebagai penjelasan sumber hukm dalam islam dapat diterima secara logika.
Tulisan ini menemukan bahwa fungsi hadist terhadap al-Quran adalah
sebagai bayan dan muhaqiq (penjelas dan penguat) bagi al-Quran. Baik
sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, takhshish al-’am, bayan tabdila. Tidak
hanya itu, tulisan ini juga menemukan bahwa hadist Rasulullah telah
menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an. Karena
dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-
orang beriman untuk taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan
dan dilarang Rasulullah, serta mengancam orang yang menyelisihinya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi hadis terhadap Al- Qur’an?
2. Bayan apa saja yang berfungsi sebagai penjelas dalam Al- Qur’an?
3. Bagaimana pendapat para ulama mengenai hadis sebagai penjelas
dalam Al- Qur’an?
C. Tujuan Penyelesaian
1. Untuk menjelasakan fungsi hadis terhadap Al- Qur’an
2. Untuk menjelaskan bayan apa saja sebagai penjelas dalam Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama mengenai hadis sebagai
penjelas Al- Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Fungsi Hadis Terhadap Al- Qur’an


Fungsi hadis yan paling pokok terhadap Al- Qur’an adalah sebagai bayan
(penjelas), sebagaimana yang terdapat dalam terjemahan surah An- Nahl
ayat 44 yang berbunyi “ keterangan- keterangan (mu’jizat) dan kitab-
kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al- Qur’an, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
suapaya mereka memikirkan”. Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah
ditugaskan oleh Allah untuk memberikan penjelasan mengenai kitab
Allah. Penejelasan dari Rasul itulah yang dikategorikan sebagai Al hadits.
Tanpa mempelajari Al hadist umat manusia tidak bisa memahami Al-
Qur’an secara sempurna, karean Al- qur’an masih bersifat umum dan
keterangan secara rinci terdapat daalm Al- hadits.
Adapun beberapa contoh ataupun gambaran mengenai bagaimana al-hadits
menjelaskan isi Al- Qur’an.
a. Al- Qur’an telah menghalalkan makanan yang baik dalam surah Al-
Maidah ayat 1 “Wahai orang-orang yang beriman penuhilah janji-
janji. Hewab ternak halal bagimu kecuali yang akan disebutkan
kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai yang Dia kehendaki” dan mengharamkan yang kotor dalam
surah Al- A’raf ayat 156 “Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di
dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembal (bertobat) kepada
Engkau. Allah berfirman “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka
akan aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang berman kepada ayat-ayat

3
kami. Dalam hal ini diantara keduanya (anatara yang baik dan buruk)
terapat beberapa hal yang bersifat tidak jelas atau syubhat yang samar-
samar (tidak nyata baik dan tidak nyata buruknya). Ukuran baik dan
buruk pun menurut pandangan manusia akan berbeda. Oleh sebab itu,
Rasulullah menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk itu,
dengan istilah halal dan haramnya. Beliau mengharamkan segala
binatang-binatang buas, yang mempunyai taring, dan burung-burung
yang mempunyai kuku yang mencakar , demikian juga beliau
mengharamkan keledai jinak (bukan keledai hutan), karena semua itu
termasuk binatang yang kotor dan yang keji.1
b. Al-Qur`an telah menghalalkan segala minuman yang tidak
memabukan, dan mengharamkan segala minuman yang memabukkan.
Di antara yang tidak memabukkan dan yang memabukkan ada
beberapa macam minuman, yang sebenarnya tidak memabukkan, tetapi
dikhawatirkan kalau memabukkan juga, seperti tuak dari ubi, tuak
kedelai, tuak labu, atau tuak yang ditaruh dalam bejana yang dicat
dengan ter dari dalamnya (al- Muzaffat), juga yang ditaruh di dalam
batang kayu yang dilobangi (al- Naqir), dan yang serupa dengan
minuman yang memabukkan dan membawa kebinasaan. Kemudian
Rasulullah SAW kembali menghalalkan segala sesuatu yang tidak
memabukkan.2
2. Bayan- bayan penjelas Al- Qur’an
a. Bayan Taqrir
Bayan taqrir adalah Al-Hadits yang berfungsi menetapkan,
memantapkan, dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan al-Qur`an,
sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ayat yang ditaqrir
oleh Al-Hadits tentu saja yang sudah jelas maknanya hanya
memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah
menyimpulkan.
1
Perhatikan hadits-hadits, fiy ma la yu`kal minal-hayawan, at-Taj, (Maktabah al-Husna, Beirut:
1998), 95-96.
2
2Hadits Riwayat Khamsah dari “Aisyah, AtTaj, III: 140.

4
Contoh: Firman Allah SWT
ِ
ُ‫ص ْمه‬ ْ ‫فَ َم ْن َش ِه َد مْن ُك ُم الش‬
ُ َ‫َّهَر فَ ْلي‬

Terjemah :

Barangsiapa yang menyaksikan bulan ramadlan, maka hendaklah shaum.


(QS. Al- Baqarah ayat 185)

Ditegaskan oleh Rasulullah SAW:

ِ‫ِوأَفْ ِط ُرواِلِ ُرْؤيَتِ ِه‬ ِِ ِ ‫ص‬


َ ‫ومواِل ُرْؤيَته‬
ُ ُ
Shaumlah kalian karena melihat tanda awal bulan ramadlan dan
berbukalah kalian karena melihat tanda awal bulan syawal.

(HR. Muslim)

Hadits di atas dikatakan bayan taqrir terhadap ayat al-Qur`ân, karena


maknanya sama dengan Al-Qur`an, hanya lebih tegas ditinjau dari
bahasanya maupun hukumnya.3

b. Bayan Tafsir
Bayan tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat
yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang maknanya
umum. Hadis yang berfungsi sebagai bayan tafsir dibagi menjadi 3
yaitu Tafshil al- mujmal, tabyin al musytarak, dan takhsish al-am.
 Tafshil al-mujmal
Hadis yang berfungsi sebagai tafshil al-mujmal adalah hadis
yang menrinci ayat al-qur’an yang maknanya masih global.
Contoh :
Ada banyak sekali ayat Al- Qur’an yang menjelaskan mengenai
perintah dalam sholat, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara
melakukan sholat, bilangan rakaat pada tiap sholat dan bacaan
apa saja yang harus dilakukan dalam sholat. Dengan itu
Rasulullah memberikan penjelasan dengan cara memperagakan
shalat secara rinci, hingga beliau bersabda :

3
Shahih Muslim, II,762.

5
ِ‫صِلِّ ْي‬ ِ ِ‫اِرِأَيِِْتُ ُِم ِْو‬
َِ ُ‫نِِأ‬ َِ ‫صلِ ِْواِ َِك َِم‬
َِ

Artinnya :

Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku sedang shalat.(HR.


Jama’ah)4

 Tabyin Al- Musytarak

Tabyin Al-Musytarak adalah hadis yang menjelaskan ayat al-


Qur`an yang mengandung kata bermakna ganda.

Contoh

ْۤ
ِ‫ص َنِ ِِبَنْ ُف ِس ِه َّنِثَ ٰلثَةَِقُ ُرْوء‬ ُ ‫َوال ُْمطَلَّ ٰق‬
ْ َّ‫تِيَتَ َرب‬

Terjemah :

“Wanita yang dicerai hendaklah menunggu masa iddah selama tiga


quru”

Kata quru’ adalah bentuk jama’ dari Qar’in. Dalam bahasa arab antara
satu suku bangsa dengan yang lain ada perbedaan penegrtian Qar’in.
Ada yang mengartikan suci da nada pula yang mengartikan masa haidl.
Kemudian Rasulullah memberikan penjelasan, Rasulullah SAW
bersabda :

ِ َ‫ضت‬ ِ ِ َ‫طَلَ ُق الَم ِة تَطَلِي ْقت‬


‫ان‬ َ ‫ وع َّدتُ َها َحْي‬،‫ان‬ َ
Artinya :

Thalaq hamba sahaya ada dua dan iddahnya dua kali haidl.

(HR. Abu dawud, al-Turmudzi, dan alDaruquthni)5

Dalam ketentuan hukum, hamba sahaya itu setengah dari orang


merdeka, jika hadis ini menetapkan dua kali haidl,maka menurut
sebagian pendapat perkataan haidhlatani itu merupakan penjelas dari
4
Musnad Ahmad, I, 148. Shahih alBukhari, I, 226. Shahih Ibn Khuzaymah, I,206. Shahih Ibn
hibban, V,503. Sunan alDarimi, I,196. Sunan al-Bayhaqi, III, 120.
5
Sunan Abi dawud, II,257. Sunan alTurmudzi, III,488. Sunan al-Daruquthni, IV, 39

6
qar’in yang musytarak, sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita yang
dicerai itu masa iddahnya tiga kali haid.

 Takhshis Al- Am
Takshish al - am adalah sunnah yang mengkhususkan atau
mengecualikan ayat yang bermakna umum.
Contoh :
‫اْلِْن ِزيْ ِر‬
ْ ‫َّم َو ََلْ ُم‬
ُ ‫َعلَْي ُك ُم الْ َمْي تَةُ َوالد‬
Terjemah :

Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi (QS. Al- Maidah ayat
5)

Dalam ayat diatas tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah hukumnya
haram untuk dimakan. Sunnah Rasulullah mengkhususkan atau
mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Rasulullah bersabda :

ِ ‫ وأ ََّما الدَّم‬،‫اْلراد‬ ِ َ‫ فَأ ََّما الْمي تَ ت‬،‫ان‬


ِ ‫ان ودم‬ ِ ِ
‫ان‬ َ َ ُ ََْ ‫وت َو‬
ُ ُ‫اَل‬
ْ َ‫ان ف‬ َْ ْ َّ‫أُحل‬
َ َ َ َ‫ت لَنَا َمْي تَ ت‬
‫ال‬ ِ ‫فَالْ َفالْ َكبِ ُد و‬
ُ ‫الطّ َح‬ َ
Artinya :

“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah.
Yang dimaksud dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai
belalang, sedangkan yang dimaksud dua macam darah adalah ati dan
limpa”. (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bayhaqi.

c. Bayan Tabdil
Bayan tabdil adalah sunnah yang mengganti hukum yang telah lewat
keberlakuannya, dalam istilah lain dikenal sebagai nama nasih wa al-
mansuh. Banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai keberadaan
hadis atau sunnah dalam mentabdil Al- Qur’an. Namun pada dasarnya
bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum melainkan hanya terletak
dalam penetapan istilahnya saja.6
Contoh :
Dalam bab zakat pertanian, dalam Al- Qur’an tidak ada keterangan
batasan nisab zakat melainkan segala penghasilan wajib dikeluarkan
zakatnya. Sedangkan Rasulullah bersabda :
6
Khoirul Hamdani, FUNGSI HADIST TERHADAP AL- QUR’AN, Jurnal IAIN Mataram ( Vol.12
No. 2) 2 Juni 2015 hal. 185

7
ِ‫ص َِدِقَة‬ ِ ِ‫س ِِةِِأَِْو َِسق ِِم ِْن‬
َِ ِِ‫التَ ِْمر‬ َِ ْ‫خ‬
َِ ِ‫اِد ِْو َِن‬ َِ َ‫ِلِِي‬
ُِ ‫سِِفِِْي َِم‬

ِ
Artinya:
Tidak ada kewajiban zakat dari hasil pertanian yang kurang dari lima
wasak” . (HR. al-Bukhari dan Muslim).

3. Pandangan Ulama mengenai hadis sebagai penjelas Al- Qur’an


Sehubungan dengan fungsi hadis sebagai bayan, para ulama berbeda
pendapat dalam merincinya diantaranya :
 Menurut Imam Malik bin Annas, beliau berpendapat bahwa
bayan yang digunakan sebagai penjelas Al- Qur’an meliputi
bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tafshil, bayan isbat, dan bayan
tasyri’.
 Menurut Imam Syafi’i, meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin,
bayan tasyri’, bayan nasakh, bayan tafshil, dan bayan isyaroh.
 Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, meliputi bayan ta’kid,
bayan tafsir, bayan tasyri’ dan bayan takhsis.

Hadis sebagai penjelas atau bayan Al- Qur’an memiliki bermacam-macam


fungsi. Meskipun para ulama menggunakan istilah yang berebda, namun
pada dasarnya mereka mempunyai maksud yang sama, secara umum
fungsinya adalah menguatkan (ta’qid), merinci (tafshil), menjelaskan
(tafsir), memunculkan hukum baru (tasyri’) dan merevisi hukum dalam al-
qur’an7

7
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadis. Hal 17

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadis Rasulullah telah menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan


atau tidak terdapat dalam al-qur’an. Karena hal ini jika tidak dijelaskan
oleh Rasulullah maka kita sebagai umat muslim akan sangat
kebingungan atau tidak dapat melaksanakan apa yang Allah
perintahkan dan dilarang oleh-Nya dengan baik dan benar. Maka
dengan mengetahui tentang bayan-bayan inilah kita dapat beramal
sebagai wujud ketaatan kita sebagai kaum muslim denagan baik dan
benar. Adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama sebenarnya
permasalahan yang tidak begitu rumit bisa saja kita mengambil salah
satunya yang menurut kita benar atau melakukan seperti imam yang
kita anut dan meraka pun berbeda dalam hal istilah saja untuk lainnya
sama saja.
B. Saran
Saya selaku penyusun menyadari adanya banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu saya meminta maaf yang
sebesar-besarnya dan saya membutuhkan kritik maupun saran yang
berguna untuk membangun agar menjadi lebih baik lagi untuk
kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Perhatikan hadits-hadits, fiy ma la yu`kal minal-hayawan, at-Taj, (Maktabah al-


Husna, Beirut: 1998), 95-96.
Musnad Ahmad, I, 148. Shahih alBukhari, I, 226. Shahih Ibn Khuzaymah, I,206.
Shahih Ibn hibban, V,503. Sunan alDarimi, I,196. Sunan al-Bayhaqi, III, 120.

Sunan Abi dawud, II,257. Sunan alTurmudzi, III,488. Sunan al-Daruquthni, IV,
hal.39
Khoirul Hamdani, FUNGSI HADIST TERHADAP AL- QUR’AN, Jurnal
IAIN Mataram ( Vol.12 No. 2) 2 Juni 2015 hal. 185

Hadits Riwayat Khamsah dari “Aisyah, AtTaj, III: 140.


Shahih Muslim, II,762.

Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadis. Hal 17

10

Anda mungkin juga menyukai