Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDY ( KAJIAN AL QURAN)

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah metodologi studi islam

Disusun Oleh:

Abdul Muthalib
NIM. 201931315

Dosen Pengampu: Megawati, S.Ag., M.Ag


NIDN.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI AL-FURQAN MAKASSAR
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena erkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini membahas “STUDI AL-
QUR’AN”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Makassar, 8 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Permasalahan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Fungsi dan Esensi Al-Qur’an............................................................. 2
B. Ulum Al-Qur’an................................................................................. 5
C. Metode Tafsir Aa-Qur’an................................................................... 7
D. Model Studi Tafsir Al-Qur’an............................................................ 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
Kesimpulan ........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

  

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an  adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi
setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuktentang hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablum min Allah wa hablum  min an-nas), serta manusia dengan
alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah),
diperlukan pemahamanterhadap kandungan Al-Qur’andan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab,
baik lafal maupun uslub-nya.Suatu bahasa yang kaya kosakata dan sarat
makna.Kendati Al-Qur’an berbahasa Arab, tidak berarti semua orang Arab atau
orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami Al-Qur’an secara rinci.
Bahkan, para sahabat mengalami kesulitan untuk memahami kandungan Al-
Qur’an, kalau hanya mendengarkan dari Rasulullah SAW, karena untuk
memahami Al-Qur’an tidak cukup dengan kemampuan dan menguasai bahasa
Arab saja, tetapi lebih dari itu harus menguasai ilmu penunjang (ilmu alat).
Hasbi Ash-Shiddieqi menyatakan untuk dapat memahami Al-Qur’an
dengan sempurna, bahkan untuk menerjemahkannya sekalipun, diperlukan
sejumlah ilmu pengetahuan, yang disebut ‘ulum Al-Qur’an.
Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan bahwa ‘ulum Al-Qur’an
atau kita sebut juga “Study Al-Qur’an” merupakan ilmu yang sangat penting
untuk dimiliki oleh seseorang untuk bisa mengkaji lebih dalam lagi mengenai
ayat-ayat Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah 
1. Mengetahui Fungsi dan Esensi Al-Qur’an 
2. Mengetahui Bagaimana Ulum Al-Qur’an
3. Mengetahui Metode Tafsir Aa-Qur’an
4. Mengetahui Model Studi Tafsir Al-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHSAN

A. Al-Qur’an: Fungsi dan Esensi


1. Fungsi Al-Qur’an
a. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
Di Dalam kitab suci Alqur'an / Al-Qur'an terdapat hukum-hukum yang
bertujuan untuk mengatur kehidupan umat manusia untuk dapat hidup bahagia,
tentram, makmur, sejahtera dan lain-lain.[1]
 Jinayat
JInayat adalah segala macam dan jenis peraturan yang berhubungan dengan tindak
kriminal / kriminalitas dalam kehidupan keseharian manusia seperti mencuri,
memfitnah, berzina, membunuh, dan lain sebagainya.
  Muamalat / Mu'amalat
Mu'amalat adalah hukum yang berisi peraturan perdata dalam masyarakat yakni
syarikat, jual beli, pinjam meminjam, qiradh, ijarah, dan lain-lain.
 Munakahat
Munakahat adalah peraturan-peraturan yang mengatur masalah pernikahan
/nikah / perkawinan / kawin seperti mas kawin, talak / thalaq / perceraian, rujuk,
muhrim, dan lain sebagainya.
 Faraidh
Faraidh adalah peraturan undang-undang yang mengatur pembagian harta pusaka
 Jihad
Jihad adalah segala bentuk aturan yang mengatur mengenai permasalahan perang,
misalnya seperti harta rampasan perang, tawanan perang, dan lain sebagainya.

b. Petunjuk pada jalan yang lurus


Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-
Isrâ [17]:9)

2
Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu jalan
mereka yang diberi nikmat serta diridhoi oleh Allah SWT. 
c. Sebagai Obat
Allah SWT berfirman:
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' [17]: 82)
Di dalam Al-Qur’an,salah satu keistimewaan darinya adalah mampu
mengobati segala penyakit hati.Dalam ilmu pengetahuan adalah penyakit-penyakit
psikologis atau juga bisa disebut penyakit kerohanian.dan semua penyakit
awalnya bersumber dari hati dan lingkungan hanya sebagai pendukung.Selain
itu,Al-Qur’an merupakan penyembuh penyakit jasmani,yaitu dengan cara
melaksanakan resep hidup sehat yang diperintahkan oleh Qur’an.
d. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat
terdahulu
Kita harus menyadari bahwa mereka umat-umat terdahulu diadzab oleh
Allah di dunia dengan adzab yang dahsyat yg sangat mengerikan bila dibayangkan
adalah karena mereka mendurhakai membangkang dan mendustakan rasul yang
diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan kepada
mereka meskipun telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. itu adalah
yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.
Al-Qur’an menerangkan tentang masalah-masalah yang pernah terjadi
pada umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran dan untuk memberikan hikmah
serta membuka mata kita akan kesudahan orang-orang yang dhzalim.
e. Mengganti dan menyempurnakan kitab-kitab Allah yang telah diturunkan
sebelumnya.
Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna yang didalamnya termuat
dan membenarkan isi dari kitab-kitab terdahulu dan juga menyempurnakan kitab-
kitab terdahulu sehingga Al-Qur’an berfungsi untuk menggantikan kitab-kitab
terdahulu karena kebanyakan kitab-kitab terdahulu telah banyak tercampur oleh
ulah kotor tangan manusia.

3
 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah:48 
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.[2] 

2. Esensi al- Quran


Esensi al- Quran yang besar terpendam dalam hidayah, aqidah- aqidah
yang benar, bentuk ibadah- ibadah yang sempurna, akhlak- akhlak yang mulia,
aturan hukum yang adil. Juga terkandung dalam pengajaran- pengajaran untuk
membangun masyarakat yang unggul  dan perundang- undangan negara yang
kokoh.
Kita perlu menyadari bahwa seandainya umat Islam memperbaharui
keimanan mereka dengan kandungan esensi kitab yang mulia ini disertai
penyegaran kembali dalam menetapi  tanggungjawab dan ketaatan pada perintah-
perintah dan pengarahan- pengarahan ketuhanan yang arif dan bijaksana. Niscaya
mereka akan menemukan apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan dengan
nuansa jiwa yang suci, kuatnya sistem politik, administrasi dan pertahanan militer.
Juga kekayaan dan peradaban serta nikmat yang tak terhitung dan tak terbatas.
Allah swt berfirman;

‫سماء و األرض‬
ّ ‫ولو أنَّ أهل القرى ءامنوا و اتقوا لفتحنا عليهم بركت من ال‬
ّ ْ‫ولكن‬
]96 :‫كذبوا فأخذنه ْم بما كانوا يكسبون [األعراف‬
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata
mereka mendustakan (ayat- ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai
dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Apabila umat Islam mengharapkan kebaikan, perdamaian dan kemuliaan
ada pada diri dan masyarakat mereka, maka umat Islam musti mengikuti petunjuk

4
nabi mereka Muhammad saw dan para sahabatnya r.a. dalam menjaga al- Quran,
memahami dan mengamalkan tiap ajaran yang ada di dalamnya. Karena akhir
kehidupan umat islam tidak akan pernah bisa menjadi lebih baik kecuali dengan
menerapkan apa yang telah membuat umat Islam berjaya dan bercahaya di awal
masanya.[3]

B. Pengertian Study/’Ulumul Qur’an


Secara etimologi, ‘ulum Al-Qur’an terdiri dua kata, yaitu ‘ulumdanAl-
Qur’an.‘Ulumadalah jamak dariAl-‘alim yang berarti ilmu, maka ‘ulum berarti
ilmu-ilmu.Sedangkan kataAl-Qur’an, secara harfiah, berasal dari kata qara’a yang
berarti membaca atau mengumpulkan. Kedua makna ini mempunyai maksud yang
sama; membaca berarti juga mengumpulkan, sebab orang yang membaca bekerja
mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam sesuatu yang ia baca.
Maka perintah membaca dalam Al-Qur’an, seperti yang terdapat di awal Surah
Al-‘Alaq, bermakna bahwa Allah menyuruh umat Islam mengumpulkan ide-ide
atau gagasan yang terdapat di alam raya atau dimana saja, dengan tujuan agar si
pembaca melalui gagasan, bukti atau ide yang terkumpul dalam pikirannya itu,
memperoleh suatu kesimpulan bahwa segala yang ada ini diatur oleh Allah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka secara bahasa kata ‘ulum Al-
Qur’andapat diartikan kepada ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an.
Secara terminologi, Al-Qur’an berarti “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, sampai kepada kita secara
mutawatir.Dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas,
dan dinilai ibadah (berpahala) bagi setiap orang yangmembacanya”.
Jadi, ‘ulumul Qur’an secara istilah bermakna “Segala ilmu yang
membahas tentang kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
berkaitan dengan turun, bacaan, kemukjizatan, dan lain sebagainya”. Ash-Shabuni
mendefinisikan ‘ulumul Qur’an itu kepada “Kajian-kajian yang berhubungan
dengan Al-Qur’an dari aspek turun, pengumpulan, susunan, kodifikasi, asbab an-
nuzul, Al-makki wa Al-madani, pengetahuan mengenai an-nasikh dan Al-
mansukh, muhkam dan mutasyabihdan lain sebagainya segala pembahasan yang

5
berkaitan dengan Al-Qur’an. Menurut Az-Zarqani, ‘ulumul Qur’an adalah
“Kajian-kajian yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari aspek turun, susunan,
pengumpulan, tulisan, bacaan, tafsir, mukjizat, nasikh dan mansukh, menolak
syubhat darinya, dan lain-lain. Jadi, apa saja ilmu yang berkaitan dengan Al-
Qur’an adalah termasuk dalam perbincangan ‘ulumul Qur’an.
Dari definisi yang ada tersebut ada perbedaan redaksi antara para ulama
yang satu dengan ulama yang lain. Walaupun ada perbedaan, penulis melihat ada
maksud yang sama, baik antara Ash-Shabuni maupun Az-Zarqani, yakni bahwa
‘ulum Al-Qur’an adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Mengenai kemunculan istilah ‘ulum Al-Qur’an untuk pertama kalinya, para
penulis menyatakan bahwa istilah ini muncul pada abad VI Hijriah oleh Abu Al-
Farj bin Al-Jauzi.Pendapat ini disitir pula oleh Asy-Suyuthi dalam pengantar
kitabAl-itqan. Az-Zarqani menyatakan bahwa istilah itu muncul pada awal abad V
Hijriah melalui tangan Al-Hufi (w. 430 H) dalam karyanya yang berjudulAl
Burhan fi‘ulum Al-Qur’an.[4]
Analisis lain dikemukakan oleh Abu SyahbahDengan merujuk kepada
kitab Muqaddimatanifi ‘ulumA1-Qur’an yang dicetak tahun 1954 dan diedit oleh
Arthur Jeffri, seorang orientalis kenamaan, Syahbah berpendapat bahwa istilah
‘ulum Al-Qur’an muncul dengan ditulisnya kitabAl-Mabani fi Nazhm Al-
Ma’aniyang ditulis tahun 425 H (abad V H). Sayangnya, penulis kitab itu belum
ditemukan sampai sekarang. Kitab yang hasil cetakannya mencapai 250 halaman
itu menyajikan pembahasan-pembahasan tentang makki-madani, nuzul Al-Qur’an,
kodifikasi Al-Qur’an, penulisan dan mushaf, penolakan terhadap berbagai
keraguan menyangkut pengkodifikasi Al-Qur’an dan penulisan mushaf, jumlah
surat dan ayat, tafsir, ta’wil, muhkam-mutasyabih, turunnya Al-Qur’an dengan
tujuh huruf (sab’ah ahruf) dan pembahasan-pembahasan lainnya. Lebih lanjut,
Syahbah mengkritik analisis yang dikemukakan oleh Az-Zarqani. Kritiknya itu
menyangkut embel-embel“‘ulum Al-Qur’an”pada kitab Al-Burhan fi ‘ulum Al-
Qur’an yang dinyatakan oleh Az-Zarqani sebagai kitab‘ulum Al-Qur’an yang
pertama kali muncul. Persoalannya, Az-Zarqani menyatakan juz I kitab itu hilang.
Lalu, dari mana ia memperoleh nama kitab itu? Tetapi setelah dilakukan

6
pengecekan terhadap kitab KasyfAzh-Zhunun, menurut Syahbah, ternyata kitab itu
bernama Al-Burhan fi Tafsir Al-Qur’an. Pendapat lain dikemukakan Subhi Al-
ShaliH Ia berpendapat bahwa istilah ‘ulum Al-Qur’an sudah muncul semenjak
abad III H, yaitu ketika Ibn Al-Marzuban menulis kitab yang berjudul Al-Hawi fi
‘ulum Al-Qur’an.[5]

C. Metode Tafsir Al-Quran


Ulama selalu berusaha untuk memahami kandungan al-Quran sejak masa
ulama salaf sampai masa modern.Dari sekian lama perjalanan sejarah penafsiran
al-Quran, banyak ditemui beragam tafsir dengan metode dan corak yang berbeda-
beda.Dari sekian banyak macam-macam tafsir, ulama coba membuat
menglasifikasikan tafsir dengan sudut pandang yang berbeda-beda antara yang
satu dengan yang lainnya.
M. Quraish Shihab, dalam bukunya “Membumikan al-Quran”, membagi
tafsir dengan melihat corak dan metodenya menjadi; tafsir yang
bercorak ma’tsûr dan tafsir yang menggunakan metode penalaran yang terdiri dari
metode tahlîliy dan maudhû’iy.
Al-Farmawi membagi tafsir dari segi metodenya menjadi empat bagian
yaitu: metode tahlîliy, ijmâliy, muqâran dan maudhû’iy. Sedangkan
metode tahlîliy dibagi menjadi beberapa corak tafsir yaitu: at-Tafsîr bi
al-Ma’tsûr, at-Tafsîr bi al-Ra’yi, at-Tafsîr ash-Shûfiy, at-Tafsîr al-Fiqhiy, at-
Tafsîr al-Falsafiy, at-Tafsîr al-‘Ilmiy, at-Tafsîr al-Adabiy wa al-Ijtimâ’iy.[6]
Berikut ini akan penulis jelaskan metode-metode tafsir dengan mengikuti pola
pembagian al-Farmawi.
1. Tahliliy
Kata tahliliy adalah bahasa arab yang berasal hallala-yuhallilu-
tahlilan  yang berarti to analize atau detailing, ana lyzing, menganalisa atau
mengurai, dan kata tahlili berarti analytic atau analytical.
Metode tahliliy, yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai
metode tajzi’iy,adalah satu metode tafsir yang “Mufassirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan

7
memperhatikan runtunan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum di dalam
mushaf.
Al-farmawi juga mendefenisikan tafsir tahlili dengan suatu metode tafsir
yang bermaksud menjelaskan kandungan  ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh
aspeknya. Dan menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat
tersebut.Dan  beliau juga  menguraikan bahwa bahwa penjelasan makna tersebut
bisa tentang makna kata, penjelasan umumnya, susunan kalimatnya, asbab al-
nuzulnya.
Metode ini terkadang menyertakan perkembangan kebudayaan generasi 
Nabi, Sahabat maupun Tabi’in, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian
kebahasaan dan meteri-materi khusus lainnya yang kesemuanya ditujukan untuk
memahami Al-Quran yang mulia ini. Sedangkan M. Quraish Shihab berpendapat
bahwa tafsir tahlili merupakan suatu bentuk tafsir dimana mufassirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai seginya dengan
memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana tercantum dalam
mushaf.
2. Ijmaliy
Kata Ijmaliy secara bahasa artinya ringkasan, ikhtisar, global dan
penjumlahan. Tafsir ijmaliy adalah penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan
cara mengemukakan isi kandungan Al-Quran melalui pembahasan yang
bersifat umum( global ), tanpa uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas,
juga tidak dilakukan secara rinci. Keterangan lain menyebutkan bahwa metode
tafsir ijmali berarti menafsirkan ayat Al-Quran  yang dilengkapi dengan
penjelasan  yang mengatakan bahwa  sistematika penulisannya adalah menurut
urutan ayat dalam mushaf Al-Quran dengan bahasa yang populer, mudah
dipahami, enak dibaca dan mencakup. Dengan demikian, metode tafsir ijmali
berarti cara sistematis untuk  menjelaskan atau menerangkan makna-makna Al-
Quran baik dari aspek hukumnya dan hikmahnya dengan pembahasan yang
bersifat umum ( global ), ringkas,  tanpa uraian yang panjang lebar dan tidak
secara rinci tapi mencakup sehingga mudah dipahami oleh semua orang mulai dari

8
orang yang berpengetahuan rendah sampai orang-orang yang berpengetahuan
tinggi.
3. Muqaran ( Komperatif )
Kata muqaran merupakan mashdar dari kata ‫ مقارنة‬-‫ارن‬fff‫ يق‬-‫ارن‬fff‫ق‬  yang berarti
perbandingan (komparatif).
4. Maudhu’i ( Tematik )
Secara etimologi tafsir berarti ‫كل‬fff‫ظ الكش‬fff‫راد عن اللف‬fff‫ف الم‬fff‫كش‬  (menyikap
maksud dari suatu lafal yang sulit untuk difahami). Menurut Manna’ Khalil Al-
Qathan pengertian etimologinya adalah ‫نى‬fffff‫ا المع‬fffff‫ف واظهاره‬fffff‫ة و الكش‬fffff‫اإلبان‬
‫المعقول‬ (menjelaskan, menyikap dan menerangkan makna yang abstrak). Adapun
pengertian tafsir secara terminology antara lain seperti yang dikemukakan oleh
Abu Hayyan:
Secara bahasa kata maudhu’I berasal dari kata ‫وع‬fff‫موض‬  yang merupakan isim
maf’ul dari kata ‫وضع‬ yang artinya masalan atau pokok pembicaraan,yang
berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia yang dibentangkan ayat-ayat
Al-Quran.
Berdasarkan pengertian bahasa, secara sederhana metode
tafsir maudhu’I ini adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan tema atau
topik pemasalahan.
Musthafa Muslim memaparkan beberapa defenisi tafsir maudhu’i, salah
satu diantaranya adalah:

‫ من خالل سورة أو أكثر‬f‫هو علم يتناول اقضايا حسب المقاصد القرآنية‬


Tafsir maudhu’I merupakan ilmu untuk memahami permasalahan-
permasalahan sejalan dengan tujuan Al-Quran dari satu surat atau beberapa surat).
Bentuk defenisi operasional tafsir maudhu’i atau tematik ini, lebih rinci tergambar
dalam rumusan yang dikemukakan oleh Abd al-Hayy al-Farmawi, yaitu:

‫ا‬ff‫ا وترتيبه‬ff‫جمع اآليات القرآنية ذات الهدف الواحد التي اشتركت في موضوع م‬
‫رح‬ff‫ا بالش‬ff‫ا ثم تناوله‬ff‫باب نزوله‬ff‫حسب النزول ما امكن ذلك مع الوقوف على أس‬
‫والتعليق واإلستــــنــــباط‬

9
(Tafsir maudhu’I adalah mangumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai
maksud yang sama, dalam arti sama-sama membahas satu topik masalah dan
manyusunnya berdasarkan kronologis dan sebab turunnya ayta-ayat tersebut,
selanjutnya mufassir mulai memberikan keterangandan penjelasan serta
mengambil  kesimpulan. Defenisi di atas dapat difahami bahwa sentral dari
metode maudhu’i  ini adalah menjelaskan ayat-ayatyang terhimpun dalam satu
tema dengan memperhatikan urutan tertib turunnya ayat tersebut, sebab turunnya,
korelasi antara satu ayat dengan ayat yang lain dan hal-hal lain yang dapat
membantu memahami ayat lalu menganalisnaya secara cermat dan menyeluruh.[7]

D. Model Studi Tafsir


Beberapa model kajian tafsir yang dilakukan para mufassir adalah :
1. Tafsir Bil Ma’tsur : At-Thabari dan Ibnu Katsir
Keduanya mewakili tafsir Bil Ma’stur, yang pertama karya Mufassir dan
ahli Hadits, Ibnu Jarrir At- Thabari dengan Judul Jamiul Bayan fii Tafsiiril
Qur’an, tafsir ini berisi penjelasan ayat-ayat dengan riwayat Hadits Nabi ,
pendapat para sahabat dan Tabi’in.Ke dua karya tafsir yang ditulis Ibnu Katsir
yang merupakan ahli Hadits dan sejarawan yang berjudul Tafsiirul Qur’an Al
‘Adhiim dan terkenal dengan judul Tafsir Ibnu Katsir, tafsir
ini mengguunia.nakan pendekatan seperti yang ditulis At-Thabari, hanya ia
menekankan pada riwayat yang otentik menolak pengaruh asing yang isroiliyat.
2. Tafsir Birro’yi: Ar-Rozi.
Contoh model penafsiran ini ditulis oleh Fakhruddin Ar- Rozi dengan
judul “Mafaatihul Ghoib” yang merupakan tafsir konverhensip, menjelaskan ayat-
ayat dengan metode penalaran logika.
3. Tafsir Ijmaali: Jalaalain
Tafsir ini dimulai dari permulaan Surat Al Kahfi, sampai akhir Al
Qur’an, kemudian Al Mahally menafsirkan Surat Al Fatehah dan setelah
menyempurnakannya ia meninggal dunia, sisanya diteruskan oleh As Suyuthi
dengan menggunakan metodologi pengarang sebelumnya.

10
4. Tafsir Tahlili: Al Manar
Syekh Muhammad Abduh menyampaikan kuliah Tafsir Al Qur’an di
Universitas Al Azhar, yang kemudian menjadi sumber tafsir ini setelah ia wafat,
yang berjudul “Tafsir Al Qur’an Al Hakiim” yang disusun oleh Muhammad
Rosyid Ridlo, murid Muhammad Abduh. Tafsin ini populer dengan sebutan Tafsir
Al Manar, sebelumnya berasal dari majalah Al Manar, yang diterbitkan secara
serial dan periodik.
5. Tafsir Maudlu’i :Al Farmawi.
Contoh model tafsir ini adalah tulisan Abdul Hayyi Al Farmawi,
terjemahan dalam bahasa Indonesia yang berjudul “Metode Tafsir Maudhui suatu
Pengantar” Pada tefsir tersebut ada empat judul :
a. Memelihara anak yatim menurut Al Qur’an.
b. Ummiyah Bangsa arab menurut Al Qur’an.
c. Adab isti’dzan menurut Al Qur’an.
d. Ghodhul Bashor dan Hifdzul Farj menurutAl Qur’an.[8]

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fungsi dan Esensi Al Qur’an adalah sebagai Al Huda, Al furqon,Asy-
Syifa’ dan Mau’idhoh bagi orang yang beriman,melalui Rosulullah
2. Ulum al Qur’an ( tafsir). Menulut ahli tafsir ada: Ilmu Asbabun Nuzul,
Makki Madani, Tarikh Al Qur’an, Lughoh wal Qiro’ah,Qowaid At-
Tafsir. Ilmu gaya dan struktur Al Qur’an.
3. Metode Tafsir Menurut ahli Tafsir yaitu: Metode Ijmali, Tahlili,
Muqorronah dan Maudhu’i
5. Model Studi Tafsir adalah tafsir Bil Ma’tsur : At-Thabari dan Ibnu
Katsir, tafsir Birro’yi: Ar-Rozi., tafsir Ijmaali: Jalaalain, tafsir Tahlili: Al
Manar dan tafsir Maudlu’i :Al Farmawi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’, Mahabits fi ‘Ulum al-Quran, ( Mansyurat al-‘Asr al-Hadits,


1973 )
Al-‘Utsaimin, asy-Syaikh  Muhammad bin Shaleh,  Ushul  fi at-Tafsir, terj. Abu
Abdillah  Ibnu Rasto ( Solo : Pustaka Ar-Rayyan, 2008 )
Al-Zarkasyi, Badr Al-Din Muhammad bin Abd.Allah,  Al-Burhan fi ‘Ulum Al-
Quran,( Kairo ; Al-Halaby, 1957 ), jilid I
Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Cet.I, Yogyakarya :
Pustaka Pelajar, 1998
J. Abdillah http://arjunajuna8.blogspot.co.id/2012/06/esensi-al-quran.html. Di
Poskan Rabu, 27 Juni 2012
Nazzhao Abarokah. Http://abarokah51.blogspot.co.id/2012/11/mengetahui-fungsi-
dari-al-quran.html. Diposkan Friday, November 2, 2012
Said Agil Husain Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki,  Jakarta: Ciputat Press, 2003
Tajulashiha.https://tajulashiha.wordpress.com/2012/03/23/metodologi-studi-al-
quran/. Posted on Maret 23, 2012
https://abismiakabr.blogspot.com/2016/01/makalah-studi-al-quran.html,selasa,08
februari 2022

13

Anda mungkin juga menyukai