Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADIST QUDSI

Disusun Oleh
KELOMPOK 5

1. NADILA HARDI YANTI


2. DEA NATAMI PUTRI
3. ANISA SAFITRI
4. IBNU AQIL
5. DAFID PUTRA
6. KHOYYIR RIDHO
7. TEGAR ZAKI HANAFI

GURU PEMBIMBING
ZAMAN OKTARIA, S.Pd

MAN 1 SUNGAI PENUH


TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah alrabbi al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak guru dan teman-teman yang telah
memberikan saran dan bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas.
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan-
kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan berlapang dada sekali apabili Bapak Guru,
teman-teman serta para pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya.

Kerinci, 23 Januari 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A LATAR BELAKANG...................................................................................... 1
B RUMUSAN MASALAH.................................................................................. 1
C TUJUAN PENULISAN.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN HADITS QUDSI.................................................................... 2
B. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN AL-QURAN.............................. 3
C. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN HADITS BIASA....................... 4
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 6
A KESIMPULAN................................................................................................. 6
B. SARAN............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana
dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.Ada
banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada
tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam
Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah.
Hadis dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimunculkan pertama kali
terdapat empat macam, yaitu qudsi, marfu’, mawquf, dan, maqthu’. Secara umum dapat
dikatakan jika sumber berita itu dari Allahdinamakan hadis qudsi, jika sumber berita datang
dari nabi disebut hadis marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadis
mawquf, dan jika datangnya dari tabi’in disebut hadis maqthu’. Sumber berita utama di atas
tidak dapat menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari Allah atau nabi,
karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita
akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita.

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk membahas masalah Hadits Qudsi ini, maka kami mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Pengertian Hadits Qudsi.
2. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran.
3. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits biasa.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan rumusan
masalah di atas.Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada kita semua mengenai Hadits Qudsi, dan perbedaannya dengan Al-Quran
dan Hadits biasa. Dan apabila terdapat permasalahan yang ingin dibahas, sekiranya kita dapat
memecahkannya bersama-sama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADITS QUDSI


Secara etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada
al-quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan
kepada zat yang quds yaitu dihubungkan kepada Yang Maha Suci adalah Allah SWT. Lalu
disusuli dengan pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari
Nabi SAW yang disandarkan oleh beliau kepada Allah SWT, dengan arti lain bahwa sesuatu
yang dikhabarkan oleh Allah SWT kepada Rasullah SAW melaui ilham atau mimpi
kemudian baginda menyampaikan dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada
manusia.
Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah perkataan yang bersumber
dari Rasul SAW namun disandarkan beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah
perkataan atau firman Allah SWT. Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka
Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.
 Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari
Allah ‘azza wa jalla”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu
Dzarradliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang
diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman :
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada
diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling
menganiaya di antara kalian”.
2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman :
Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila
dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.

Di antara buku yang paling masyhur mengenai Hadits Qudsi adalah kitab Al-Ithâfât
as-Saniyyah Bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah karya ‘Abdur Ra`uf al-Munawiy. Di dalam buku ini
terkoleksi 272 buah hadits.
Contoh Hadits Qudsi:

‫ وأنا معه حين يذكرني‬،‫ “أنا عند ظن عبدي بي‬:‫قال صلّى هللا عليه وسلّم فيما يرويه عن ربه – تعالى – أنه قال‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang beliau meriwayatkan dari Rabnya, bahwa
Allah berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya jika dia mengingat-
Ku… (HR. Bukhari, no.7405)

B. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN AL-QURAN


1. Al-Quran mampu mengungguli sastra Arab yang waktu itu merupakan sastra yang
terbaik, sehingga orang Arab tidak mampu membuat karya sastra yang seindah dan
sebaik al-Quran, walaupun hanya satu surat. Tidak demikan halnya dengan Hadits
Qudsi.
2. Lafadz dan arti al-Quran berasal dari Allah. Sedangkan Hadits Qudsi, artinya berasal
dari Allah, akan tetapi lafadznya dari Nabi Muhammad
3. Tidak boleh meriwayatkan al-Quran secara makna. Adapun Hadits Qudsi, boleh
meriwayatkannya secara makna
4. Al-Quran tidak boleh dipegang oleh orang yang mempunyai hadats. Al-Quran juga
tidak boleh dibaca oleh orang yang mempunyai hadats besar. Dua larangan ini tidak
berlaku di dalam Hadits Qudsi
5. Al-Quran harus dibaca di dalam shalat. Sedangkan Hadits Qudsi, apabila dibaca di
dalam shalat maka dapat menyebabkan shalat menjadi batal
6. Al-Quran ditransformasikan secara tawattur. Oleh karena itu, ia berstatus qath’i al-
tsubut. Adapun mayoritas Hadits Qudsi ditransformasikan secara ahad (individual),
sehingga ia berstatus dhanni al-Tsubut.
7. Orang yang mengingkari al-Quran terkategorikan sebagai orang kafir, karena al-
Quran bersifat qath’i al-Tsubut. Sedangkan orang yang mengingkari Hadits Qudsi
tidak dianggap orang kafir, karena Hadits Qudsi bersifat dhanni al-Tsubut
8. Membaca al-Quran termasuk ibadah. Satu huruf al-Quran sebanding dengan 10
kebaikan. Hal ini tidak berlaku pada Hadits Qudsi
9. Di dalam al-Quran terdapat penamaan ayat dan surat untuk kalimat-kalimatnya. Tidak
demikian dengan Hadits Qudsi

C. PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN HADITS BIASA


Hadits Nabawi adalah segala hal yang disandarkan kepada Rasulullah SAW yang
berupa ucapan, perbuatan, sifat dan ketetapan.
Rasulullah adalah imam bagi seluruh umat dan suri tauladan yang paling baik bagi
mereka. Dia memiliki hak terhadap seluruh umat untuk ditaati sebagaimana penjelasan Allah
SWT dalam QS An-Nur (24) : 56 :” Dan Taatilah Rasul, semoga kamu diberi rahmat”. Allah
SWT menjelaskan juga dalam QS An-Nisa (4):80: “Barang siapa mentaati Rasul maka
sungguh ia telah mentaati Allah”.
 Pebedaan antara Hadits Nabawi dengan Hadits Qudsi antara lain:
1. Hadits Nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad. Adapun Hadits
Qudsi dinisbahkan kepada Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus sebagai
penyambung lidah dari-Nya
2. Bentuk Hadits Nabawi ada dua macam 1. Tauqifi, yaitu hadits yang kandungannya
diterima oleh Nabi Muhammad melalui wahyu, kemudian beliau sampaikan kepada
umatnya. 2. Taufiqi, yaitu hadits yang tercipta murni dari pemahaman Nabi
Muhammad terhadap al-Quran, atau dari perenungan dan ijtihad beliau. Adapun
keseluruhan kandungan Hadits Qudsi bersumber dari Allah.

Perbedaan antara Hadits Qudsi, Al-Quran dan Hadits Biasa (Nabawi) ini bisa juga
dijabarkan sebagai berikut.

 Perbedaan dari segi bahasa dan makna adalah sbb.


1. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah swt
2. Hadis Qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah swt., sedangkan bahasanya dari
Nabi saw.
3. Hadis Nabawi adalah bahasa dan maknanya dari Nabi saw.
 Perbedaan dari segi periwayatan adalah sbb :
1. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi
kemujizatannya
2. Hadis qudsi dan hadis nabawi boleh diriwayatkan dengan maksudnya saja. Yang
terpenting dalam hadis adalah penyampaian maksudnya.
 Perbedaan dari segi kemukjizatan adalah sbb :
1. Al-Qur’an, baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.
2. Hadis qudsi dan hadis nabawi bukan merupakan mukjizat
 Perbedaan dari segi nilai membacanya adalah sbb :
1. Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat (surah al-fatihah)
maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti
maksudnya maupun tidak
2. Hadis qudsi dan hadis nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak
bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati dan
diamalkan.

Jika tak merasakan namanya cobaan bagaikan seekor kupu-kupu yang di paksa untuk
keluar dari kepompongnya!
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada
al-quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan
kepada zat yang quds yaitu dihubungkan kepada Yang Maha Suci adalah Allah SWT. Lalu
disusuli dengan pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari
Nabi SAW yang disandarkan oleh beliau kepada Allah SWT, dengan arti lain bahwa sesuatu
yang dikhabarkan oleh Allah SWT kepada Rasullah SAW melaui ilham atau mimpi
kemudian baginda menyampaikan dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada
manusia.
Salah satu perbedaan Al-Quran dengan Hadits Qudsi adalah Lafadz dan arti al-Quran
berasal dari Allah. Sedangkan Hadits Qudsi, artinya berasal dari Allah, akan tetapi lafadznya
dari Nabi Muhammad Salah satu perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi adalah
Hadits Nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad. Adapun Hadits Qudsi
dinisbahkan kepada Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus sebagai penyambung lidah dari-
Nya

B. SARAN
Demikian makalah yang telah kami sampaikan,namun dari kami menyadari bahwa
kesalahan masih sering terjadi,untuk itu kami mohon untuk memberikan masukan demi
kemajuan dan koreksi makalah yang  kami buat agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin Agus dan Suyadi Agus. 2008. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad Syaikh bin al-Utsaimin Shalih. 2008. Mushthalah AlHadits. Jogjakarta: Media
Hidayah.

Anda mungkin juga menyukai