Anda di halaman 1dari 12

HADITS PRESPEKTIF SUMBER BERITA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul


Hadist

Dosen Pengampu :
DR. H. ANH. NASICH HIDAYATULLOH, M.HI

Disusun oleh :
Nabilatu Tsuroyya (0704032019)

PROGAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS


USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat waktunya.Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benerang.dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai “Hadits Prespektif Sumber Berita”.

Makalah ini saya buat bukan tanpa sebab,melainkan saya ingin


mengethui ilmu yang sebenarnya. Melalui mkalah ini saya mencba menjelaskan
secuil dari ilmu ulumul hadits.

Dalam menyusun makalah ini, terdapat kesulitan dan hambatan yang


dialami. Namun dengan semangat dan dorongan dari teman-teman dan orang-
orang terdekat,saya mampu menyelesaikan makalh ini dengan sebaik-baiknya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempurnaandalam menyusun makalah ini.oleh kareena itu, kritik dan saran
sangat saya butuhkandalam memperbaikinya demi kesempurnaan makalah ini..

Bangkalan, 25 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Dasar Berita Dalam Hadits........................................................................ 2
B. Hadits Dalam Sumber Berita..................................................................... 3
BAB III : PENUTUP........................................................................................... 8
A. Kesimpulan................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadist dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimunculkan
pertama kali, terdapat empat macam, yaitu qudsi, marfu’, mawquf, dan
maqthu’. Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita dari Allah
dinamakan hadits qudsi, jika sumber berita datang dari nabi disebut hadits
marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadit mawquf,
dan jika datagnya dari tabi’in disebut hadits maqthu’. Sumber berita utama di
atas tidak dapat menentukan kesahihan suatu hadits sekalipun datangya dari
Allah atau Nabi. Karena tinjauan kualitas shahih hasan dan dha’if tidak hanya
dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para
pembawa berita. Dengan demikian hadith qudsi, marfu’, mawquf, dan
maqthu’ tidak mutlak keshahihannya. Terkadang shahih, hasan, dan dhaif.
Maka penulis berkeinginan untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul
“Hadist Prespektif Sumber Berita ”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar berita dalam hadits?
2. Dari siapa berita itu dimunculkan pertama kali?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dasar berita dalam hadits
2. Mengetahui sumber munculnya berita pertama kali

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Berita Dalam Hadits

Hadis berasal dari bahasa Arab, hadasa, yahdusu, hadisan, berarti al-
jadid, yang baru. Merupakan lawan kata al-qadim (yang lama). Jadi hadis
adalah “sesuatu yang baru” atau berita. Orang yang baru masuk Islam
misalnya, dapat disebut rajul hadas al-sinn, orang dalam “berita”. Kata hadits
dalam makna berita antara lain disebutkan dalam QS. al-A‘raf/7: 185,”Dan
apakah kalian tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan
mereka?. Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain
kepada Al-Qur’an itu?.

Hadis merupakan sinonim khabar atau berita dalam arti umum. Masa-
masa awalnya hadis tidak saja berita dari Rasulullah saw, tetapi juga berita-
berita lain, termasuk Al-Qur’an. Ini terlihat antara lain dalam ucapan Ibn
Mas’ud.“Sebaik-baik hadis adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk
adalah Muhammad” Hadis secara bahasa berarti percakapan atau perkataan.
Dalam terminologi Islam perkataan yang dimaksudkan adalah perkataan dari
Nabi Muhammad saw. Sering kali kata ini mengalami perluasan makna
sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti segala perkataan
(sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad saw.
yang dijadikan ketetapan atau pun hukum dalam agama.

Hadis sebagai sumber hukum dalam agama memiliki kedudukan


kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an. Arti umum hadis
dalam perkembangannya terjadi penyempitan sehingga akhinya kalau
dikatakan hadis maka tertuju pada apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah
saw1.

1
https://rumahtesisskripsi.blogspot.com/2015/06/hadits-dari-berbagai-tinjauan.html

2
B. Hadits Dalam Sumber Berita

1. Hadits Qudsi

Menurut bahasa kata Al-qudsi nisbah dari kata al-quds yang


diartikan “suci” (ath-thaharah dan at-tanzih). Hadis ini dinamakan suci (al-
qudsi), karena disandarkan kepada Zat Tuhan yang Maha Suci. Atau
dinisbahkan pada kata Ilah (Tuhan) maka disebut hadis Ilahi dan atau
dinisbahkan kepada Rabb (Tuhan), maka pula Hadis Rabbani. Kata qudsi,
sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadis, demikian juga
nama Rabbani dan Ilahi.

Rasulullah kadang-kadang menyampaikan sesuatu berita atau


nasihat yang beliau ceritakan dari Allah, tetapi tidak wahyu yang
diturunkan seperti Al-qur’an dan bukan perkataan yang tegas (sharih) yang
nyata-nyata disandarkan kepada beliau yang kemudian disebut dengan
Hadis Nabawi. Berita itu memang sengaja beliau sandarkan kepada Allah
tetapi bukan Al-qur’an. Ia adalah hadis qudsi yang maknanya diterima
dari Allah melalui ilham atau mimpi sedang reaksinya dari Nabi sendiri.

Jamaludin Al-Qasimi membagi kalam Allah menjadi tiga, yaitu Al-


Qur’an, kitab-kitab nabi dahulu sebelum ada perubahan-perubahan, dan
hadis qudsi. Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan nabi secara ahadi
(tidak mutawatir) sandarannya kepada Allah. Pada umumnya disandarkan
pada Allah karena Allah yang berfirman atau yang memunculkan berita
atau terkadang disandarkan kepada Nabi, karena beliaulah yang
memberitahukan dari Allah, berbeda dengan Al-qur’an yang hanya
disandarkan kepada Allah.

Dalam kulliyat Al-biqa’ sebagaimana yang dikutip oleh Al-qasimi


tentang perbedaan antara Al-qur’an dan hadis qudsi, bahwa Al-qur’an lafal
dan maknanya dari Allah melalui wahyu yang jelas jail, sedangkan hadis
qudsi lafalnya dari rasulullah dan maknanya dari Allah melalui ilham atau
impian. Ahmad bin Al-Mubarak dalam Al-Ibriz pernah berdialog secara

3
panjang lebar dengan gurunya Najm Al-Irfan Abdul Aziz Ad-Dibagh
sebagaimana yang dikutip oleh Al-Qasimi tentang perbedaan antara Al-
qur’an , hadis qudsi, dan hadis nabawi.
2. Hadits Muquf
a. Pengertian
Marfu’ menurut bahasa “yang diangkat” atau “yang
ditinggikan”, ialah lawan kata makhfudh. Ketika membaca dhammah
suara dan tenaga lebih terangkat dari pada baris fathah dan kasrah.
Hadis marfu’ adalah hadis yang terangkat sampai kepada Rasulullah.
Atau menunjukkan ketinggian kedudukan beliau sebagai seorang
Rasul.
b. Contoh marfu’
 Contoh marfu’ qawli
Seperti yang diberitakan oleh Abu Sa’id Al-Khudri berkata :
Telah bersabda Rasulullah: sesungguhnya orang yang beriman itu
terhadap sesamanya, sama dengan keadaan batu tembok, satu
dengan yang lain saling mengikat. (HR.Al-Bukhari, Muslim, At-
Tirmidzi, dan An-Nasa’i)
 Contoh hadis marfu’ fi’li (pekerjaan yang disandarkan kepada
Nabi) Seperti perkataan Anas:
Bahwa Nabi membetulkan shaf-shaf kami apabila kami akan
shalat. Maka setelah shaf itu lurus, barulah nabi bertakbir.
 Contoh hadis marfu’ taqriri
Contoh hadis marfu’ taqriri (persetujuan Nabi) ialah seperti
perkataan Ibnu Abbas:
Bahwa kami (para sahabat) bersembahyang dua rakaat setelah
terbenamnya matahari (sebelum shalat Maghrib). Rasulullah
melihat pekerjaan kami itu, beliau tidak menyuruh kami dan tidak
mencegahnya. (HR. Muslim)
c. Macam-macam hadis marfu’
Hadis marfu’ ada dua macam :

4
 Di-marfu’-kan secara tegas (sharih)
Hadis yang di-marfu’-kan kepada Nabi dengan sharih
adalah hadis yang tegas-tegas dikatakan oleh seorang sahabat
bahwa hadis tersebut didengar atau dilihat dan atau disetujui dari
Rasulullah.
 Di-marfu’-kan secara hukum (hukmi)
Maksudnya, hadis tersebut seolah-olah lahirnya dikatakan
oleh seseorang sahabat (mawqu’flafalnya) tetapi hakikatnya
didasarkan kepada Rasulullah (dihukumi marfu’) misalnya sebagai
berikut:
 Perkataan seorang sahabat tentang suatu masalah yang tidak
dapat dicapai dengan ijtihad , seperti perkataan yang berkaitan
dengan berita gaib, atau menerangkan pahala suatu amal.
 Apabila seorang sahabat membuat sesuatu pekerjaan yang
tidak dapat diperoleh dengan jalan ijtihad, maka perbuatannya
itu dipandang hadis marfu’, karena dipersepsikan, bahwa para
sahabat tidak melakukan suatu perbuatan, tanpa ada tuntunan
dari Nabi, pada suatu tuntunan yang tidak mungkin diperoleh
dari selain Nabi.
3. Hadits Mawquf
a. Pengertian
Mawquf menurut bahasa waqaf yang artinya berhenti atau stop.
Dalam al-qur'an terdapat tanda tanda waqaf yang harus di patuhi oleh
pembacanya. Menurut pengertian istilah ulama hadits, ialah:
“segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat baik dari
pekerjaan, perkataan, dan persetujuan, baik bersambung sanadnya
maupun terputus.”.
kata Ibnu Al-Atsar dalam Al-jami’:
Hadits yang dihentikan (sandarannya) pada seorang sahabat
tidak bersembunyi bagi seorang ahli Hadits, yaitu suatu hadits yang
disandarkan kepada seseorang sahabat. Apabila telah sampai kepada

5
seorang sahabat, ia (seorang perawi) berkata: bahwasanya sahabat
berkata begini,atau berbuat begini, atau menyuruh begini.
Sebagian ulama mendefisinikan hadits mawquf adalah:
Hadits yang disandarkan kepada seorang sahabat, tidak sampai
kepada nabi.
b. Contoh mawquf
Sebagai penjelasan Di atas bahwa hadits mawquf terdiri dari
qawli, fi’li, dan taqriri contoh mawquf qawli (perkataan), seperti:
“Ali Bin Abi Thalib berkata berbicaralah kepada manusia sesuai
dengan apa yang mereka ketahui, apakah engkau menghendaki Allah
dan rasul-nya didustakan? (HR. Al-Bukhari)”
contoh mawquf fi’li (perbuatan), seperti perkataan Al-Bukhari:
“Dan Ummu abbas sedangkan ia bertayammum (HR.Al-Bukhari)
Contoh mawquf taqriri (persetujuan) seperti perkataan sebagian
tabi’in:
“Aku melakukan begini dan dihadapan salah seorang sahabat dan ia
tidak mengingkariku”2
4. Hadits Mauqthu’
a. Pengertian
Menurut bahasa kata maqthu’ berarti terpotong atau terputus
lawan dari mawshul yang berarti bersambung. Kata terputus di sini
dimaksudkan tidak sampai kepada Nabi ia hanya sampai kepada tabi’in
saja, Menurut istilah hadits maqthu’ adalah sebagai berikut:
Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi’in dan orang setelahnya
dari pada tabi’in tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka baik
berupa perkataan atau perbuatan dan sesamanya.3
b. Contoh hadits maqthu’
Contoh hadits maqthu’ qawli (dalam bentuk perkataan) seperti
kata Al-Hasan Al-Basri tentang shalat dibelakang ahli bid'ah:

2
Abdul Majid Khon, ULUMUL HADITS, h. 226
3
Ibid., h.228

6
Shalatlah dan bid’ah nya atasnya (HR. Al-Bukhari)
Contoh maqthu’ fi’li (dalam bentuk perkataan) sebagaimana
perkataan Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir:
Masruq memanjangkan selimut antara dia dan istrinya meneriman
shalatnya, bersunyi dari mereka dan dunia mereka.
c. Kitab - kitab hadits mawquf dan maqthu’
Diantara kitab yang dipandang banyak hadits mawquf dan
maqthu’ adalah sebagai berikut:4
 Mushannaf Abi syaybah.
 Mushannaf ‘Abd Ar-Razzaq.
 Tafsir Ibn Jarir, Ibn Hatim, dan Ibn Al-Mundzir.

4
Ibid., h. 231

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hadist sebagai sumber hukum dalam agama memiliki kedudukan


kedua pada tingkafan sumber hukum di bawah al-quran'an. Hadits dilihat dari
sumber berita, terbagi menjadi empat macam, yaitu: qudsi, marfu’, mawquf,
dan maqthu’. Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita dari Allah
dinamakan hadits qudsi, jika sumber berita datang dari nabi disebut hadits
marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadit mawquf,
dan jika datagnya dari tabi’in disebut hadits maqthu’.

8
DAFTAR PUSTAKA.

Khon, Abdul Majid.2012.Ulumul Hadis.Ed.2. Jakarta:Imprint Bumi


Aksara.

https://rumahtesisskripsi.blogspot.com/2015/06/hadits-dari-berbagai-tinjauan.html

Anda mungkin juga menyukai