Anda di halaman 1dari 13

SURAT ALI ‘IMRAN AYAT 138-139

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah

Dosen Pengampu:
Nana Gustianda, M.A

Disusun Oleh:

Muhammad Fadhil Hasibuan (23140007)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah
kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah swt, kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah tentang “Surat Ali ‘Imran Ayat 138-139”.
Makalah ini ditulis dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah
Tafsir Ayat Dakwah, dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus
pemahaman terhadap maksud dari surat ali ‘imran ayat 138-139. Harapan kami,
semoga setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin memahami tentang
“Surat Ali ‘Imran Ayat 138-139”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta
bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas
segala kekurangan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh

Panyabungan, Februari 2024


Penyusun,

Muhammad Fadhil Hasibuan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Isi QS. Ali Imran ayat 138-139................................................... 3
B. Terjemahan dari QS. Ali Imran ayat 138-139............................. 3
C. Mufradat dari QS. Ali Imran ayat 138-139................................. 3
D. Pokok kandungan dari QS. Ali Imran ayat 138-139................... 3
E. QS. Ali Imran ayat 138-139 menurut Mufassir........................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Quran adalah “Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan
kepada Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada mashahif.
Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah.
Diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al-Quran
adalah sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia merupakan
tanda kebenaran Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan
kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat
manusia maka diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan
riwayat yang disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
Dalam pembahasan Al-Quran sebagai kumpulan wahyu Allah SWT, maka
kami mencoba membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan
tentang tujuan pendidikan dan sebagai petunjuk untuk menuju jalan yang benar
agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Agama islam sangat menjunjung
tinggi pendidikan, serta tidak membeda-bedakan pendidikan kepada laki-laki
maupun pendidikan kepada wanita. Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi:
‫ِل ِة‬ ‫ِل‬ ‫ِع‬
‫َطَلُب اْل ْلِم َفِر ْيَض ُة َعَلي ُك ِّل ُمْس ِم َو ُمْس َم‬
Artinya:“Menuntut ilmu di wajibkan bagi tiap-tiap orang islam lelaki dan
orang islam perempuan”.1
Surat Ali `Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur`an . surat ini terdiri dari
200 ayat dan termasuk surat Madaniyah. Dinamakan surat Ali `Imran karena
memuat keluarga Imran dan didalamnya memuat kisah kelahiran Nabi Isa,
persamaan ceritanya seperti Nabi Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya,
serta disebutkan pula kelahiran Maryam binti Imran. Surat Al-Baqarah dan surat
Ali `Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (dua yang cemerlang), karena dua surat
ini menyingkapkan hal-hal yang menurut Al-Qur`an disembunyikan oleh ahli
kitab, seperti kejadian Nabi Isa dan kedatangan Nabi Muhammad. Surat Ali
1
Syeh Az-Zarnuji Kitab Ta’limul muta’alim hal.4

1
`Imran turun setelah surat al-Anfal dan sebelum surat al-Ahzab. Dalam susunan
mushaf, ia berada pada urutan ke tiga setelah surat Al-Baqarah dan sebelum an-
Nisa. Isi kandungannya secara umum berkaitan dengan keimanan, hukum-hukum,
kisah-kisah dan sebagainya. Dan surat Ali `Imran ayat 138-139 menjelaskan
tentang salah satu fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju
jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa isi QS. Ali Imran ayat 138-139?
2. Apa terjemahan dari QS. Ali Imran ayat 138-139?
3. Bagaimana Mufradat dari QS. Ali Imran ayat 138-139?
4. Apa pokok kandungan dari QS. Ali Imran ayat 138-139?
5. Bagaimana QS. Ali Imran ayat 138-139 menurut Mufassir?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui isi QS. Ali Imran ayat 138-139
2. Untuk mengetahui terjemahan dari QS. Ali Imran ayat 138-139
3. Untuk mengetahui Mufradat dari QS. Ali Imran ayat 138-139
4. Untuk mengetahui pokok kandungan dari QS. Ali Imran ayat 138-139
5. Untuk mengetahui QS. Ali Imran ayat 138-139 menurut Mufassir

BAB II
PEMBAHASAN

2
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi`i.

2
A. Isi QS. Ali Imran ayat 138-139
‫ِع ِل ِق‬ ‫ِل‬
‫َه َذ ا َبَياٌن لَّناِس َو ُه ًد ى َو َمْو َظٌة ْلُم َّت َني‬
‫ِمِن‬ ‫ِهَت‬
‫َو ال ُنوا َو ال ْحَتَز ُنوا َو َأْنُتُم األْع َلْو َن ِإْن ُك ْنُتْم ُمْؤ َني‬

B. Terjemahan dari QS. Ali Imran ayat 138-139


138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.

C. Mufradat dari QS. Ali Imran ayat 138-139


(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia ‫َهَذ ا َبَياٌن ِللَّناِس‬
Petunjuk ‫َو ُهًدى‬

dan pengajaran ‫َو َم ْو ِع َظٌة‬

bagi orang-orang yang bertakwa ‫ِلْلُم َّتِقيَن‬

dan janganlah kamu merasa lemah‫َو اَل َتِهُنوا‬

dan janganlah pula kamu bersedih hati‫َو اَل َتْح َز ُنوا‬

padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya)‫َو َأْنُتُم اَأْلْعَلْو ن‬

jika kamu (benar-benar) beriman ‫ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنيَن‬

D. Pokok kandungan dari QS. Ali Imran ayat 138-139


Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat 138 ini adalah:
memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud
adalah pelajaran bagi orang-orang islam, tentang berlakunya ketentuan sunnah
Allah itu. Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan
mematuhi perintah Nabi Saw.

3
Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan
tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi SAW,
akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak
jumlahnya, sehingga bergelimpanglah puluhan kurban syuhada dari kaum
muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.
Ini adalah penerangan bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan
peristiwa kemanusiaan yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak akan
dapat mengetahuinya kalau tidak ada penerangan yang menunjukkannya. Akan
tetapi hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di
dalamnya, mendapatkan pelajaran , mendapatkan manfaat dan menggapai
petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” orang-orang yan bertakwa.
Kalimat yang mengandung petunjuk ini tidak dapat di tangkap dan dicerna
kecuali dengan hati yang beriman dan terbuka untuk penerima petunjuk. Nasihat
dan pelajaran yang berharga itu tidak dapat dimanfaatkan kecuali oleh hati yang
bertakwa, tanggap terhadapnya, dan bergerak dengannya. Maka, bagi manusia
dengan sedikitnya pengetahuan tentang yang hak dan yang bathil, tentang
petunjuk kesesatan dan kebenaran dengan tabiatnya yang terang dan jelas, tidak
memerlukan penjelasan yang panjang lebar. Hanya saja antusiasme manusia
terhadap kebenaran hanya sedikit, dan sedikit pula kemampuan memilih jalan
kebenaran itu. Hal itu disebabkan antusiasme terhadap kebenaran dan kemampuan
memilih jalannya itu tidak didorong melainkan oleh iman, sedangkan yang dapat
memeliharanya adalah takwa.
Oleh karea itu, penetapan-penetapan sedemikian ini disebutkan secara
berulang-ulang dalam Al-Qur`an . disebutkan nash nya dalam Al-Qur`an bahwa
didalam kitab ini terdapat kebenaran, petunjuk cahaya, nasihat dan pelajaran.
Semua itu hanya untuk oramg-orang yang beriman dan bertakwa. Iman dan takwa
itulah yang melapangkan hati untuk menerima petunjuk, cahaya, nasihat, dan
pelajaran, dan yang menghiasi hati sehingga terasa indah untuk memilih cahaya
dan petunjuk itu, serta memanfaatkan nasihat dan pelajarannya. Juga untuk
bersabar dan tabah dalam menanggung beban derita dalam menempuh jalannya.
Inilah persoalannya, inilah esensi masalahnya. Bukan sekedar ilmu dan

4
pengetahuan. Karena banyak orang yang menegerti dan mengetahui, tetapi mereka
bergelimang dalam lumpur kebatilan.3 Mungkin karena memperturutkan hawa
nafsunya, hingga tidak berguna ilmu dan pengetahuannya. Mungkin juga karena
takut menderita sebagai konsekuensi pengemban kebenaran dan pelaku dakwah.
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat 139 ini adalah: menghendaki
agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka
mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud,
karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah soal biasa yang
termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan
pembelajaran kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental
yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.
Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih atas yang telah menimpamu
dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya.
Akidahmu lebih tinggi karena kamu hanya bersujud kepada Allah saja, sedang
mereka bersujud pada sesuatu dari makhluk ciptaan-Nya. Manhaj kamu lebih
tinggi karena kamu berjalan menuntut manhaj Allah, sedang mereka menempuh
jalan kehidupan menurut manhaj yang dibuat oleh makhluk Allah. Peranan kamu
lebih tinggi, karena kamu mengemban wasiat atas kemanusiaan seluruhnya,
pembawa petunjuk kepada semua manusia, sedang mereka menyimpang dari
manhaj Allah , tersesat dari jalan yang lurus. Kedudukan kamu lebih tinggi,
karena kamu adalah pewaris bumi sebagaimana yang dijanjikan Allah, sedang
mereka akan musnah dan dilupakan. Maka jika kamu benar-benar beriman,
niscaya kamu adalah orang-orang yang derajatnya paling tinggi. Jika kamu benar-
benar beriman, maka janganlah kamu merasa lemah dan bersedih hati. Karena
semua itu adalah sunnah Allah, yang mungkin saja ditimpakan kepada mu dan
kepada orang lain. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapatkan akibat
yang baik setelah kamu berijtihad dan berusaha keras, setelah mendapakan ujian
yang setelah mengalami pembersihan.

3
Quthb, Sayyid. 1992. Tafsir Fi Zhilalil Qur`an, Penerjemah: As`ad Yasin, Abdul Aziz
Salim Basyarahil, Muchothob Hamzah (Depok: Gema Insani, 2006, Cet. Ke-3).

5
E. QS. Ali Imran ayat 138-139 menurut Mufassir
1. Tafsir Ibnu Katsir
Di dalam Al-qur`an terdapat penjelasan mengenai berbagai hal, serta
bagaimana keadaan umat-umat terdahulu dan juga musuh-musuh mereka. Di
dalam Al-Qur`an itu terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian dan
petunjuk bagi hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu pencegahan terhadap hal-
hal yang diharamkan dan perbuatan dosa. Kemudian Allah menghibur kaum
Muslim, dengan Firman Allah artinya janganlah kamu lemah dengan kejadian
itu, padahal kamu adalah orang yang paling tinggi derajatnya dan bahwa
pertolongan hanya bagi kalian.4
2. Tafsir Al-Maragi
Petunjuk yang bersifat umum bagi umat manusia dan merupakan
hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang bertaqwa atau fasik,
dalam hal ini juga merupakan bantahan kepada Nabi SAW meraka
mengatakan jika Muhammad memang benar-benar seorang utusan, maka
pasti mereka akan bisa dikalahkan dalam perang uhud.5
Sedangkan penjelasan ini petunjuk dan petuah yang khusus bagi
orang-orang yang bertakwa, karena mereka adalah orang yang mau
mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini, mereka juga
mau mengambil sebagai pelajaran dan dalam menghadapi kenyataan-
kenyataan yang sedang mereka alami.
Dan janganlah kalian merasa lemah dalam menghadapi pertempuran
dan hal-hal yang diakibatkan olehnya, seperti membuat persiapan dan
mengatur siasat perang lantaran luka dan kegagalan dalam perang uhud.
Janganlah kalian bersedih atas orang-orang yang mati selama perang tersebut.
Cita-cita orang kafir hanya sesuai dengan tujuan rendah yang
dikejarnya. Tidak demikian halnya dengan tujuan orang-oran mukmin, yaitu
ingin menegakkan mencusuar keahlian diduia, dan mengejar kebahagiaan
yang abadi di akhirat kelak.

4
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi`i.
5
Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra.

6
Kesimpulannya, bahwa perintah untuk persiapan, menyediakan segala
peralatan termasuk dengan tekad dan semangat yang benar, disamping
keteguhan hati dan bertawakal kepada Allah supaya bisa meraih kemenangan
dan mendapatkan apa yang diinginkannya, serta dapat mengembalikan
kerugian atau kekalahan yang telah mereka derita.
3. Tafsir Al-Azhar
Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat bekasnya
dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh
penjelasan. Petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita akan semakin bertambah
tentang perjuangan hidup manusia di dunia ini. Dalam ayat ini kita dianjurkan
mengetahui empat ilmu yang ama penting yaitu: sejarah, ilmu bekas
peninggalan kuno, ilmu siasat perang, dan ilmu siasat pengendalian negara.6
Didalam sejarah kita dapat mendapatkan pembelajaran dan hikmah
didalamnya agar pada masa yang akan datang tidak terjadi suatu hal yang
sama, dan stategi yang ada pada sejarahpun dapat kita terapkan ketika kita
mengalami suatu masalah yang sama. Dalam sejarah banyak sekali hal-hal
yang penting, walaupun tidak semua sejarah dibahas dan ditulis didalam Al-
Qur`an hanya kebanyakan berkenaan dengan perjuangan-perjuangan rasul,
misalnya Nabi Musa a.s menentang kedzaliman Fir`aun atau Nabi Ibrahim
menghadapi kaumnya, namun ada juga yang tidak tertulis didalam Al-Qur`an
misalnya mengapa Octavianus dapat mengalahkan Anthonius ketika merebut
kuasa atas lembah nil? Disini kita menemukan kecongkakan Anthious, sebab
kemenangan-kemenangan yang lalu dan pelukan Cleopatra yang
menyebabkan dia lupakan daratan. Tidak diingatnya, bahwa orang ditanah
airnya sendiri sudah mulai bosan kepadanya, sebab bangsanya sendiri sudah
di bawanya bertualang untuk kepentingan pribadi, lantaran itu ketika pukulan
Octavinous datang, dia tidak bertahan lagi.
Dalam hal tersebut bahwa dengan memerhatikan cerita di atas kita
dapat memperoleh penjelasan, petunjuk pengajaran bagi orang yang
bertakwa. Disini kita dapat mengetahui lagi bertapa luasnya arti takwa. Pokok

6
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

7
inti ialah memelihara. Maksud yang pertama, ialah takwa kepada Allah.
Memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepada-Nya.
Tetapi dalam ayat ini kita bertemu lagi dengan arti lain, yaitu
memelihara, menjaga, awas dan waspada. Maka dnegan demikian takwa
kepada Allah tidaklah cukup sekedar puasa, shalat, haji dan zakat saja. Tetapi
termasuk lagi dalam rangka menjaga agama dari intaian musuh.
Setelah selesai perang uhud yang telah menewaskan 70 mujahid
fisabilillah, antara Hamzah Abdul Muthalib, paman Nabi SAW sendiri dan
Nabi SAW pun mendapat luka, kelihatan kelesuan, lemah semangat dan duka
cita. Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tidak pernah
dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jika kamu masih memiliki iman
dalam dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tingg. Sebab iman itulah
pandumu menempuh zaman depan yang masih akan dihadapi.
4. Tafsir Quraisy Shihab
Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam bukunya tafsir AlMisbah
menjelaskan ini, yakni pesan – pesan yang dikandung oleh semua ayat- ayat
yang lalu, atau Al- Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang
memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi
seluruh yang membimbing masa kini dan datang menuju kearah yang benar
serta peringatan yang halus dan berkesan menyangkut halhal yang tidak wajar
bagi orang – orang yang bertaqwa, yang antara lain mampu mengambil
hikmah dan pelajaran dari sunahtullah yang berlaku dalam masyarakat.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

7
Shihab, Quraish. Tafsir al- Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2000.

8
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar
dan berkualitas, individu-individu yang beradap akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Seperti yang kita ketahui sendiri,
al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
dengan perantara malaikat Jibril as secara berangsur-angsur.
Tafsir surat Ali `Imran ayat 138-139 menjelaskan tentang salah satu fungsi
Al-Qur`an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan
pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang
bertakwa dan berisikan juga tujuan pendidikan. Dan ayat ini juga menggambarkan
bahwa Allah selalu memberikan motivasi untuk umatnya ketika umatnya sedang
dilanda musibah atau kesedihan.

B. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Syeh Az-Zarnuji Kitab Ta’limul muta’alim hal.4
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi`i.

9
Quthb, Sayyid. 1992. Tafsir Fi Zhilalil Qur`an, Penerjemah: As`ad Yasin, Abdul
Aziz Salim Basyarahil, Muchothob Hamzah (Depok: Gema Insani, 2006,
Cet. Ke-3).
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi`i.
Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra.
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Shihab, Quraish. Tafsir al- Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2000.

10

Anda mungkin juga menyukai