Anda di halaman 1dari 16

AYAT-AYAT TENTANG MATERI DAKWAH

Disusun untuk memenuhi tugas Tafsir Dakwah

Dosen Pengampu: Zaenal Mutaqin, M.I.Kom

Disusun oleh kelompok 6:

Anjani Siti Nurohmah (2108302099)

Lina Maulidiyah (2108302083)

Shabrinaafia (2108302080)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

IAIN SYEKH NURJATTI CIREBON

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami telah selesai menyusun
makalah yang berjudul “Ayat-Ayat Tentang Materi Dakwah”.

Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Tafsir
Dakwah dengan dosen pengampu Zaenal Mutaqin, M.I.Kom. Harapan kami semoga makalah
kami ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan teman-teman.

Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari beberapa literatur, pembaca


mungkin akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
perbaikan di masa yang akan datang.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata,
semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi yang membacanya.

Disusun Oleh

kelompok 6

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang ..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Ali Imron (3) : 19 ; 85


Tafsir dan ayat Al-qur’an...............................................................................................5

B. Ar - Rum (30) : 30

Tafsir dan ayat Al-qur’an...............................................................................................7

C. Ash - Shaf (61) : 9

Tafsir dan ayat Al-qur’an...............................................................................................8

D. Al -Maidah (5) : 3

Tafsir dan ayat Al-qur’an ........................................................................................ 9

BAB III PENUTUP.........................................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dakwah adalah salah satu kewajiban bagi setiap umat muslim. Perintah tersebut
ditunjukkan dalam bentuk kata perintah, dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata
perintah disebutkan dalam QS. An-Nahl : 125 dengan kata “Serulah”, sedangkan dalam QS.
Al-Imran : 104 “Dan hendaklah ada sekelompok orang yang berdakwah”. Perintah yang
pertama menghadapi subjek hukum yang hadir, sedangkan subjek hukum dalam perintah
kedua tidak hadir. Untuk menangkap seruan dan pesan-pesan Al-Qur’an maka dari itu
diperlukan pemahaman yang benar dan tepat. Sedangkan untuk memahami Al-Qur’an dengan
benar itu tidaklah mudah, untuk itu diperlukan penafsiran. Untuk memperoleh penafsiran
yang benar harus menguasai bahasa arab, pengetahuan yang komprehensif tentang kaidah-
kaidah yang berkaitan dengan ilmu tafsir dan di samping syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebagai seorang yang ingin memahami Al-Qur’an dengan benar.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam berdakwah tak lepas dengan penyampaian ayat-ayat yang masyhur yang memiliki
makna yang sesuai dengan isi dakwah. Dan dalam pemakalahan kali ini, kelompok kami akan
menjelaskan penafsiran dan kandungan ayat-ayat tentang berdakwah yang terlampir dalam
surat Ali-Imron (3) : 19 ; 85 , . Ar - Rum (30) : 30 , Ash - Shaf (61) : 9 , dan Al -Maidah
(5) : 3.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui isi penafsiran, kandungan dari surat Ali-Imran, Ar-Rum, Ash-Shaf, dan Al-
Maidah. Dan mengatahui maksud tujuan ayat tersebut.

2. Memahami makna yang terkandung didalam ayat-ayat tersebut, agar pembaca bisa lebih
mudah dalam memahaminy.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ali-Imron (3) : 19 ; 85

Memahami surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 yang membahas tentang legalitas agama Islam
sebagai dalil bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diterima Allah SWT
tidaklah keliru. Karena pemahaman seperti ini sesuai dengan literal ayat. Hanya saja,
terjemahan populer ini belum sepenuhnya mengungkap makna ayat tersebut, bahkan pada
kondisi tertentu dapat menimbulkan kerancuan dan fanatisme dalam beragama.

Allah swt berfirman:

‫اختَلَفَ الَّذيْنَ اُوتُوا ا ْلك ٰتب ااَّل م ۢنْ بعد ما ج ۤاء ُهم ا ْلع ْلم ب ْغي ۢا بينَهم ۗومنْ ي ْكفُر ب ٰا ٰيت هّٰللا فَانَّ هّٰللا‬
ْ ‫ساَل ُم ۗ َو َما‬ ‫هّٰللا‬
َ ِ ِ ِ ِ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ ُ ِ ُ َ َ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ ْ ِ ْ ِ ‫اِنَّ ال ِّديْنَ ِع ْن َد ِ ااْل‬
١٩ ‫ب‬ ِ ‫سا‬َ ‫س ِر ْي ُع ا ْل ِح‬
َ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-
Nya.” (Surat Ali ‘Imran [3] ayat 19).

Surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 di atas secara umum berbicara mengenai legalitas agama
Islam di sisi Allah swt. Sebagian orang memahami ayat ini sebagai alat justifikasi
pembenaran agama Islam di atas agama-agama lain di dunia. Pemahaman tersebut biasanya
mengacu pada terjemah Al-Qur’an. Misalnya, terjemah Kemenag pada tahun 2002
memaknainya sebagai, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.”

Menurut Quraish Shihab, “Terjemah atau makna itu, walau tidak keliru, belum
sepenuhnya jelas, bahkan dapat menimbulkan kerancuan pemahaman. Oleh karena itu,
butuh penjelasan lebih lanjut untuk memahami maknanya yang terdalam.” Agar kita
menemukan pemahaman yang lengkap, maka ayat ini perlu dihubungkan dengan ayat-ayat
sebelumnya.

Pada ayat sebelumnya Al-Qur’an menegaskan bahwa tiada Tuhan yakni Penguasa yang
memiliki dan mengatur seluruh alam, kecuali Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana.
Jika demikian, ketundukan dan ketaatan kepada-Nya adalah keniscayaan yang tidak

5
terbantahkan, sehingga hanya keislaman – yakni penyerahan diri secara penuh kepada Allah
– yang diakui dan diterima di sisi-Nya.

Surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 menurut Ibnu Katsir mengandung pesan Allah bahwa tiada
agama di sisinya, dan yang diterimanya dari seorang pun kecuali Islam, yakni mengikuti
rasul-rasul yang diutusnya setiap saat hingga berakhir dengan Muhammad SAW. Dengan
kehadiran beliau, maka telah tertutup semua jalan menuju Allah SWT kecuali jalan dari arah
beliau.

Pendapat Ibnu Katsir di atas didasarkan pada Firman Allah SWT surat Ali ‘Imran [3]
ayat 85 yang berbunyi:

ِ ‫ساَل ِم ِد ْينًا فَلَنْ ُّي ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َو ُه َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل ٰخ‬
٨٥ َ‫س ِريْن‬ ْ ِ ‫َو َمنْ يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل‬

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia
termasuk orang yang rugi.”

Menurut sebagian ulama, Islam dalam ayat ini adalah agama para nabi. Istilah
Muslimin juga digunakan bagi umat-umat para nabi terdahulu. Asy- Sya’rawi misalnya,
menyatakan bahwa Islam tidak terbatas hanya pada risalah nabi Muhammad SAW, tetapi
Islam adalah ketundukan makhluk kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam ajaran yang dibawa
oleh para rasul, yang didukung oleh mukjizat dan bukti-bukti yang meyakinkan.

Hanya saja kata Asy-Sya’rawi – kata Islam untuk ajaran para nabi yang lalu merupakan
sifat saja, sedangkan umat nabi Muhammad SAW memiliki keistemewaan dari sisi
kesinambungan sifat itu bagi agama umat Muhammad SAW sekaligus menjadi tanda dan
nama baginya. Oleh sebab itu, kaum Muslimin tidak menamai ajaran agama Islam dengan
Muhammadinisme.

Jika kita mencermati ayat-ayat Al-Qur’an, maka tidak ditemukan kata Islam sebagai
nama agama kecuali setelah agama ini sempurna dengan kedatangan nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, tidak keliru jika kata Islam dalam surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 dimaknai
dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW dan sebagai bukti legalitas agama Islam
di sisi Allah SWT. Sebab secara teologis maupun sosiologi, itulah nama ajaran yang

6
disampaikan olehnya. Surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 merupakan legalitas agama Islam di sisi
Allah SWT. Namun kendati demikian, jangan membatasi Islam hanya pada ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebab, ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
terdahulu juga merupakan agama Islam. Ayat ini sebenarnya ingin menekankan bahwa siapa
pun sejak Adam hingga akhir zaman yang tidak menganut agama sesuai yang diajarkan oleh
rasul utusan Allah SWT, maka ia tertolak.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kata Islam memuat dua makna, yakni secara
umum dan khusus. Secara umum Islam adalah agama ketundukan dan ketaatan kepada Allah
SWT yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul sepanjang zaman. Sedangkan Islam secara
khusus adalah nama agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Keduanya agama Nabi
terdahulu dan Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama yang diterima di sisi
Allah swt. Wallahu a’lam.

(Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka tidaklah akan diterima dan di
akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi) karena tempat tinggalnya ialah neraka di mana
ia akan menetap di sana untuk selama-lamanya.

B. Ar - Rum (30) : 30

َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬ َ ِ‫ق هّٰللا ِ ٰۗذل‬


ِ َّ‫ك ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ۙ ُم َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
ۗ
ِ ‫ل ِل َخ ْل‬oَ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد ْي‬
‫ك لل ِّد ْين حن ْيفً ۗا ف ْ هّٰللا‬
َ َّ‫ط َرتَ ِ الَّتِ ْي فَطَ َر الن‬ ِ ِ َ ِ ِ َ َ‫فَاَقِ ْم َوجْ ه‬

Artinya :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

Tafsir Ringkas Kemenag RI


Setelah memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT serta meminta
Rasul SAW dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat berikut Allah SWT
meminta mereka agar selalu mengikuti agama Islam, agama yang sesuai fitrah. Maka
hadapkanlah wajahmu, yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama Islam. Itulah
fitrah Allah SWT yang Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan bekal fitrah berupa kecenderungan mengikuti agama yang

7
lurus, agama tauhid. Inilah asal penciptaan manusia dan tidak boleh ada seorang pun yang
melakukan perubahan pada ciptaan Allah SAW tersebut. Itulah agama yang lurus, agama
tauhid, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dan menyadari bahwa mengikuti agama
Islam merupakan fitrahnya.

C. Ash - Shaf (61) : 9

a. Tafsir dan ayat Al-qur’an

َ‫ِّين ُكلِّ ِهۦ َولَوْ َك ِرهَ ْٱل ُم ْش ِر ُكون‬ ْ ‫ق لِي‬


ِ ‫ُظ ِه َر ۥهُ َعلَى ٱلد‬ ِّ ‫ى َأرْ َس َل َرسُولَ ۥهُ بِ ْٱلهُد َٰى َو ِدي ِن ْٱل َح‬
ٓ ‫هُ َو ٱلَّ ِذ‬

 Artinya
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.”

Tafsir :

Ayat ini mengisyaratkan bahwa jika ingin agama ini unggul maka disyaratkan petunjuk
yakni ilmu yang bermanfaat dan agama yang lurus yakni berupa amalan shalih, sebaliknya
jika seseorang terjauhkan dari ilmu yang bermanfaat atau terjauhkan dari amalan shalih maka
tidak akan unggul.

Adapun makna “unggul” disini ada dua pendapat di kalangan para ulama:

Pertama, agama Islam adalah agama yang unggul di atas agama-agama lainnya dengan
hujjah-hujjah dan bukti-bukti. Tidak ada yang dapat mengalahkan hujjah agama Islam dari
agama manapun. Sebaliknya, seluruh ajaran agama yang lain terdapat kontradiksi, tidak logis
serta penuh dengan kesyirikan berbeda dengan agama Islam yang logis dan tidak ada
pertentangan di dalamnya. Hingga saat ini jika terjadi perbedatan antara agama maka agama
Islam lah yang selalu menang dalam masalah konsep Ketuhanan dan selalu menang di atas
agama yang lainnya secara hujjah.

Kedua, maknanya adalah menang secara total dan itu akan terjadi pada hari kiamat
tatkala Allah turunkan nabi Isa ke muka bumi. Sekarang nabi Isa masih diangkat oleh Allah

8
SWT namun nanti pada hari kiamat nanti Dajjal akan keluar namun kemudian turunlah Nabi
Isa dan membunuhnya. 

Dalam hadits Abu Hurairah yang shahih yang terdapat di Shahih Muslim:

‫ َولَتُ ْت َر َك َّن ْالقِاَل صُ فَاَل يُ ْس َعى‬،َ‫ض َع َّن ْال ِج ْزيَة‬ َ َ‫ َولَي‬،‫ َولَيَ ْقتُلَ َّن ْال ِخ ْن ِزي َر‬،‫يب‬ َ ِ‫صل‬ َّ ‫ فَلَيَ ْك ِس َر َّن ال‬، ‫ لَيَ ْن ِزلَ َّن ابْنُ َمرْ يَ َم َح َك ًما عَا ِداًل‬،ِ‫َوهللا‬
‫ َولَيَ ْد ُع َو َّن ِإلَى ْال َما ِل فَاَل يَ ْقبَلُهُ َأ َح ٌد‬،ُ‫ َولَت َْذهَبَ َّن ال َّشحْ نَا ُء َوالتَّبَا ُغضُ َوالتَّ َحا ُسد‬،‫َعلَ ْيهَا‬

“Demi Allah SWT, Isa Ibnu Maryam akan turun sebagai hakim yang adil lalu beliau
akan memecahkan salib, membunuh babi, menghilangkan jizyah dan sungguh unta-unta yang
disenangi akan ditinggalkan sehingga tidak ada lagi yang berusaha untuk mencarinya dan
sungguh akan hilang rasa kebencian, saling benci dan saling hasad serta akan ada menyeru
untuk mengambil harta namun tidak ada yang mau menerimanya”. 

Hadits ini menunjukkan bahwa di zaman itu begitu makmur dan harta melimpah maka
orang-orang tidak akan mengejar harta pada hari itu serta tidak ada pula hasad karena semua
orang berkecukupan masing-masing. Itulah di zaman Imam Mahdi dan Nabi Isa dimana
ketika itu Islam unggul di atas agama-agama lainnya baik secara hujjah maupun secara
kekuatan sehingga mampu mengalahkan seluruh agama. Ayat ini menegaskan bahwa Allah
telah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan tugas menyampaikan agama-Nya kepada
seluruh manusia. Pokok-pokok agama itu terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis, yang berisi
petunjuk untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan munculnya agama Islam,
maka agama yang ada sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Agama Islam itu
mengungguli agama-agama lain sesuai dengan kehendak Allah SWT, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukainya.

D. Al -Maidah (5) : 3

a. Tafsir dan ayat Al-qur’an

Berikut ini Surat Al Maidah Ayat 3 :

َ ‫ير َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ ِه َو ْال ُم ْن َخنِقَةُ َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِط‬
‫يحةُ َو َما َأ َك َل ال َّسبُ ُع ِإاَّل َما‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫حُرِّ َم‬

‫اخ َشوْ ِن ْاليَوْ َم‬ َ ‫ق ْاليَوْ َم يَِئ‬


ْ ‫س الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْن ِدينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َشوْ هُ ْم َو‬ ٌ ‫ب َوَأ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُموا بِاَأْل ْزاَل ِم َذلِ ُك ْم فِ ْس‬ ُ ُّ‫َذ َّك ْيتُ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى الن‬
ِ ‫ص‬

9
‫ف ِإِل ْث ٍم فَِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر‬ َ ‫يت لَ ُك ُم اِإْل ْساَل َم ِدينًا فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِي َم ْخ َم‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان‬ ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫َأ ْك َم ْل‬

‫َر ِحي ٌم‬

Artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 3

Tafsir Surat Al Maidah ayat 3 disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil


Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah
yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya.
Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.

1. Larangan makan makanan haram

Surat Al Maidah ayat 3 adalah larangan memakan makanan haram. Apa saja makanan
haram itu?

َ ‫ير َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ ِه َو ْال ُم ْنخَ نِقَةُ َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمت ََر ِّديَةُ َوالنَّ ِط‬
‫يحةُ َو َما َأ َك َل ال َّسبُ ُع ِإاَّل َما‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫ُح ِّر َم‬
‫ب‬ ُ ُّ‫َذ َّك ْيتُ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى الن‬
ِ ‫ص‬

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,

10
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala.”

Yang pertama adalah al maitah (‫ )الميته‬yang berarti bangkai. Yaitu hewan yang mati
dengan sendirinya tanpa melalui penyembelihan maupun perburuan. Kecuali bangkai ikan
dan belalang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫ُوت َو ْال َج َرا ُد َوَأ َّما ال َّد َما ِن فَ ْال َكبِ ُد َوالطِّ َحا ُل‬ ْ َّ‫ُأ ِحل‬
ُ ‫ت لَنَا َم ْيتَتَا ِن َو َد َما ِن فََأ َّما ْال َم ْيتَتَا ِن فَ ْالح‬

Telah dihalalkan bagi kami dua bangkai dan dua darah. Dua bangkai itu adalah ikan
dan belalang. Dua darah itu adalah hati dan limpa. (HR. Ibnu Majah; shahih)

ُ‫ه َُو الطَّهُو ُر َماُؤ هُ ْال ِحل َم ْيتَتُه‬

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu
Majah; shahih)

Yang kedua adalah ad dam (‫ )الدم‬yaitu darah. Semua darah haram kecuali hati dan limpa
sebagaimana hadits di atas.

Ketiga, lahmul khinzir (‫نزير‬oo‫ )لحم الخ‬yaitu daging babi. Ibnu Katsir menjelaskan, babi


haram bukan hanya dagingnya tetapi juga lemak, kulit, dan seluruhnya organnya.

Keempat, binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Ibnu Katsir menjelaskan:

ِ ‫َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا‬

yaitu hewan yang disembelih dengan menyebut selain Allah, hewan tersebut menjadi
haram. Misalnya nama berhala atau taghut. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai
tidak membaca basmalah dengan sengaja atau lupa.

Kelima, al munkhaniqah (‫ )المنخنقة‬yaitu hewan yang tercekik. Baik disengaja (dicekik)


maupun karena kecelakaan, misalnya tali pengikatnya mencekiknya karena ulahnya sendiri
hingga ia mati.

11
Keenam, al mauquudzah (‫وذة‬oo‫ )الموق‬artinya hewan yang mati karena dipukul dengan
benda berat yang tidak tajam.

Ketujuh, al mutaraddiyah (‫ )المتردية‬artinya hewan mati terjatuh. Misalnya jatuh dari atas
bukit.

Kedelapan, an nathiihah (‫ )النطيحة‬artinya hewan yang mati karena ditanduk hewan


lainnya.

Kesembilan, hewan yang mati karena diterkam binatang buas seperti singa, harimau,
serigala atau anjing liar. Kecuali jika hewan yang diterkan itu masih hidup dan sempat
disembelih, ia menjadi halal. Ini juga berlaku untuk al munkhaniqah, al mauquudzah, al
mutaraddiyah, dan an nathiihah. Jika mereka masih hidup dan sempat disembelih, menjadi
halal.

Kesepuluh, binatang yang disembelih untuk berhala. Misalnya binatang yang dijadikan
qurban untuk berhala, jin, dan sejenisnya.

2. Surat Al Maidah ayat 3 adalah larangan mengundi nasib dengan anak panah.

ٌ ‫َوَأ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُموا بِاَأْل ْزاَل ِم َذلِ ُك ْم فِ ْس‬


‫ق‬

Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan.

Azlam (‫ )أزالم‬adalah bentuk jamak dari zulam yang artinya anak panah. Dulu di masa


jahiliyah, orang-orang Arab sering melakukannya. Azlam merupakan tiga buah anak panah.
Satu anak panah bertuliskan “lakukanlah.” Anak panah kedua bertuliskan “jangan lakukan.”
Dan anak panah ketiga tidak bertuliskan apa pun.

Tiga anak panah itu lalu dikoco. Jika keluar anak panah “lakukanlah” maka ia harus
mengerjakan apa yang ia maksud tersebut. Jika yang keluar adalah anak panah bertuliskan
“jangan lakukan” maka ia tidak boleh mengerjakan apa yang ia maksud. Dan jika yang keluar
adalah anak panah yang tidak bertuliskan apa pun, ia harus mengulangi undiannya.

Berdasarkan ayat ini, haram pula mengundi nasib dengan dadu dan alat yang semisal.
Karena secara esensi semua itu termasuk azlam yang merupakan kefasikan.

12
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir, semua keharaman
yang disebutkan sejak awal ayat ini adalah kefasikan.

Islam melarang mengundi nasib dengan anak panah dan segala sarana semacamnya.
Apabila seorang muslim bimbang dalam suatu urusan atau ragu-ragu hendak memilih yang
mana, ragu-ragu mau mengerjakan sesuatu atau tidak, Islam mensyariatkan sholat istikhoroh.

3. Keputusasaan orang-orang kafir

Poin ketiga dari Surat Al Maidah ayat 3 adalah keputusasaan orang-orang kafir dan
bagaimana orang beriman menghadapi mereka.

َ ‫ْاليَوْ َم يَِئ‬
ْ ‫س الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْن ِدينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َشوْ هُ ْم َو‬
‫اخ َشوْ ِن‬

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.”

Ayat ini turun saat haji wada’. Saat itu umat Islam telah meraih kemenangan demi
kemenangan yang gemilang. Makkah telah futuh, bahkan Romawi pun takut berhadapan
dengan kaum muslimin pada Perang Tabuk. Tidak ada kekuatan di jazirah Arab yang berani
berhadapan dengan kekuatan Islam. Orang-orang kafir yang tadinya ingin mengalahkan
Islam, mereka telah putus asa.

“Mereka telah putus asa untuk dapat membatalkan, mengurangi, atau mengubah Islam.
Allah telah menetapkan kesempurnaan untuknya, dan mencatat keabadian baginya,” kata
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. “Kadang-kadang mereka dapat mengalahkan
kaum muslimin dalam suatu peperangan atau suatu waktu, tetapi mereka tidak akan dapat
mengalahkan Islam.” Karenanya, jangan takut kepada orang-orang kafir. Hanya takutlah
kepada Allah SWT.

13
BAB III

PENUTUP

Rangkuman

Surat Ali ‘Imran [3] ayat 19 yang membahas tentang legalitas agama Islam sebagai
dalil bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diterima Allah SWT tidaklah keliru.
Menurut sebagian ulama, Islam dalam surat Ali ‘Imran [3] ayat 85 ini adalah agama para
nabi. Istilah Muslimin juga digunakan bagi umat-umat para nabi terdahulu. Asy-
Sya’rawi misalnya, menyatakan bahwa Islam tidak terbatas hanya pada risalah nabi
Muhammad SAW, tetapi Islam adalah ketundukan makhluk kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam ajaran yang dibawa oleh para rasul, yang didukung oleh mukjizat dan bukti-bukti yang
meyakinkan.

Surat Ar-Rum ayat 30 memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT
serta meminta Rasul SAW dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat berikut
Allah SWT meminta mereka agar selalu mengikuti agama Islam, agama yang sesuai fitrah.
Maka hadapkanlah wajahmu, yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama Islam.

Dalam surat Ash-Shaf ayat 9 ini mengisyaratkan bahwa jika ingin agama ini unggul
maka disyaratkan petunjuk yakni ilmu yang bermanfaat dan agama yang lurus yakni berupa
amalan shalih, sebaliknya jika seseorang terjauh kan dari ilmu yang bermanfaat atau terjauh
kan dari amalan shalih maka tidak akan unggul.

Tafsir Surat Al Maidah ayat 3 disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil


Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah
yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami. Tafsiran yang merupakan intisari
dari tafsir-tafsir di atas yaitu , larangan makan makanan haram, larangan mengundi nasib
dengan anak panah, dan Keputusasaan orang-orang kafir

14
DAFTAR PUSTAKA

tafsir al-quran.id surat ali-imran [3] ayat 19 legalitas agama islam menurut al-quran/

tafsir. learn-quran.co/id/surat-3-ali-'imran/ayat-85

tafsir al-quran.id/tafsir-surat-ar-rum-ayat-30-agama-sebagai-fitrah-manusia/

bekal islam.firanda.com/10126-tafsir-surat-ash-shaff-ayat-9.html

kalam.sindonews.com/ayat/9/61/as-saff-ayat-9

bersama dakwah.net/surat-al-maidah-ayat-3/

https://alquran-asbabunnuzul.blogspot.com/2014/07/al-maidah-ayat-3.html

15
16

Anda mungkin juga menyukai