Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IMAN,ISLAM DAN IHSAN

DOSEN PEMBIMBING
Drs.H.Sjafruddin A.R., M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Mayco Zaki Aang Setiawan (180515528033)
Haedar Muhammad Daffazayyan (180515528002
Muhammad Daffa Alghifari (180515528022)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
D3 MESIN OTOMOTIF
2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dengan judul “Iman,Islam dan Ihsan”.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu,kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak
dosen pembimbing kami Bapak Sjafruddin A.R. yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang,18 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 3
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 3

BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman,Islam,dan Ihsan …………………………………………... 4
2.2 Proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya …………………… 8
2.2.a Firah Ilahi ………………………………………………………… 8
2.2.b Hidayah ………………………………………………………….. 8
2.2.c Ikhtiar Insani ………………………………………………………9
2.3 Ibadah:Manifestasi iman,islam dan ihsan……………………………………12
2.3.a Hakikat dan manfaat ibadah ……………………………………….12
2.3.b Macam-macam ibadah ……………………………………………..17
2.3.c Syarat diterimanya ibadah ………………………………………….21
2.3.d Sholat:Ibadah utama dan istimewa…………………………………28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..31
3.2 Saran …………………………………………………………………………31

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

2
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata
untuk ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena
Allah SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen
yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh
seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya predikat hamba
disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan
adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul,
Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan
seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan
larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya
beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang
diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah
ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan ihsan, mengetahui
rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman maupun
islam, serta korelasi antarketiga komponen tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,dapat dirumuskan rumusan masalah


dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa iu iman,ihsan,dan ihsan?
2. Bagaimana proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya?
3. Bagaimana manifestasi iman,ihsan dan ihsan?

1.2. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:


1. Memahami iman,ihsan dan islam
2. Mengerti proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya.
3. Memahami manifesta iman dan islam

BAB II
PEMBAHASAN

3
Gambar Iman, Islam, dan Ihsan adalah trilogi risalah atau syariat Islam.

A. Pengertian Iman,Islam, dan Islam

1) Pengertian Iman.

Dalam hadits di atas, Rasulullah Saw mengemukakan Rukun Iman (Arkanul


Iman), yakni percaya kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari
kiamat, dan takdir.
Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amana-yu'minu yang artinya percaya atau
menerima.

Menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan


lisan, dan memperbuat dengan anggota badan (beramal). Tashdiqun bil qolbi ikrarun
bil lisan wa 'amalun bil arkan.Orang beriman disebut mukmin.

2) Pengertian Islam. 

Islam secara bahasa artinya berserah diri dan damai. Islam adalah agama Allah
SWT. Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang artinya patuh, pasrah,
menyerah diri, atau selamat.Pemeluk Islam atau orang yang tunduk dan patuh
berserah diri kepada Allah disebut Muslim.
Allah berfirman:

‫اِ َّن ال ِّد ْينَ ِع ْن َد هّٰللا ِ ااْل ِ ْساَل ُم‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam" (QS. Ali
Imran:19).

Islam memiliki lima rukun, yaitu:

4
1. Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
2. Menegakkan shalat.
3. Membayar zakat.
4. Puasa di bulan Ramadhan
5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menuju ke sana.

Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ;

،َ‫ َوت ُْؤتِ َي ال َّزكاَة‬،َ‫صالَة‬ ُ ‫ش َه َد أَنْ الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمداً َر‬
َّ ‫ َوتُقِ ْي َم ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ ْ َ‫سالَ ُم أَنْ ت‬ْ ‫ْا ِإل‬
َ ‫ستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه‬
ً‫سبِ ْيال‬ ْ ‫ َوت َُح َّج ا ْلبَيْتَ إِ ِن ا‬، َ‫ضان‬ َ ‫ص ْو َم َر َم‬ ُ َ‫وت‬.
َ
“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan
haji ke Baitullah jika engkau mampu menuju ke sana.

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

،‫صالَ ِة‬ ُ ‫ش َها َد ِة أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ :‫س‬ ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬ ْ ‫بُنِ َي ْا ِإل‬
‫ت‬ِ ‫ضانَ َو َح ِّج ا ْلبَ ْي‬ َ ‫ َو‬،‫وإِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬.
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ
“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan)
yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah.”

3) Pengertian Ihsan.

Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya


kebaikan atau berbuat baik.Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri
kepada Allah SWT atas dasar kesadaran dan keikhlasan.Pelakunya disebut Muhsin.

I Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw:


"Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan
jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).
Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau
perilaku baik kepada sesama sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah Saw
bersabda

، ‫اآلخ ِر‬
ِ ‫وم‬ ِ َ‫ َو َمنْ َكانَ يُ ْؤ ِمنُ باهللِ َوالي‬، ُ‫ فَالَ يُ ْؤ ِذ َجا َره‬، ‫وم اآلخ ِر‬ ِ َ‫َمنْ َكانَ يُ ْؤ ِمنُ باهلل َوالي‬
‫ق َعلَي ِه‬ٌ َ‫س ُكتْ )) ُمتَّف‬ ْ َ‫ فَ ْليَقُ ْل َخ ْيراً أَ ْو لِي‬، ‫اآلخ ِر‬
ِ ‫وم‬ َ ‫فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ِ َ‫ َو َمنْ َكانَ يُ ْؤ ِمنُ باهللِ َوالي‬، ُ‫ض ْيفَه‬

5
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak
menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir,
hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada
hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

Para ulam menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:


1. Ihsan kepada Allah
2. Ihsan kepada diri sendiri
3. Ihsan kepada sesama manusia
4. Ihsan bagi sesama makhluk

Untuk menelusuri ihsan secara mendalam» maka terlebih dahulu manusia harus
kembali menyadari posisinya serta mandat yang diberikan Allah SWT kepadanya sebagai
khalifah Allah. Sebagai khalifah, maka hendaknya ia menjadi hamba yang setia sebagaimana
tujuan penciptaannya. Begitu pula tugas di bumi, ia harus memakmurkan bumi ini. Kedua
tugas tersebut tidak boleh diabaikan sebab dapat mencelakakan manusia sendiri. Allah SWT
berfirman; Telah ditimpakan kehinaan (krisis) kepada mereka (manusia) di mana saja berada,
kecuali bagi mereka yang baik hubungannya dengan Allah dan kepada sesama manusia.

Al - Ghazali mengemukakan bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan


Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Untuk
mengenal Allah SWT maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada diri sendiri
setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sementara cara untuk mengenal diri adalah dengan
mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.

Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab
Radhiyallahu anhu dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril
Alaihissallam ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:

َ‫أَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ ت ََراهُ فَإِنْ لَ ْم تَ ُكنْ ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك‬.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak
melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan
menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syari’at, pengertian ihsan
sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :

َ‫أَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ ت ََراهُ فَإِنْ لَ ْم تَ ُكنْ ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك‬.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak
melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan


dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla,

6
yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu
akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Azza wa
Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan
mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya

Tanda-tanda seseorang mukmin menjadi seorang mukhsin yaitu:


1. Selalu mengingat Allah
2. Senang berbuat kebaikan
3. Meninggalkan hal-hal yang tidak berguna
4. Istiqomah

Pengertian iman, islam dan ihsan dalam membentuk karakter unggul.

Perlu ada format baru pendidikan Islam untuk membentuk karakter paripurna/kamil
peserta didik. Dimana tolak ukur utamanya adalah nilai yang bersumber dari nilai-nilai
agama (Islam), dimana untuk menumbuhkan karakter yang kuat pada peserta didik, maka
model yang ideal adalah kepribdian Nabi Muhammad Rasulullah SAW, kemudian diambil
dari budaya lokal dan dipadukan sebagai kurikulum berbasis karakter, dalam artian nilai-nilai
yang terwujud sebagai akhlakul karimah/mahmudah, itulah yang disepakati sebagai karakter
yang sudah mentradisi dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Tujuan pendidikan ternyata memiliki kolerasi dengan tiga konsep fundamental dalam Islam,
yaitu; Iman, Ihsan dan Islam.
 Pertama, Iman-Kognitif, artinya; Islam mengajarkan setiap muslim agar memiliki
pengetahuan untuk meyakini sesuatu. Islam melarang umatnya mempercayai sesuatu
tanpa pengetahuan yang benar dan dari sumber yang dapat dipercaya. Islam
mengajarkan bahwa setiap aktivitas manusia sebagai perwujudan pengabdian kepada
Allah SWT, haruslah dilandasi dengan pengetahuan yang benar dan dari sumber yang
akurat.
 Kedua, komposisi Islam-konatif. Islam dalam perspektif ini adalah aktivitas dan
implementasi seseorang yang mengacu pada nilai-nilai Islam. Sehingga Islam disini
dimaknai dengan sikap dan perbuatan atau prilaku-prilaku Islami. Sementara, kalau
makna konatif saja adalah aspek implementasi, atau perbuatan seseorang yang
dihasilkan berdasarkan serangkaian pengetahuan, pemahaman dan penghayatannya
terhadap ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
 Ketiga, Komposisi Ihsan-afektif, dapat dipahami dengan melihat bahwa dalam
pengembangkan unsur Ihsan dalam pribadi muslim menggunakan daya imajinasi yang
tertuntun oleh nilai-nilai tauhid. Pribadi muslim dapat merasakan kehadiran Allah
SWT, melalui penghayatan yang diperolehnya dari kerja intuisi di dalam dirinya.
Sehingga, seluruh dorongan dan perasaan yang ada didalam dirinya tertuntun oleh
adab-adab yang dibolehkan dan diatur dalam al-Quran.

B. Proses Terbentuknya Iman dan Upaya Meningkatkannya


7
1) Fitrah Ilahi
Sesungguhnya Allah memberikan potensi pada setiap manusia untuk bertuhan
dan mengabdi hanya kepada Allah, yang disebut fitrah tauhid.
Potensi ini disemaikan Allah kedalam jiwa manusia sejak didalam azali (arwah).

Q.S Al-A’raf Ayat 172

‫ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُه ُْو ِر ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم َع ٰلٓى‬ َ ُّ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا‬
ُ ‫اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
‫َع ْن ٰه َذا ٰغفِلِي ۙ َْن‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami),
kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",

2) Hidayah

Hidayah itu mengandung kekhususan,yaitu satu petunjuk yang datangnya dari


yang maha suci (Allah) yang di karuniakan kepada semua mahluk-Nya,baik mahluk
insani maupun mahluk hewani
Allah berfirman:

َ‫ك اَل تَ ْه ِديْ َم ْن اَحْ بَبْتَ َو ٰل ِك َّن هّٰللا َ يَ ْه ِديْ َم ْن يَّ َش ۤا ُء َۚوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ َّ‫اِن‬
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah
lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qashash [28]:
56)

Macam – Macam Hidayah


• Hidayatul Wijdan (Petunjuk insting

• Hidayatul Hawas (Petunjuk indrawi)

• Hidayatul Aqli (Petunjuk berpikir)

• Hidayah Ad-din (Petunjuk agama)

• Hidayah taufik (Petunjuk khusus)

8
3) Ikhtiar Insani
Setiap muslim hendaknya mengetahui cara-cara meningkatkan iman, dan
mempraktekkannya, terutama saat iman sedang turun. Agar dirinya punya kesempatan
besr meninggal dunia dlam keadaan membawa iman, atau kusnul khatimah.
Cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan iman :
 Penciptaan lingkungan yang kondusif

Dari uraian diatas bahwa setiap manusia diciptakan Allah dengan fitrah
tauhid,bertuhan dan menyembah hanya kepada Allah SWT,namun fitrah tersebut akan
tetap menjadi potensi bila tidak ditumbuhkembangkan oleh manusia.

Dengan demikian,meskipun setiap manusia sebenarnya mengakui keesaaan


Allah SWT(tauhid),sebab dalam diri mereka terdapat potensi tersebut,namun potensi
tauhid tersebut hanya akan menjadi kenyataan bila diiringi dengan penyediaan
lingkungan yang kondusif guna tumbuh dan berkembangnya dengan potensi tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan,dalam konteks ini pendidikan


memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk keyakinan dan pandangan
hidup seorang.Manusia yang di didik di lingkunga keluarga,sekolah,dan masyarakat
islam,maka fitrah dan tauhidnya akan berkembang,sehingga jadilah ia seorang
muslim.Sebaliknya,meski setiap orang memiliki fitrah tauhid.namun jika ia tinggal
dan dididik dalam keluarga,sekolah,dan masyarakar bukan muslim,maka kelak ia
tidak akan menjadi seorang muslim.

Meskipun begitu,hal diatas tidak berlaku bila Allah mempunyai kehendak


lain.Tatkala Allah menurunkan hidayah pada orang tersebut,maka apapun dan
bagaimanapun lingkungan-nya,ia pasti menjadi seorang muslim.Namun hidayah
karena rahasia Allah,maka setiap muslim berkewajiban menyediakan lingkungan
yang kondusif demi tumbuh dan berkembangnya fitrah tauhid,baik di lingkugan
keluarga,sekolah,maupun masyarakat.Sehinga dirinya,keluarga,dan tetangganya tetap
menjadi seorang muslim,bahkan orang beragama lainpun akan tertarik dan menjadi
muslim pula.

 Dzikir, tafakkur, dan tadabbur

Iman dapat terbentuk melalui zikir,yaitu mengingat Allah SWT dan menyebut
nama-nama -Nya setiap saat dalam segala posisi dan keadaan.Mengingat nama
Allah,menghadirkan asma Allah dalam hati setiap waktu akan membawa efek yang
sangat besar terhadap kedalaman dan kemantapan iman,karena orang yang berzikir
akan selalu dekat dengan Tuhan sehingga segala perilaku dan perbuatannya selalu

9
memperoleh pancaran nur(Cahaya)dari tuhan.Orang yang beriman adalah orang yang
hatinya selalu dekat dengan Tuhannya,imannya selalu menerangi hati dan
jiwanya,sebagaimana difirmankan Allah:

‫ان َو ٰل ِك ْن َج َع ْل ٰنهُ نُوْ رًا نَّ ْه ِديْ بِ ٖه َم ْن نَّ َش ۤا ُء ِم ْن‬ ُ ‫َما ُك ْنتَ تَ ْد ِريْ َما ْال ِك ٰتبُ َواَل ااْل ِ ْي َم‬
‫اط ُّم ْستَقِي ۙ ٍْم‬
ٍ ‫ص َر‬ ِ ‫ي اِ ٰلى‬ ْٓ ‫ِعبَا ِدنَا َۗواِنَّكَ لَتَ ْه ِد‬

Artinhya:

Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman
itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau
benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,

Berzikir dapat dilakukan pula dengan merenung(tadabbur) dan


memikirkan(tafakkur) ciptaan Allah,memikirkan proses kejadian alam dan segala
peristiwa yang terjadi didalamnya.Iman dapat terbentuka ketika manusia memikirkan
dengan sungguh-sungguh dan mendalam semua realitas yang ada di alam
semesti.Dengan proses ini akan tergambar dihadapannya keagungan dan kehebatan al-
Khaliq yang menciptakan dan mengatur semuanya.Dalam al-Qur’an,Allah SWT
menceritakan proses pencarian Nabi Ibrahim AS dalam menentukan Tuhan melalui
perenungan terhadap alam sehinnga beliau sampai pada taraf keimanan yang mantap.

َ‫ض َحنِ ْيفًا َّو َمٓا اَن َ۠ا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْي ۚن‬ ِ ‫ْت َوجْ ِه َي لِلَّ ِذيْ فَطَ َر السَّمٰ ٰو‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ُ ‫اِنِّ ْي َو َّجه‬
Artinya:

Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan
penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-
orang musyrik.

Motivasi untuk memikirkan alam agar sampai kepada keimanan yang mantap
tersebur dalam banyak ayat al-Quran,antara lain dalam Q.S. al-Baqarah:164,al-
a’raf:179,al-Ghasyiyah:17-20

Q.S. al-Baqarah:164

‫ك الَّتِ ْي تَجْ ِريْ فِى ْالبَحْ ِر‬ ِ ‫ار َو ْالفُ ْل‬


ِ َ‫ف الَّي ِْل َوالنَّه‬ ِ ‫اختِاَل‬ ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ِ ‫اِ َّن فِ ْي خ َْل‬
‫هّٰللا‬
‫ث فِ ْيهَا‬ َ ْ‫اس َو َمٓا اَ ْنزَ َل ُ ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء ِم ْن َّم ۤا ٍء فَاَحْ يَا بِ ِه ااْل َر‬
َّ َ‫ض بَ ْع َد َموْ تِهَا َوب‬ َ َّ‫بِ َما يَ ْنفَ ُع الن‬
ٍ ‫ض اَل ٰ ٰي‬ ۤ ِ ‫ِم ْن ُكلِّ د َۤابَّ ٍة ۖ َّوتَصْ ِري‬
‫ت لِّقَوْ ٍم‬ ِ ْ‫ب ْال ُم َس َّخ ِر بَ ْينَ ال َّس َما ِء َوااْل َر‬ِ ‫ح َوال َّس َحا‬ ِ ‫ْف الرِّ ٰي‬
َ‫يَّ ْعقِلُوْ ن‬
10
Artinya:

Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal
yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang
diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah
mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan
perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu)
sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.

 Ingat mati

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati.Mati akan dirasakan oleh manusia setelah
tiba saatnya.Tidak peduli apakah ia masih bayi ,anak-anak,remaja,dewasa,apalagi sudah
tua.Bila ajalnya sudah tiba,malaikat maut pasti akan menjemputnya.Itulah misteri kematian
yang sering dilupakn namun juga sangat ditakuti manusia.
Salah satu cara untuk mengingat mati adalah bertakziyah kepada orang yang
mati.Dalam kaitan takziyah ini,seorang muslim dituntut untut mendoakan orang yang
mati,dan mengurus orang mati,seperti:memandikan,mengkafani,menshalatkan dan
menguburkannya.Rasulullah SAW bersabda,Cukuplah mati sebagai pelajaran dan
keyakinan(keimanan) sebagai kekayaan”(H.R. Thabrani).
Cara lain untuk mengingat mati adalah dengan ziarah kubur.Hal itu sangat dianjurkan
dalam islam,karena dengan melaksanakan aktivitas ini seorang menjadi sadar bahwa cepat
atau lambat diapun akan mati seperti orang yang mati didalam kubur,yang hanya ditemani
oleh amalnya didunia.Bila tidak sempat berziarah kubur,maka saat lewat di kuburan,seorang
muslim dianjurkan untuk mengucapkan salam kepada ahli kubur muslim yang telah
mendahului mereka.

C. Ibadah: Manifestasi Iman,Islam dan Ihsan

1. Hakikat dan Manfaat Ibadah


a. Hakikat ibadah

Biasanya orang memahami “ibadah”sebagai aktivitas ritual shalat,berdoa,zakat,puasa,haji


dan yang semacamnya.Ibadah difahami sedemikian sempit sehingga terbatas hanya dalam

11
bentuk hablun minallah atau hubungan vertical antara hamba dengan Allah saja.Padahal
pengertian ibadah yang sebenarnya tidaklah demikian.Ibadah adalah bentuk penghambaan
diri kepada allah yang bukan hanya berkaitan dengan hubungan manusia(hamba) dengan
Tuhan(hablun minallah) tetapi juga juga hubungna dengan sesamanya (hablun
minannas),bahkan juga hubungan manusia dengan semua makhluk (muamalah ma’al khalqi).

Para ulama memberikan definisi yang berbeda-beda tentang ibadah.As-siddieqy


misalnya misalnya mengartikan ibadah sebagai:”nama yang meliputi segala kegiatan yang
disukai dan diridhoi oleh Allah,baik berupa perkataan atau perbuatan,secara terang-terangan
ataupun tersembunyi” (as-siddieqy,1963:22).

Selanjutnya Al-Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya,hakikat ibadah yaitu “suatu


pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan cinta,tunduk dan takut (kepada Allah)’ (as-
siddieqy,1963:24).
Sehubungan dengan ini,seorang sufi terkenal Rabi’ah al-adawiyah (713-801 H) dari
Bashrah.irak,dengan sangat indah memanjatkan doa kepada Allah dengan menyatakan bahwa
motivasi ibadahnya adalah semata karena cinta (mahabbah) kepada-Nya,bukan karena takut
neraka atau mengharap surga-Nya:
Wahai Tuhanku,
Bilamana daku menyembah-Mu karena takut neraka,
Jadikanlah neraka kediamanku
Dan bilamana daku menyembah-Mu
Karena gairah nikamat di surge,
Maka tutuplah pintu surge selamanya bagiku.
Tetapi apabila daku menyembah-Mu demi Dikau semata,
Maka jangan larang daku menatap keindahan-Mu Yang Abadi
(Terjemahan bebas Taufik Ismail dalam Toto Sunaryo,et.al.,1996:161)

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).

Sehingga kesimpulan hakekat ibadah yaitu:

12
1)   Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-dzariat ayat 56,
yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
2)   Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3)   Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4)   Hakikat ibadah sebagai cinta.
5)   Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
6)   Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan, baik dengan melaksanakan perintah
maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

b. Manfaat Ibadah
Ibadah berfungsi sebagai pupuk yang dapat menumbuh-suburkan benih iman.Seperti yang
dijelaskan oleh Allah dal Q.S. Al-Hijr:99 berikut

َ َ‫َوٱ ْعبُ ْد َرب ََّك َحتَّ ٰى يَأْتِي‬


ُ ِ‫ك ْٱليَق‬
‫ين‬
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan (ajal) dating kepadamu!”

Allah menghendaki seluruh hamba-Nya secara terus-menerus,sampai dating


kematian,untuk beribadah kepada-Nya adalah semata-mata untuk kepentingan dan kebaikan
hidup hamba sendiri.Bukan untuk kepentingan Allah,Zat yang Maha Sempurna yang telah
menciptakan (Al-Khalik) dan memelihara (Al-Hafidh) alam semesta raya.
Di antara fungsi-fungsi pokok ibadah bagi manusia ialah:
1) Menjaga keselamatan akidah,terutama terkait dengan kedudukan manusia dan
allah,di mana manusia dalam posisi sebagai hamba yang menyembah dan Allah dalam
posisi sebagai Tuhan yang disembah(‘abdun ya’budu wa rabb yu’badu)
2) Mejaga agar hubungan antara manusia dengan Tuhan itu berjalan dengan baik dan
abadi (daiman abadan).Terjaganya hubungan ini mendatangkan ketenangan pada
orang yang melakukan ibadah,sebagaimana diterangkan dalam Q.S.Al-Fath:4

13
ِ ‫ين لِيَ ْز َدا ُد ٓو ۟ا إِي ٰ َمنًا َّم َع إِي ٰ َمنِ ِه ْم ۗ َوهَّلِل‬
َ ِ‫ب ْٱل ُم ْؤ ِمن‬ َ َ‫ى أ‬
ِ ‫نز َل ٱل َّس ِكينَةَ فِى قُلُو‬ ٓ ‫هُ َو ٱلَّ ِذ‬
‫ان ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًم‬ ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
َ ‫ض ۚ َو َك‬ ِ ‫ُجنُو ُد ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
Artinya “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

3) Mendisiplinkan sikap dan perilaku agar etis dan religis.Sikap etis didasarkan pada
paradigma social,sedang sikap religious didasarkan pada paradigma agama (Tim
Dosen PAI UM 2005:38). Allah berfirman:

۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫ين َءامن‬
ٍ ‫¾ا‬Fَٔ‫ت طُوبَ ٰى لَهُ ْم َو ُحس ُْن َمٔـ‬
‫ب‬ ِ ‫صلِ ٰ َح‬ َ َ ‫ٱلَّ ِذ‬
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik(surga)” (Q.S al-Ra’du:29).

Manfaat sholat bagi kesehatan:


Memperlancar peredaran darah. Dalam salat ada gerakan takbiratul ihram, di mana
kita berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan
perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini memperlancar aliran darah dan juga getah
bening, serta memperkuat otot lengan. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu
meregang dan membuat aliran darah kaya oksigen menjadi lancar dan otot jadi tidak
kaku.

Menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang. Lewat gerakan rukuk, di
mana kita seperti berlutut tetapi kepala lurus dengan tulang belakang, kita
mengurangi risiko terkena cedera atau sakit di punggung dan pinggang berkurang.
Lewat rukuk, kemih akan terlatih mencegah gangguan prostat.

Memperlancar pencernaan. Saat i’tidal atau bangun dari rukuk, gerakan ini
melibatkan perut dan organ pencernaan lainnya, maka organ pencernaan ini
mengalami pemijatan dan pelonggaran sehingga kerjanya jadi lebih lancar.

Aliran darah ke otak lebih baik. Saat bersujud, alias gerakan yang seperti menungging
tapi kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi menempel di lantai secara bersamaan,
aliran darah menuju otak meningkat, dan aliran getah bening dipompa ke bagian leher
dan ketiak. Lalu karena posisi jantung di atas otak, darah yang kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak dan mempengaruhi daya pikir seseorang. Efek ini juga
terjadi dalam gerakan ibadah agama Hindu, Vandanam, yaitu berbakti kepada Tuhan
dengan jalan melakukan sujud dan kebaktian. Karena ada gerakan sujud, maka aliran
darah ke otak juga lebih baik.

Menghilangkan nyeri. Saat duduk di antara dua sujud, tubuh kita akan bertumpu pada
pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius, yang membuat tubuh
14
kita terhindar dari nyeri pangkal paha. Selain itu, posisi duduk ini membuat kita
terhindar dari masalah prostat.

Merelaksasi otot sekitar leher dan kepala. Saat melakukan salam di akhir salat, otot di
sekitar leher dan kepala akan lebih rileks dan menyempurnakan aliran darah di kepala.
Gerakan ini bisa mencegah sakit kepala dan menjaga kulit tetap kencang.

Kecerdasan meningkat. Menurut beberapa penelitian, setelah salat kecerdasan kita


bisa meningkat. Ini disebabkan gerakan sujud yang memudahkan pasokan oksigen
mengalir secara optimal. Menurut penelitian yang dilakukan beberapa peneliti di
Harvard University, Amerika Serikat, ini karena posisi jantung yang berada di atas
kepala, sehingga darah mampu mengalir dengan sangat baik ke otak.

Manfaat/pengaruh puasa terhadap kesehatan tubuh:

 Memperpanjang umur

Kesimpulan ini didapatkan dari penelitian Vladimir Nikitin, yang mengamati kalau
kebanyakan orang Indonesia tetap berbadan gemuk meski berpuasa.

Untuk membuktikannya, ia mencoba mempraktikannya lewat tikus yang dikelompokkan


menjadi empat model, ada yang tidak diberi makan sama sekali, dipuasakan setiap senin dan
kamis, puasa Daud (sehari puasa sehari tidak), dan terakhir diberi makan setiap hari.

Hasilnya, yang berpuasa umurnya bisa mencapai empat tahun. Sedangkan yang tidak makan
sama sekali mati terlebih dahulu, selanjutnya yang diberikan makan setiap hari.

Ini disebabkan karena di dalam tubuh terdapat bagian sel yang disebut mitokondria. Salah
satu bagian dari unsur terkecil dalam tubuh, yaitu sel ini berfungsi sebagai alat pembakar dan
produsen energi.
Melalui mitokondria, terciptalah ATP (energi) dan O2 (radikal bebas), hasil pembakaran
glukosa dan oksigen. Pembakaran itu terjadi saat tubuh menerima asupan makanan.

Pada saat yang sama, tubuh memiliki superoxide dismutase, hydrogen


peroksidae, dan catalasae yang berfungsi mengubah radikal bebas menjadi oksigen dan air.
Jika kita makan terlalu banyak, enzim tersebut tidak mampu mengubah seluruh radikal bebas
yang berada di dalam tubuh, yang jika dibiarkan akan merusak sel normal, bahkan
berdampak kanker.
Dengan berpuasa, enzim memiliki waktu untuk menghilangkan radikal bebas yang belum
terolah dalam tubuh.

15
 Menambah kesuburan dan memperkuat tubuh
Kesimpulan ini diperoleh lewat uji coba terhadap ayam petelur di Amerika Serikat. Biasanya,
ayam yang sudah mencapai batas akhir fase akhir, tidak bisa bertelur lagi.

Dalam kondisi ini, ayam sudah dianggap tidak produktif dan akan dijadikan ayam potong.
Namun, seorang peternak memberlakukan puasa kepada 864 ekor ayam yang sudah tidak
produktif.

Caranya dengan membagi menjadi dua kelompok ayam, dengan kelompok pertama berpuasa
selama beberapa jam, dan kelompok kedua diberi makan seperti biasa. Setelah 10 hari,
hasilnya ayam yang berpuasa kembali bertelur.

Alhasil, puasa terbukti bisa meningkatkan kesuburan. Bagaimana mekanismenya? Pada saat
seorang kadang keadaan lapar, sebenarnya dia tidak berarti tidak memiliki energi sama sekali.
Saat lapar, bagian yang disebut epinephrin dalam ginjal merangsang keluar cadangan gula
(glukagon) agar menjadi energi aktif berupa glukosa.
Lebih lanjut ginjal kembali merangsang keluarnya hormon ACTH untuk mengeluarkan
kortisol yang berfungsi meningkatkan kadar gula darah. Hormon FSH dan LH yang berfungsi
mendorong kesuburan lantas didorong keluar oleh ginjal

 Mencerdaskan otak
Penelitian disimpulkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Dr. Alan
Scott, melakukan penelitian ini dengan mencoba membagi mahasiswanya menjadi dua
kelompok dua hari sebelum melaksanakan ujian.

Kelompok pertama disuruh berpuasa terlebih dahulu, dan yang kedua tidak. Hasilnya,
kelompok pertama mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok yang kedua.

Ini dapat dijelaskan karena orang yang tidak berpuasa metabolisme tubuhnya cukup tersita
untuk mengolah makanan. Itu mengapa beberapa orang yang setelah makan sering merasakan
kantuk. Sementara yang berpuasa lebih seimbang, sehingga lebih bisa dioptimalkan
metabolisme tubuh untuk kerja otak.

 Menurunkan gula darah dan kolesterol


Dengan tidak mengkonsumsi makanan, tubuh lebih memiliki waktu untuk mengolah energi
yang sudah masuk lewat asupan makanan sebelumnya. Apalagi, tubuh sendiri memiliki
cadangan energi glukagon) yang bisa diaktifkan sehingga Sementara jika terus makan, tubuh

16
tidak cukup mampu mengolah energi yang terdapat dari makanan, sehingga menjadikan
makanan yang masuk mengendap dan menimbulkan penyakit (radikal bebas).

2. Macam-macam ibadah

Lazimnya,ibadah dipilah menjadi 2 macam,yaitu ibadah mahdah dan ibadah ghairu


mahdah.Ibadah mahdhah adalah ibadah yang terangkum didalam rukun islam yang meliputi
shalat,zakat,puasa,haji dan lai-lain.Ibadah ghairu mahdah perbuatan baik yang dilakukan
orang mukallaf dalam rangka melaksanakan perintah Allah,seperti berbakti kepada orang
tua,memberi nafkah bagi keluarga,berbuat baik kepada tetangga,menyantuni fakir miskin dan
lain-lain

Tidaklah dikatakan orang yang benar-benar baik manakala ia tekun beribadah


ritual(ibadah mahdhah) sementara pergaulannya dengan orang lain tidak baik.Sekecil apapun
kezaliman yang dperbuat seseorang kepada orang lain akan dimintai pertanggung
jawab.Suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw tentang
seorang muslim yang rajin beribadah tetapi tetangganya tidak terbebas dari gangguan tangan
dan lisannya.Kemudian beliau menjawab ,”ia masuk neraka”

Ibadah social(ibadah ghairu mahdhah) tidak boleh diabaikan oleh orang islam.Kalau
diperhatikan seluruh ibadah ritual juga melibatkan unsur ibadah sosial.Shalat adalah ibadah
ritual,namun diakhiri dengan unsur ibadah sosial,yaitu salam sambal menoleh kekanan dan
kekiri.Di dalam kita-kitab fikih bahwa ketika orang shalat megucapkan salam sambal
menoleh kekanan hendaknya mendoakan keselamatan kepada orang-orang yang ada di
sebelah kanannya.begitu pula sebaliknya jika mengucapkan salam kedua samil menoleh ke
arah kiri hendaknya mendoakan hendaknya berniat mendoakan keselamatan orang yang ada
disebelah kirinya.Puasa Ramadhan adalah ibadah ritual ,akan tetapi pada saat melakukannya
orang yang berpuasa tidak boleh menyakiti orang lain,selain itu agar puasanya diterima ia
harus menyantuni fakir miskin dengan membayar zakat fitrah.

Ibadah dengan segala ragamnya dikelompokkan menjadi 2 macam:

a.Ibadah Khusus(Ibadah Mahdhah)

Ibadah yang pelaksanaannya telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad


SAW.Tatacara (kaifiat),syarat dan rukunnya telah diatur dan ditetapkan oleh agama,dan kita
tidak boleh menambah atau menguranginya sedikitpun.Pelanggaran terhadap tatacara
pelaksanaan ibadah jenis ini menjadikan pelaksanaan ibadah tersebut tidak sah atau
batal.Contoh:salat,zakat,puaza,haji,azan,berdoa,merawat jenazah,I’tikaf dan lain-lain.

Dalam ibadah khusus ini,para ulama menetapkan kaidah:”Semua tidak boleh


dilakukan,kecuali yang diperintahkan Allah atau dicontohkan rasul-Nya.”Melakukan yang
tidak diperintahkan atau dicontohkan dalam ibadah ini disebut dengan bid’ah
dhalalah(sesat).Contoh,shalat Subuh dilakukan 4 rakaat ,beribadah haji tidak kemekah,azan
dan shalat dengan Bahasa Indonesia,dan lain-lain.Berkaitan dengan penyimpangan terhadap
ibadah khusus ini,Nabi Muhammad SAW menyatakan:

17
Bila diperhatikan,ternyata fakto-faktor penyebab seseorang melakukann bid’ah dalam
ibadah khusus ini tidak selamnya karena kebodohan atau ketidaktahuan dan kesalahan
informasi yang diterimanya.Hal ini bisa terjadi karena dorongan jiwa yang ingin lebih
mendekatkan diri kepada Allah sehingga terjerumus kepada sikap berlebihan dalam
melaksanakan ibadah.Contoh,melakukan takbiratul ihram dalam shalat dengan diulang-ulang
beberapa kali atau mengangkat tangan tinggi-tinggi dalam takbir tersebut sampai diatas
kepala.

Sebaliknya,perbuatan bid’ah juga dapat dilakukan seseorang karena sifat malas dalam
melakukan ibadah sehingga merubah ketentuan cara pelaksanaannya.Bid’ah juga dapat
terjadi karena pengaruh tradisi dan adat yang ditinggalkan oleh leluhur,yang membawa rasa
takut akan terjadi bencana jika dilanggar atau ditinggalkannya.(Q.S. al-Baqarah:170 dan al-
A’raf:28)

َ ‫وا بَلْ نَتَّبِ ُع َما أَ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه آبَاءنَا أَ َولَ ْ¾و َك‬
‫ان‬ ْ ُ‫نز َل هّللا ُ قَال‬
َ َ‫يل لَهُ ُم اتَّبِعُوا َما أ‬
َ ِ‫َوإِ َذا¾ ق‬
َ ُ‫آبَا ُؤهُ ْم الَ يَ ْعقِل‬
َ ‫ون َشيْئا ً َوالَ يَ ْهتَ ُد‬
‫ون‬
Artinya:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka
menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

‫وا َذا فَعلُ ْوا فَاح َشةً قَالُ ْوا وج ْدنَا َعلَ ْيهٓا ٰاب ۤاءنَا وهّٰللا ُ اَمرنَا به ۗا قُلْ ا َّن هّٰللا‬
َ ِ َِ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ َ َِ
‫اَل يَأْ ُم ُر بِ ْالفَحْ َش ۤا ۗ ِء اَتَقُ ْولُ ْو َن َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami mendapati nenek
moyang kami melakukan yang demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.”
Katakanlah, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji. Mengapa kamu
membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

Contoh,menanam kepala kerbau di tempat yang akan didirikan suatu bangunan sebagai
persebahan kepada(sesuatu yang gaib) yang dianggap menguasai tempat tersebut,disertai
dengan doa-doa dan mantera yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

18
Oleh karena itu,kita seharusnya bersikap ekstra hati-hati dalam melaksanakan ibadah
khusus(mahdhah) ini,dengan mendasarkan kepada petunjuk yang benar dan kekhusyukan
jiwa yang tinggi agar selamat dari perbuatan bid’ah yang menyesatkan yang ditolak oleh
Allah SWT.Namun perlu diketahui,sebagian ulama berpendapat bahwa selain bid’ah dhalalah
yang dilarang,ada bid’ah hasanah yang baik,yang tidak dilarang olehh agama,karena
merupakan sunnah al-Khulafa al-Rasyidin(Abu Bakar,Umar,Usman,dan Ali) yang oleh Nabi
SAW diperintahkan mengikutinya.

Contoh bid’ah hasanah ,antara lain:


1) Dua kali azan dalam shalat jum’at,seperti yang dilakukan oleh Khalifah Usman bin
Affan ,sedang Nabi SAW hanya satu kali azan ,yaitu sesudah khatib menyampaikan
salam dan duduk di mimbar.
2) Shalat Tarawih berjamaan sebulan Ramadhan penuh dengan 20 rakaat dan witir 3
rakaat ,sebagaimana dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab.Sedangkan Nabi SAW
shalat Tarawih hanya 8 rakaat disertai witir 3 rakaat
3) Membukukukan kitab suci al-Quran yang diprakarsai oleh khalifah Abu Bakar
kemudian disempurnakan oleh Khalifah Usman.Padahal Nabi SAW tidak pernah
melakukan,apalagi memerintahkannya(Abbas,1982:165)

Ibadah mahdhah atau ibadah yang berkaitan dengan hubungan langsung dengan
Allah(ritual) ini terdapat dalam rukun islam, seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat,shalat,puasa,zakat dan haji.Ibadah mahdhah dapat dibedakan antara yang bersifat
badaniyyah(fisik) dan maliyyah(harta):
1) Bersifat badaniyyah,seperti:bersuci (thaharah) meliputi ibadah
wudhu,mandi,tayammum ,cara-cara menghilangkan najis,pemakaian air dan
macamnya,istinja’,azan,iqamah,I’tikaf,do’a,shalawat,tasbih,istighfar,umrah,khitan
n,pengurusan jenazah,dan lai-lain.
2) Bersifat maliyyah,seperti:qurban,aqidah,al-hadyu,sedekah,wakaf,fidyah,hibah,dan
lain-lain(Darajat,1984:298).

b. Ibadah Umum (Ghair Madhah)


Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan,baik
alqur’an atau sunnah Nabi Muhammad SAW,berupa perbuatan apa saja yang dilakukan oleh
seseorang yang dibenarkan oleh agama.Ibadah ini sering diartikan dengan:”Semua perbuatan
19
yang diizinkan oleh Allah(dan Rasul)”(Putusan Tarjih,t.t.:276).Contohnya bekerja mencari
penghidupan yang halal(seperti mengajar,begadang,Bertani dan lai-lain).

Dalam ibadah umum (ghairu mahdhah) ini berlaku kaidah :’Semua boleh
dilakukan,kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya’.Ibadah umum ini lebih berkaitan
dengan semua kegiatan manusia yang dalam terminology ilmu fikih dikenal dengan nama
muamalat (artinya:saling berusaha),yang jenisnya tidak dirinci secara detail,satu persatu.Hal
ini mengingat,bahwa hubungan antar manusia dalam masyarakat selalu berkembangdari
waktu ke waktu seiring dengan dinamika masyarakat,sehingga dalam muamalat ini oleh islam
cukup ditetapkan prinsip-prinsip dasarnya saja sebagai acuan pelaksanaanya.

Dengan sifat muamalat seperti ini,maka syariat islam dapat terus menerus
memberikan dasr spiritual bagi umat islam dalam menyongsong setiap perubahan yang
terjadi di masyarakat,terutama dibidang ekonomi,politik,budaya dan sejenisnya(Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1999-2000:140)

Dalam aspek muamalat,Nabi Muhammad SAW hanya meletakkan prisnsip-prinsip


dasar,sedangkan pengembangannya diserahkan kepada kemampuan dan daya jangkau pikiran
umat.Lapangan atau objek ibadah umum(ghairu mahdhah) ini cukup luas meliputi aturan
keperdataan,seperti hubungan yang berkaitan dengan ekonomi,jual beli dan utang
piutang,perbankan,pernikahan,pewarisan dan sebagainya.Juga atura—aturan hukum
publik,seperti pidana,tatanegara dan semacamnya (Nurdin et al.,1995:104)

Ibadah Ghairu mahdhah yang dikenal sebagai bentuk muamalat,meliputi hubungan


antar manusia,baik dalam kaitan perdata maupun pidana.Sebagai ibadah yang bersifat
umum,cakupan ibadah ghairu mahdhah cukup luas,antara lain berkaitan dengan:(1)Hukum
Keluarga(ahkamal-ahwal al-syakhsyiyah),(2)Hukum Perdata(al-ahkam al-maliyah),
(3)Hukum Pidana(ahkam al-jinayah),(4)Hukum acara(ahkam al-murafa’ah),(5)Hukum
perundang-undangan,(6)Hukum kenegaraan(al-ahkam al-dauliyah),(7)Hukum ekonomi dan
keuangan(al-ahkam al-iqtishadiyah wal Maliyah) (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1999-2000:138-140).

3.Syarat Diterima Ibadah

20
Semua ibadah,baik yang khusus(mahdhah) maupun (ghairu mahdhah) mempunyai
tujuan yang sama,yaitu ridho Allah swt.Hanya kepada Allah-lah semua ibadah
ditujukan,karena hanya Dia-lah yang berhak menerima peribadatan dari semua makhluk yang
diciptakannya.Agar semua ibadah yang ditujukan kepada Allah tersebut benar dan bernilai
sebagai amal ibadah yang diterima oleh -Nya,disyaratkan memenuhi 3 hal sebagai berikut:

1) Iman

Secara bahasa Arab, sebagian orang mengartikan iman dengan: tashdîq (membenarkan


atau meyakini kebenaran sesuatu); thuma’ninah (ketentraman); dan iqrâr (pengakuan).
Makna yang ketiga inilah yang paling tepat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dan telah diketahui bahwa iman
adalah iqrâr (pengakuan), tidak semata-mata tashdîq. Iqrâr (pengakuan) mencakup perkataan
hati, yaitu tashdîq (membenarkan atau meyakini kebenaran), dan perbuatan hati,
yaitu inqiyâd (ketundukan hati)”. 

Dengan demikian, iman adalah iqrâr (pengakuan) hati yang mencakup:

 Keyakinan hati, yaitu meyakini kebenaran berita.


 Perkataan hati, yaitu ketundukan terhadap perintah.

Yaitu: keyakinan yang disertai dengan kecintaan dan ketundukan terhadap segala yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allâh Azza wa Jalla .

Adapun secara syara’ (agama), maka iman yang sempurna mencakup qaul (perkataan)


dan amal (perbuatan).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dan di antara prinsip-prinsip Ahli
Sunnah wal Jama’ah bahwa ad-din (agama) dan al-iman adalah: perkataan dan perbuatan,
perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan anggota badan”. 

Iman memiliki enam rukun, yaitu: iman kepada Allâh, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan iman kepada qadar. Inilah pokok iman.

21
Selain rukun, iman juga memiliki bagian-bagian.  Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa iman itu memiliki 73 bagian, sebagaimana dalam sabda Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ُ‫ضلُ َها قَ ْو ُل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ ْدنَاهَا إِ َماطَة‬


َ ‫ش ْعبَةً فَأ َ ْف‬
ُ َ‫ستُّون‬ ِ ‫ض ٌع َو‬ ْ ِ‫س ْب ُعونَ أَ ْو ب‬ ْ ِ‫اإْل ِ ي َمانُ ب‬
َ ‫ض ٌع َو‬
‫ش ْعبَةٌ ِمنَ اإْل ِ ي َما ِن‬ ِ ‫اأْل َ َذى َع ِن الطَّ ِر‬
ُ ‫يق َوا ْل َحيَا ُء‬

Iman ada 73 lebih atau 63 lebih bagian, yang paling utama adalah perkataan Laa ilaaha illa
Allâh, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah
satu bagian dari iman.

Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa iman merupakan syarat diterimanya sebuah
amal. Antara lain, firman Allâh Azza wa Jalla :

‫ َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْ”م أَ ْج َر ُه ْم‬  ًۖ‫صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر أَ ْو أُ ْنثَ ٰى َوه َُو ُم ْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة‬ َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ‫بِأ َ ْح‬

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.[An-Nahl/16: 97]

Oleh karena itu amalan orang kafir tertolak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫اَل‬  ۖ‫ف‬
ٍ ‫اص‬ ُ ‫شتَدَّتْ بِ ِه ال ِّر‬
ِ ‫يح فِي يَ ْو ٍم َع‬ ْ ‫أَ ْع َمالُ ُه ْم َك َر َما ٍد ا‬  ۖ‫ين َكفَ ُروا بِ َربِّ ِه ْم‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ‬
ٰ
َّ ‫ َذلِكَ ُه َو ال‬  ۚ‫َي ٍء‬
‫ضاَل ُل ا ْلبَ ِعي ُد‬ ْ ‫سبُوا َعلَ ٰى ش‬ َ ‫يَ ْق ِد ُر‬
َ ‫ون ِم َّما َك‬

Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang
ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh.[Ibrâhîm/14:18]

22
Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ ُ‫سبُهُ الظَّ ْمآنُ َما ًء َحتَّ ٰى إِ َذا َجا َءهُ لَ ْم يَ ِج ْده‬


‫ش ْيئًا َو َو َج َد‬ َ ‫ب بِقِي َع ٍة يَ ْح‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ َكفَ ُروا أَ ْع َمالُ ُه ْم َك‬
ٍ ‫س َرا‬
‫ب‬ َ ‫س ِري ُع ا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ ‫هَّللا َ ِع ْن َدهُ فَ َوفَّاهُ ِح‬
َ ُ ‫ َوهَّللا‬  ُۗ‫سابَه‬

Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allâh di sisinya, lalu Allâh
memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allâh sangat cepat
perhitungan-Nya. [An-Nur/24: 39]

Walaupun amal orang kafir tertolak di akhirat, namun dengan keadilan-Nya, Allâh Azza wa
Jalla memberikan balasan amal kebaikan orang kafir di dunia ini.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫سنَةً” يُ ْعطَى بِ َها فِي ال ُّد ْنيَا َويُ ْجزَى بِ َها فِي اآْل ِخ َر ِة َوأَ َّما ا ْل َكافِ ُر فَيُ ْط َع ُم‬َ ‫إِنَّ هَّللا َ الَ يَ ْظلِ ُم ُم ْؤ ِمنًا َح‬
‫سنَةٌ يُ ْجزَ ى بِ َها‬ َ ‫ضى إِلَى اآْل ِخ َر ِة لَ ْم تَ ُكنْ لَهُ َح‬َ ‫ت َما َع ِم َل بِ َها هَّلِل ِ فِي ال ُّد ْنيَا َحتَّى إِ َذا أَ ْف‬
ِ ‫سنَا‬َ ‫بِ َح‬

Sesungguhnya Allâh tidak akan menzhalimi kepada orang mukmin satu kebaikanpun, dia
akan diberi (rezeki di dunia) dengan sebab kebaikannya itu, dan akan di balas di akhirat.
Adapun orang kafir, maka dia diberi makan dengan kebaikan-kebaikannya yang telah dia
lakukan karena Allâh di dunia, sehingga jika dia telah sampai ke akhirat, tidak ada baginya
satu kebaikanpun yang akan dibalas .

Dari uraian singkat di atas, kita bisa memahami urgensi iman terkait diterima atau tidaknya
amal ibadah seseorang. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk terus menjaga dan
meningkatkan keimanan kita serta memliharanya dari segala yang bisa merusaknya. Karena
iman juga bisa rusak dengan banyak sebab, diantaranya syirik (Lihat Az-Zumar/39:
65), nifak (At-Taubah/9: 54), kufur (Muhammad/47: 8-9), dan riddah (Al-Baqarah/2: 217).

23
2) Ikhlas

Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan. Maksud ikhlas dalam syara’ adalah


memurnikan niat dalam beribadah kepada Allâh, semata-mata mencari ridha Allâh,
menginginkan wajah Allâh, dan mengharapkan pahala atau keuntungan di akhirat. Serta
membersihkan niat dari syirik niat, riya’, sum’ah, mencari pujian, balasan, dan ucapan
terimakasih dari manusia, serta niat duniawi lainnya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ ِ‫َو َما أُ ِم ُروا إِاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


َ‫صينَ لَهُ الدِّين‬

  Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. [Al-Bayyinah/98: 5]

Orang yang ikhlas mencari ridha Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala :

‫س ْوفَ نُ ْؤتِي ِ”ه أَ ْج ًرا َع ِظي ًما‬ ٰ


َ َ‫ت هَّللا ِ ف‬ َ ‫َو َمنْ يَ ْف َع ْل َذلِكَ ا ْبتِ َغا َء َم ْر‬
ِ ‫ضا‬

Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf,
atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena mencari keridhaan Allâh, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [An-Nisa’/4: 114]

Orang yang ikhlas beramal untuk wajah Allâh, yakni agar bisa melihat wajah Allâh di surga.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ُ ‫إِنَّ َما نُ ْط ِع ُم ُك ْم لِ َو ْج ِه هَّللا ِ اَل نُ ِري ُد ِم ْن ُك ْم َج َزا ًء َواَل‬


‫ش ُكو ًرا‬

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk wajah Allâh, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [Al-Insan/76: 9]

24
 Orang yang ikhlas itu menghendaki pahala akhirat, bukan balasan dunia. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:

ُ‫ث ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْن َها َو َما لَه‬


َ ‫ َو َمنْ َكانَ يُ ِري ُد َح ْر‬  ۖ‫ث اآْل ِخ َر ِة نَ ِز ْد لَهُ فِي َح ْرثِ ِه‬
َ ‫َمنْ َكانَ يُ ِري ُد َح ْر‬
‫ب‬ ِ َ‫فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنْ ن‬
ٍ ‫صي‬

Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya
dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian
dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. [Asy-Syûra/42:
20]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫يب‬
ٌ ‫ص‬ِ َ‫فَ َمنْ َع ِم َل ِم ْن ُه ْم َع َم َل اآْل ِخ َر ِة لِل ُّد ْنيَا لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ن‬

Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan amalan akhirat untuk dunia, maka
dia tidak mendapatkan bagian di akhirat. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ً ِ‫إِنَّ هَّللا َ الَ يَ ْقبَ ُل ِمنَ ا ْل َع َم ِل إِالَّ َما َكانَ لَهُ َخال‬
ُ‫صا َوا ْبتُ ِغ َي بِ ِه َو ْج ُهه‬

Sesungguhnya Allâh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni
untuk–Nya dan untuk mencari wajah–Nya. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ َ‫َن الش ِّْر ِك َمنْ َع ِم َل َع َماًل أ‬


‫ش َر َك ِفي ِه َم ِعي َغ ْي ِري‬ ُّ ‫اركَ َوتَ َعالَى أَنَا أَ ْغنَى ال‬
ِ ‫ش َر َكا ِء ع‬ َ َ‫قَا َل هَّللا ُ تَب‬
ِ ‫ت ََر ْكتُهُ َو‬
ُ‫ش ْر َكه‬

25
Allâh Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa
beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersama–Ku pada amalan itu,
Aku tinggalkan dia dan sekutunya.

Seorang ulama dari India, al-Imam Shiddiiq Hasan Khan al-Husaini rahimahullah berkata,
“Tidak ada perbedaan (di antara Ulama) bahwa ikhlas merupakan syarat sah amal dan
(syarat) diterimanya amal”.

Berdasarkan syarat ikhlas ini, maka barangsiapa melakukan ibadah dengan


meniatkannya untuk selain Allâh, seperti menginginkan pujian manusia, atau keuntungan
duniawi, atau melakukannya karena ikut-ikutan orang lain tanpa meniatkan amalannya untuk
Allâh, atau barangsiapa melakukan ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada makhluk,
atau karena takut penguasa, atau semacamnya, maka ibadahnya tidak akan diterima, tidak
akan berpahala. Demikian juga jika seseorang meniatkan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla,
tetapi niatnya dicampuri riya’, amalannya gugur. Ini merupakan kesepakatan ulama.[9]

Kesalahan Seputar Ikhlas

Dalam kitab al-Ikhlâsh, penulis yaitu Syaikh Umar Sulaiman al-‘Asyqar rahimahullah


menyebutkan beberapa persepsi yang keliru tentang ikhlas, diantaranya:

1. Anggapan bahwa makna ikhlas adalah tidak memiliki kehendak


2. Anggapan bahwa orang yang menghendaki ridha Allâh harus meninggalkan
duniawi, harta-benda, wanita, kedudukan, dan sebagainya.
3. Anggapan bahwa ikhlas adalah beribadah hanya dengan dorongan cinta kepada
Allâh, tanpa disertai raja’ (harapan untuk meraih) surga dan tanpa khauf (rasa
takut) dari neraka.
4. Orang yang tujuan hidupnya hanya duniawi.
5. Riya’, sum’ah, dan ‘ujub, bertentangan dengan ikhlas.
1. Riya’ adalah: memperlihatkan ketaatan lahiriyah untuk mendapatkan
kebaikan dunia, pengagungan, pujian, atau kedudukan di hati manusia.
2. Sum’ah semakna riya’ namun berkaitan dengan pendengaran.
3. ‘Ujb: merasa besar atau membanggakan ketaatan.
6. Beribadah dengan niat mengetahui hal-hal ghaib.

26
3) Ittiba

Ittibâ’ adalah mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .


Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah utusan Allâh, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini berita Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mentaati perintah Beliau, menjauhi larangan Beliau, dan
beribadah kepada Allâh hanya dengan syari’at Beliau. Oleh karena itu, barangsiapa
membuat perkara baru dalam agama ini, maka itu tertolak. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:

ِ ‫ساَل ِم ِدينًا فَلَنْ يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ” َوه َُو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل َخا‬
َ‫س ِرين‬ ْ ِ ‫َو َمنْ يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اإْل‬

Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali-Imran/3:
85]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

‫سو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا‬


ُ ‫َو َما آتَا ُك ُم ال َّر‬

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dia larang kepadamu,
maka tinggalkanlah. [Al-Hasyr/59: 7]

Ayat ini nyata menjelaskan kewajiban ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َث فِي أَ ْم ِرنَا َه َذا َما لَ ْي‬


‫س فِي ِه فَ ُه َو َر ٌّد‬ َ ‫َمنْ أَ ْحد‬

Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa yang bukan
padanya, maka itu tertolak. 

27
Hadits ini nyata-nyata mengharamkan perbuatan membuat ibadah yang tidak
diperintahkan dan tidak dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan
mengharamkan perbuatan membuat sifat ibadah walaupun asal ibadah itu disyari’atkan,
karena itu menyelisihi tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .  Dengan ini jelas bahwa
ibadah harus sesuai tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam waktunya, sifatnya,
dan tidak boleh menambahkan ibadah yang tidak dituntunkan, baik berupa amalan atau
perkataan.

4. Shalat: Ibadah Utama Dan Istimewa


Sholat adalah ibadah yang sangat penting bagi orang islam.Dari sekian banyak macam
ibadah mahdhah,shalat adalah inti dari semuanya.Bahkan dibandingkan dengan semua
macam ibadah yag lain sekalipun,shalat adalah ibadah yang paling istimewa.Maka
seharusnya setiap muslim dan Muslimah menaruh perhatian khusus(serius) terhadap ibadah
shalat dengan cara rajin dan taat dalam melaksanakannya.

Di antara keistimewaan dan kelebihan shalat ialah:

a) Shalat adalah ibadah badaniyah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah,mendahului
semua ibadah badaniyah yang lain.
b) Perintah shalat (lima waktu) diwahyukan diluar palnet bumi,yaitu di hadirat Allah
Yang Maha Tinggi,langsung tanpa melalui perantara malaikat Jibril,pada saat Nabi
Muhammad SAW melakukan isra’ mi’raj memenuhi panggilan Allah SWT.
c) Shalat adalah tiang agama,sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,”Barang siapa
mendirikan shalat ,maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa
merusaknya,sesungguhnya ia telah merusak agama” (HR.Baihaqi dari Umar RA).
d) Dengan shalat seseorang dapat terhindar dari perbuatan jahat(fakhsya’ dan
munkar),karena dirinya akan selalu ingat Allah sehingga akan timbul perasaan malu
kepada-Nya untuk melakukan kejahatan yang bertentangan dengan ucapan dan
harapan-harapan doa shalatnya (Q.S. al-Ankabut :45)
e) Shalat adalah ibadah yang paling keras perintahnya,melebihi kerasnya perintah untuk
ibadah-ibadah yang lain.Dalam kondisi bagaimanapun,selama masih ada kesadaran
ingat kepada Allah swt,seorang diwajibkan melakukan sholat 5 waktu.Sedangkan
untuk ibadah-ibadah lainnya,seperti zakat hanya diwajibkan sekali dalam setahun atau
setiap panen bagi zakat tanaman yang telah menapai nishab.Sedangkan puasa
Ramadhan hanya satu bulan dalam setahun dan haji hanya sekali seumur hidup.

28
f) Shalat adalah amal perbuatan manusia yang pertama kali diperhitungkan(dihisab) oleh
Allah swt,dan semua amal yang lain bergantung pada hasil perhitungan shalatnya.Jika
shalatnya baik maka sempurnalah semua amalan yang lain.Sebaliknya jika shalatnya
tidak baik,menjadi rusaklah semua amalan yang lain (HR. al-Thabrani).
g) Shalat adalah wasiat terakhir semua Nabi kepada umatnya.Termasuk Nabi
Muhammad SAW.Di akhir hayatnya berwasiat:’Shalat,Shalat,Shalat! (HR.Ibnu Jurair
dari Ummu Salamah).
h) Shalat adalah saat yang paling dekat antara hamba dengan Allah,yaitu saat hamba
bersujud dalam shalatnya.Nabi SAW berpesan agar kita memperbanyak doa dalam
sujud (HR.al-Muslim,abu Dawud dan al-Nasai dari Abu Hurairah).
i) Shalat adalah media untuk memohon pertolongan kepada Allah,sebagaimana
diterangkan oleh Alla dalam Q.S. al-Baqarah:45

‫صب ِ¾ْر َوالص َّٰلو ِة ۗ َواِنَّهَا لَ َكبِ ْي َرةٌ اِاَّل َع َل ْال ٰخ ِش ِعي ۙ َْن‬
َّ ‫َوا ْستَ ِع ْينُ ْوا بِال‬
Artinya:

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

j) Shalat adalah wujud rasa syukur manusia kepada Allah ata s anugerah nikmat-Nya
yang tak terhinnga banyaknya.Hal ini diperintahkan oleh-Nya,salah satunya dalam
Q.S al-kautsar:1-2

‫ك ْال َك ْوثَ ۗ َر‬


َ ‫اِنَّٓا اَ ْعطَ ْي ٰن‬
Artinya:
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak

ْ‫ك َوا ْن َح ۗر‬ َ َ‫ف‬


َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬
Artinya:
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah)

29
k) Shalat menjadi syarat pertama dari kebahagiaan orang-orang beriman yang akan
menjadi pewaris surge dalam kehidupan akhirat nanti (Q.S. al-Mukminun:1-11) (Tim
Dosen PAI UM .,2002:103-105)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan


memperbuat dengan anggota badan (beramal). Islam secara bahasa artinya berserah
diri dan damai. Islam adalah agama Allah SWT. Kata Islam berasal dari bahasa Arab
yaitu aslama yang artinya patuh, pasrah, menyerah diri, atau selamat. Ihsan berasal
dari bahasa Arab yaitu ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat
baik.Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT
atas dasar kesadaran dan keikhlasan.

30
3.2 Saran
Dengan kekurangan makalah sederhana ini yang jauh dari kata-kata
sempurna,kami sebagai penulis sangat mengharapkan masukan dari semua pihak
terutama bagi pembaca untuk kebaikan makalah kami mendatang.Bagi pembaca kami
menyarankan untuk mengetahui banyak referensi berkaitan dengan materi kami dengan
tujuan tercapainya indicator pembelajaran yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi,Yusuf;Sultoni,Ach;Huda,Muh;Nasih,Ahmad Munjin;Syafaat;Kholidah,Lilik Nur;


Sjafruddin;Zain,Muchsin;Murtadho,Nurul;Kholisin;Khasairi,Moh;Ma’sum,Ali;Jazimah;
Thoha;Nurhidayati;Mahliatussikah,Hanik;Maziyah,Laily;Ahsanuddin,Moh;Huda,Ibnu
Samsul;Irhamni.2018.Pendidikan Islam Transformatif:Membentuk Pribadi Berkarakter.
Malang:Dreamlitera

31
32

Anda mungkin juga menyukai