Anda di halaman 1dari 23

MAKNA ISLAM DAN IMAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Dosen Pengampu bapak Moh. Faisol, M.Ag.

Disusun oleh:

Noer Achmad Chikmi Islami Suripto Ali Maksum Mufai Akhmad Sufyan

084113006 084113012 084113027 084083320

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER


NOPEMBER, 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Hanya dengan limpahan rahmat dan hidayahnya, karya ilmiah ini dapat di selesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad saw, karena tanpa beliau kita bukan apa-apa. Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan karya ilmiah kami yang berjudul makna islam dan iman. Semoga karya ilmiah kami bermanfaat bagi yang membacanya, karena karya tulis ini sangatlah penting bagi kalangan masyarakat, karya ilmiah ini sengaja kami buat karena melihat masyarakat sekarang ini banyak yang kurang mengerti tentang makna islam dan iman yang sesungguhnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi lebih baiknya karya ilmiah kami. Jadi bila ada kritikan dan saran mohon langsung menghubungi kami selaku penulis. Kurang lebihnya kami mohon maaf bila ada kekeliruan baik tulisan atau kata-kata kami mohon di maafkan karena manusia tidak luput dari kesalahan. Semoga karya ilmiah kami berkah bagi pembacanya maupun penulisnya. Amin

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2.1. Makna Islam ...................................................................................... 3.1. Makna Iman ....................................................................................... 3.2. Ciri-ciri iman yang sebenarnya ......................................................... 3.3. Berjihad dijalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ............ 3.4. Ancaman Allah SWT dan perintah bertaubat (Keluarga Nabi Muhammad saw) ..................................................... 3.5. Ciri-ciri orang yang beriman ............................................................. BAB III PENUTUP ........................................................................................ 4.1. Kesimpulan ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................

1 2 3 3 3 5 5 10 11 12

15 16 19 19 20 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan. Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang makna islam dan iman yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa itu Islam? 2. Apa itu Iman?


3

3. Bagaimana ciri-ciri iman yang sebenarnya? 4. Bagaimana bentuk jihad yang sebenarnya? 5. Apa ancaman Allah SWT dan bagaimana perintah bertaubat (Keluarga Nabi Muhammad saw)? 6. Bagaimana bentuk takwa kepada Allah SWT?

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Makna Islam Islam adalah agama yang disyariatkan disisi Allah SWT. Berdasarkan Firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 19 :

)(
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab1 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S. Ali Imran : 19) ) din mempunyai banyak arti antara lain ketundukan, ketaatan, Kata ( perhitungan, balasan. Kata ini juga berarti agama, karna dengan agama seseorang bersikap tunduk dan taat, serta akan diperhitungkan seluruh amalnya yang atas dasar itu ia memperoleh balasan dan ganjaran.2 Sesungguhnya agama yang disyariatkan disisi Allah adalah Islam. Demikian terjemah populer.3 Terjemah atau makna itu, walau tidak keliru, belum sepenuhnya jelas, bahkan dapat menimbulkan kerancuan.4 Untuk memahaminya dengan lebih jelas, mari kita lihat hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya yang artinya Allah

1 2

Maksudnya Kitab-kitab sebelum Al-Quran. M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38 3 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38 4 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38

menyaksikan bahwa tiada tuhan melainkan Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu.5 Ayat diatas menegaskan bahwa tiada tuhan, yakni tiada penguasa yang memiliki dan mengatur seluruh alam, kecuali Dia, yang maha perkasa lagi bijaksana. Jika demikian, ketundukan dan ketaatan kepada-Nya adalah keniscayaan yang tidak terbantah, sehingga jika demikian, hanya keislaman, yakni penyerahan diri secara penuh kepada Allah yang diakui dan diterima disisi-Nya.6 Agama atau ketaatan kepada-Nya, ditandai oleh penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT. Islam dalam arti penyerahan diri adalah hakekat yang ditetapkan oleh Allah dan diajarkan para nabi sejak nabi Adam a.s. hingga nabi Muhammad saw.7 Ayat diatas juga mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama disisiNya, dan diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam, yaitu mengikuti rasul yang diutus-Nya setiap saat hingga berakhir dengan Muhammad saw. Dengan kehadiran beliau (Muhammad saw), telah tertutup jalan menuju Allah kecuali jalan dari arah beliau, sehingga siapa yang menemui Allah setelah diutusnya Muhammad saw, dengan menganut suatu agama selain syariat yang beliau sampaikan, maka tidak diterima oleh-Nya.8 Sebagaimana telah dikisahkan dalam Q.S. Ali Imran ayat 67 :

)(
Artinya : Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus,9 lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 34 6 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38 7 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38 8 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 38 9 Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Maka ayat ini membantah kebodohan mereka (yahudi & nasrani). Nabi Ibrahim bukan seorang yahudi atau nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang hanif,10 lagi berserah diri (kepada Allah) dan juga sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik, yang diduga oleh orang-orang musyrik mekkah ketika mengaku mengikuti agama beliau. Dengan demikian syariat yang diajarkan nabi ibrahim a.s kepada kaumnya sama halnya seperti syariat yang diberikan Allah kepada nabi muhammad saw. Ditegaskan kembali dalam Q.S. Ali Imran ayat 83 :

)(
Artinya : Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Apakah mereka berpaling sehingga keluar dari lingkungan ketaatan Allah swt. Karena selain agama Allah yang mereka cari? Bagaimana mereka mencari selain agama dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri, tunduk pasrah, patuh segala apa yang dilangit dan dibumi, baik kepatuhan itu dengan suka rela karena sesuai dengan fitrah kesucian mereka atau karena sesuai dengan harapan mereka, maupun kepatuhan itu karena terpaksa akibat tidak mampu mengelak hanya kepada Allah mereka dikembalikan untuk dimintai

pertanggungjawaban atas segala sikap dan perbuatan mereka. Ketundukan dan ketaatan apa yang dilangit dan dibumi dengan suka hati, tampak antara lain dengan ketundukan hamba-hambanya yang taat, walaupun mereka diberi pilihan untuk taat atau tidak.11 Namun, mereka harus menyadari bahwa segala sesuatu dibawah kendali Allah swt, dan Dia adalah penganugerahan rizki, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Asy-Syura ayat 13 :

10 11

Hanifdapat diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu. M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 129-130

)(
Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama,12 dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orangorang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada-Nya). Setelah dalam ayat-ayat yang lalu Allah SWT menerangkan keagungan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya, Dan bahwa wahyu-wahyu itu benar berasal dari tuhan yang maha perkasa dan maha bijaksana serta tidak ada sesuatu pun diwahyukan-Nya kecuali mengandung maslahat dan member manfaat kepada manusia didunia dan diakhirat, maka pada ayat-ayat berikut ini Allah SWT menrangkan bahwa isi wahyu tersebut, yaitu agama yang telah disyariatkan kepada Rasul-rasul pilihan, yang besar pengaruhnya dan besar pengikutnya, dan bahwa orang-orang yang musyrik amat berat menerima agama itu, agama yang mengajarkan tauhid, meng-Esa-kan Allah SWT. Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada nabi Muhammad saw dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang sesudahnya yaitu Ibrahim a.s., Musa a.s. dan Isa a.s.13 Allah SWT hanya menyebut nama-nama nabi tersebut ialah mereka itu dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain, mempunyai tanggungjawab yang besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitankesulitan yang ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulil Azmi dari Allah SWT. Lagi pula orang-orang musyrik sadar sehingga mau memeluk agama Muhammad saw. Dengan disebutkan nama Musa dan Isa
12

Yang dimaksud agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya. 13 Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar. Jilid IX. 35

diharapkan orang-orang yahudi dan nasrani bias sadar dan tertarik karena agama yang dibawa Muhammad itu, agama samawi juga yang banyak persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas didalam kitab taurat dan injil teutama mengnai tauhid, sholat, zakat, puasa, haji, dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur, silaturahim, dan lain-lain.14 Allah SWT memerintahkan agar agama islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih samanya yang dapat mengakibatkan perpecahan dan merusak persatuan. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah ayat 208:

)(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Dan Firman-Nya dalam Q.S. Ali Imran ayat 103:

)(
Artinya: dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Amatlah berat bagi orang-orang musyrik untuk memeluk agama tauhid yaitu agama islam yang dobawa oleh Muhammad saw itu dan melepaskan agama syirik dan menyembah berhala mereka yang telah diwarisi turun temurun dari nenek moyang mereka; patokan mereka talah diabaikan didalam Al-Quran.

14

Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar. Jilid IX. 35

)(
Artinya: bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapakbapak Kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka". Memang tidak semua orang dengan mudah dapat memenuhi seruan untuk memeluk agama islam yang dibawa Muhammad saw itu, tetapi Allah SWT menentukan hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka memeluk agama islam. Begitu pula hanya orang-orang yang sadar akan kekeliruannya, yang dahulu selalu membangkang dan bergelimang dosa lalu cepat-cepat kembali dan bertaubat kepada Allah SWT yang akan diberi petunjuk untuk menerima baik agama tauhid itu, sebagaimana bunyi hadits Qudsi melalui sabda nabi Muhammad saw.


Artinya: Barang siapa mendekatkan diri kepada-Ku barang sejengkal. Aku akan mendekatkan kepadanya sehasta. Dan barang siapa datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari.15

3.1. Makna Iman Pengertian iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.16 Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
15 16

H.R. Al-Bukhari Rachmat Syafei, Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum., (Bandung: Pustaka Setia), hal 16-17.

10

mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah:

)(
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Quran) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An Nisa: 136) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

3.2. Ciri-ciri iman yang sebenarnya Firman Allah dalam Q.S Al Hujarat ayat 14:

)(
Artinya: Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

11

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badwi yang mengaku bahwa diri mereka telah beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah SWT. Sepantasnya mereka itu jangan mengatakan telah beriman karena iman yang sungguh-sungguh ialah membenarkan dengan hati yang tulus dan percaya kepada Allah SWT dengan sebulat-bulatnya. Hal itu belum terbukti pada diri mereka karena mereka memperlihatkan bahwa mereka telah memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw dengan keislaman mereka dan dengan tidak memerangi Rasulullah saw.17 Mereka dilarang oleh Allah mengucapkan kata beriman itu dan sepantasnya mereka hanya mengucapkan kami telah tunduk masuk islam, karena iman yang sungguh-sungguh itu belum pernah masuk ke dalam hati mereka. Apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan isi hati mereka. Berkata Zajjaj, Islam itu telah memperlihatkan kepatuhan dan menerima apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dengan memperlihatkan patuh itu terpeliharalah darah dan jiwa, dan jika ikrar tentang keislaman itu disertai dengan tasdiq (dibenarkan hati), maka barulah yang demikian itu yang dinamakan iman yang sungguh-sungguh. Jika mereka benar-benar telah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan ikhlas berbuat amal serta meninggalkan kemunafikan, maka Allah tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalan mereka, bahkan akan memperbaiki balasanya dengan berlipat ganda. Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, dimanapun ia berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun terhadap orang yang bertaubat dan yang beramal penuh keikhlasan.

3.3. Berjihad dijalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya Dan Allah memerintahkan kepada kita agar berjihad dijalan-Nya dengan jihad yang sebenar-benarnya. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al Hajj ayat 78:

17

Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar. Jilid IX. 445

12

)(
Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. Shalat, ibadah dan amal kebajikan kebajikan bukanlah sesuatu yang mudah dipenuhi, karena dalam diri manusia ada nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan, di sekelilingnya ada ada setan yang menghabat, kerena itu nanusia perlu berjihad mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan agar amal-amal kebajikan itu dapat terlaksana dengan baik. Dari sini ayat 78 yang menyusul perintah beramal baik itu menegaskan bahwa: ayat sebelumnya ayat (77) dan berjihadlah yakni curahkan semua kemampuan dan totalitas kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebesar-besarnya yakni demi karena Allah serta sesuai keagungan-Nya untuk menegakkan kalimat Allah dan mengalahkan musuh dan hawa nafsu kamu sehingga kamu menjadi hamba-hamba-Nya yang taat.sungguh perlu kamu lakukan hal itu dalam mensyukuri-Nya karena Dia telah memilih kamu sebagai umat pertengahan dan pilihan serta menjadi pembela-pembela agama-Nya dan apa yang di perintahkan itu tidak berat bagi kamu karena Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama yang di pilih-Nya untuk kamu itu sedikit kesempitan pun yakni Allah tidak menetapkan suatu hukum agama yang menyulitkan tau memberatkn kamu, Dia justru memberikan kemudahan setiap terjadi yang memberatkan kamu. Oleh karena itu, pegang teguhlah agama ini. Sebagaimana Dia tidak menjadikan sedikit kesulitan pun pada agama orang tua kamu Ibrahim. Nabi yang sangat agung dan diagungkan oleh semua penganut agama samawi. Nabi yang menolak penyembahan berhala sambil mengumandangkan aqidah tauhid. Dia
13

yakni Allah telah menamai kamu muslimin yakni orang-orang yang berserah diri. Penamaan itu sejak dahulu, didalam kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya dan begitu pula didalam Al quran ini; supaya Rasul menjadi saksiatas kamu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.18 Karena kebanyakannya nikmat Allah kepada kamu, antara lain yang disebut diatas dan karena kamu adalah umat pilihan-Nya, maka laksanakanlah sholat secara baik dan bersinambung dan tunaikanlah zakat secara sempurna dan berpeganglah kamu semua pada tali agama Allah. Dia saja pelindung yang menangani serta memenuhi keperluan kamu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Kata ( )terambil dari kata ) (yang mempunyai makna, antara lain: upaya, kesungguhan, keletihan, kesulitan, penyakit, kegelisahan, dan lain-lain. Dalam Al Quran ditemukan sekitar 40 kali kata jihad, dengan berbagai bentuknya. Maknanya bermuara kepada mencurahkan seluruh kemampuan atau mengandung pengorbanan. Mujahid adalah yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan nyawa atau tenaga pikiran, emosi, dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia. Jihad adalah cara mencapai tujuan. Caranya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan dengan modal yang tersedia. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, bahkan kelesuhan, tidak pula pamrih.19 Ada kesalahpahaman tentang pengertian jihad ini mungkin disebabkan karena sering kali kata itu baru terucap pada saat perjuangan fisik, sehingga diidentikan dengan perlawanan bersenjata. Kesalahpahaman itu disuburkan oleh terjemahan yang keliru terhadap ayat-ayat Al Quran yang berbicara tentang jihad dengan anfus. Kata anfus sering kali diterjemahkan dengan jiwa. Sebenarnya banyak arti dari anfus dalam Al Quran, sekali berarti nyawa dikali lain hati, dikali ketiga jenis dan ada pula yang berarti totalitas manusia, dimana terpadu jiwa raganya.

18

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 134 19 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 134

14

Al Quran mempersonifikasikan wujud seseorang dihadapan Allah dan masyarakat dengan menggunakan kata nafs. Kalau demikian, tidak meleset jika kata itu dalam kontek jihad dipahami dalam arti totalitas manusia, sehingga kata nafs mencakup nyawa, emosi, pengetahuan tenaga, fikiran, dan hasilnya totalitas manusia, bahkan juga waktu dan tempat, karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari keduanya. Pengertian ini, dapat diperkuat dengan perintah berjihad pada ayat yang ditafsirkan ini yang tidak menyebut obyek jihad. Sejak masih di Mekkah, ketika kaum muslimin belum kuat belum mampu mengangkat senjata atau melawan secara fisik, Allah telah memperintahkan berjihad. Allah berfirman dalam Q.S. Al Furqan ayat 52.

)(
Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.

3.4. Ancaman Allah SWT dan perintah bertaubat (Keluarga Nabi Muhammad saw) Firman Allah dalam Q.S. At tahrim ayat 5:

)(
Artinya: Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. Ayat ini berisi ancaman dari Allah terhadap istri-istri yang menyakiti hati nabi bahwa menceraikan istri-istrinya itu boleh jadi Allah menggantinya dengan istri-istri baru yang lebih baik dari mereka, baik keislamannya maupun keimanannya. Istri-istri yang tekun kepada ibadah, bertaubat kepada Allah, patuh

15

kepada perintah rasul, yang sebagian janda dan sebagian yang lain masih perawan.20 Diriwayatkan oleh Anas r.a. dari umar r.a. ia berkata telah sampai kepadaku bahwa sebagian istri-istri nabi bersikap keras kepada nabi dan menyakiti hati beliau maka saya menyelidiki ini. Saya menasehatinya satu persatu dan melarangnya menyakiti hati nabi, saya berkata jika kalian tetap tidak mau taat maka boleh jadi Allah memberikan kepada nabi, istri-istri yang baru yang lebih baik dari kalian. Dan setelah saya menemui jaenab ia berkata wahai ibnu khatab apakah tidak ada Rasulullah usaha untuk menasehati istri-istrinya? Maka nasehatilah mereka itu sampai mereka itu, tidak diceraikan, maka turunlah ayat ini.21

3.5. Ciri-ciri orang yang beriman Allah SWT memerintahkan agar laki-laki dan perempuan taat atau takwa terhadap apa yang diperintahkan-Nya. Firman Allah dalam Q.S. Al Ahzab ayat 35:

)(
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Setelah ayat-ayat yang lalu berbicara secara khusus tentang wanita-wanita yang merupakan istri-istri Nabi Muhammad saw, maka kini di uraikan tentang20 21

Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar. Jilid X. 222 Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar. Jilid X. 222

16

tentang wanita muslimah secara umum, apalagi sebelum ini telah di kemukakan bahwa istri-istri nabi saw itu tidak sama dengan wanitawanita lain, dan bahwa ganjaran yang mereka poroleh berlipat ganda dari ganjaran-ganjaran yang di peroleh selain mereka. Di sini selain mereka. Di sisi lain sekian banyak yang mempertanyakan mangapa wanita tidak di sebut dalam Al-Quran? Maka turunlah yang ayat ini, riwayat-riwayat mencatat beberapa nama seperti ummuh salamah, Asma binti umais, um ummarah al-anshoriyah masing-masing menemui nabi dan menanyakan hal tersebut. Allah berfirman: sesungguhnya laki-laki muslim dan perempuan muslimah yakni dua jenis itu yang patuh kepada Allah, laki-laki

mukmin dan perempuan muskminah yakni yang kukuh imannya, laki-laki yang taat dengan penuh hormat lagi secara mantab dan mukhlis dan perempuan yang taat demikian pula,laki-laki yang benar,laki-laki penyabar dan perempuan penyabar yakni sabar menghadapi cobaan dan tugas serta tanggung jawab, laki-laki yang khusyu dan perempuan yang khusyu, laki-laki yang gemar bersedekah dan perempuan yang gemar bersedekah, laki-laki yang sering kali berpuasa dan perempuan yang sering kali berpuasa, laki-laki yang memelihara kemaluannya dan perempuan yang selalu memelihara kehormatannya, laki-laki yang banyak berdzikir menyebut nama Alllah dan perempuan yang banyak berdzikir menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk tiap-tiap orang dari mereka ampunan dan pahala yang besar.22 Ayat diatas menyebutkan laki-laki dan perempuan dan sifat-sifat yang sama. Sebenarnya melihat sebab nuzul ayat ini kita dapat berkata bahwa firman diatas, bermajsud menekankan perempuan. Tetapi jika hanya perempuan yang disebut, maka bisa jadi ada kesan, bahwa mereka tidak sama dengan laki-laki dalam hal keberagamaan. Nah, untuk menekankan perasaan itu, Allah juga menyebut laki-laki dalam rangkaian ayat-ayat diatas, dan mempersamakannya dengan perempuan dengan segala amal kebijakan yang di sebutnya serta dalam ganjaran yang menenti kedua jenis kelamin itu. Atas dasar itu pula-agaknyasehingga ayat ini dimulai dengan kata yang menunjukkan penekanan yaitu inna / sesungguhnya.

22

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati.

17

Penyebutan sifat-sifat tersebut satu setelah lainnya amat serasi. Al biqoi menulis bahwa: Ayat ini memulai dengan sifat umum yang melekat pada penganut agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Sambil menekankan (dengan kata sesungguhnya), karena banyak orang munafik yang dapat masuk dalam katagori apa yang di bertakan ini. Karena keislaman kendati merupakan sifat yang tertinggi, namun karena boleh jadi ia hanya bersifat lahiriyah, mak sifat berikut yang disebut adalah yang mewujudkan secara hakiki keslaman itu keslaman batin berupa iman yang sempurna yang disertai oleh ketundukan yang mantab. Ini dihubungkan dengan huruf () wawu demikian juga dengan sifat berikutnya-untuk mengisyaratkan kemantapan mereka yang di bicarakan ayat ini pada setiap sifat yang disebutnya. Selanjutnya karena yang muslim ada yang mukmin, bisa saja dalam beberapa amalnya tidak mukhlis, maka disebutlah sifat Al-qonitin dan Al-konitat untuk menggambarkan keikhlasan mereka dalam iman dan islamnya. Selanjutnya karena kata qunut yang membentuk kata Al-qonitin dan Al-qonitat bisa berarti keikhlasan dan kesinambungan beramal, bisa juga berarti taat, maka sifat berikutnya yang di sebut adalah ashodoqin yakni orang yang bersikap benar dalam seluruh sifat yang disebut diatas seta ashodiqot dalam keiklasan mereka taat.23 Thahir Ibn Asyur menilai ayat ini dengan kesepuluh sifat yang disebut dengan telah mengisyaratkan pokok syariat islam.24 Dibawah ini sebagian ayat yang telah dinilai menurut kolompok kami. Pertama, Islam mencakup rukun islam yang lima. Kedua, Iman mencakup mencakup semua kewajiban hati, mencakup akidah yang wajib dipercayai dan yang merupakan syarat sahnya ama-amal Islam. Ketiga, Qunut ini mencakup semua jenis ketaatan-yang wajib dan yang sunnah, serta mencakup juga kewajiban meninggalkan segala larangan atau menghentikannya bagi yang melakukan pelanggaran dengan bertaubat. Dengan demikian Qunut adalah kesempurnaan ketaatan atau ketakwaan.
23

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 24 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati.

18

BAB III PENUTUP

4.1. Kesimpulan Islam adalah agama yang disyariatkan disisi Allah SWT. Berdasar pada Q.S. Ali Imran ayat 19 mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama disisiNya, dan diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam, yaitu mengikuti rasul yang diutus-Nya setiap saat hingga berakhir dengan Muhammad saw. Pengertian iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

19

DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQuran. Jakarta: Lentera Hati. Syafei, Rachmat. 2000. Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia. Tahar, M. Shohib. dkk., 2008. Al Quran dan Tafsirnya. Semarang: PT. Citra Effhar.

20

LAMPIRAN

Pertanyaan: 1. Bagaimana penjelasan mengenai kalimat Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, apakah ada agama yang di ridhoi Allah sebelum agama Islam datang? Jawaban: Pastinya ada, namun semenjak para nabi mereka wafat para pemuka agama banyak yang menyelewengkan agama demi kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu, Islam datang sebagai penyempurna, pelurus, dan kesimpulan dari agama sebelumnya (Yahudi dan Nasrani) sehingga dalam Al-quran dijelaskan sebagai satu-satunya agama yang di ridhoi Allah. 2. Bagaimana keselarasan Islam dan Iman? Jawaban: Secara mudah dapat diqiyaskan bahwasanya Islam sebagai implementasi dari Iman. Jika orang yang iman sudah pasti Islam, namun orang Islam belum tentu Iman. 3. Bagaimana kalau orang muslim hanya mengerjakan sholat saja, padahal dalam surah Al-Baqarah ayat 208 menjelaskan masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan? Jawaban: Kita harus kembali kepada niat, kaum muslimin dan muslimat, apapun yang kita lakukan didunia ini hendaknya semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah swt, dengan disertai niat hanya kepada-Nya. Rasulullah saw telah bersabda bahwa 10 orang yang sholatnya tidak diterima oleh Allah swt, yaitu: 1. Seorang lelaki yang shalat sendirian tanpa membaca sesuatu. 2. Seorang lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat. 3. Seorang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya. 4. Seorang lelaki yang melarikan diri. 5. Seorang lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (taubat).
21

6. Seorang perempuan yang suaminya marah kepadanya. 7. Seorang perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai tudung. 8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya. 9. Seorang yang suka makan riba. 10. Seorang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan munkar.

22

Anda mungkin juga menyukai