Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dimensi islam,iman,ihsan serta menguraikan


Dimensi aliran pemikiran dalam islam
DOSEN :FADLIAH MUBAKIRAH S.HI M.HI

MATA KULIAH :METODE ISLAM

FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
DISUSUN OLEH : SITI RAMLA
AYUSIA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh,

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah


SWT, Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
Dimensi islam,iman,ihsan serta menguraikan Dimensi aliran pemikiran
dalam islam.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang


diberikan oleh Ibu FADLIAH MUBAKIRAH S.HI M.HI.

Dalam penyusunan makalah ini penulis memang mendapatkan


banyak sekali tantangan dan hambatan namun dengan bantuan
individu hambatan tersebut dapat dilewati. Penulis telah menyadari
bahwa masih banyak kesalahan yang ditemukan dalam proses
penulisan makalah ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan makalah ini. semoga allah SWT membalas
kebaikan kalian semua. penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang
sempurna dalam susunan dan isinya. Maka dari itu penulis berharap kritik dari
para pembaca dan pendengar dapat membantu penulis dalam
menyempurnakan makalah selanjutnya. semoga makalah ini dapat membantu
para pembaca untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang dimensi
islam,iman,ihsan dan dimensi aliran dalam islam.
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A…LATAR BELAKANG…….…………………………………………………………………………. 1

B…RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………….. 1

C…TUJUAN PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN DIMENSI………………………………………………………………………….. 2

B.DIMENSI-DIMENSI ISLAM……………………………...…………………………….……….. 3

C.ALIRAN DALAM ISLAM……………….…………………………………………………………. 4

BAB III PENUTUPAN

A…PENUTUPAN…………………………………………………………………………………………. 5

B…SARAN…………………………………………………………………………………………………... 6

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………. 7
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Islam adalah sebuah agama yang menjadi rahmatanlilalamin bagi seluruh pemeluknya,
namun kita pun belum mengetahui secara garis besar tentang Islam dan bagian-bagian yang
memperkokoh Islam itu sendiri.
Islam sebagai agama bisa dilihat dari berbagai dimensi; sebagai keyakinan, sebagai
ajaran dan sebagai aturan. Apa yang diyakini oleh seorang muslim, boleh jadi sesuai dengan
ajaran dan aturan Islam, boleh jadi tidak, karena proses seseorang mencapai suatu keyakinan
berbeda-beda, dan kemampuannya untuk mengakses sumber ajaran juga berbeda-beda.
Diantara penganut satu agama bisa terjadi pertentangan hebat yang disebabkan oleh adanya
perbedaan keyakinan. Sebagai ajaran, agama Islam merupakan ajaran kebenaran yang
sempurna, yang datang dari Tuhan Yang Maha Benar. Akan tetapi manusia yang pada dasarnya
tidak sempurna tidak akan sanggup menangkap kebenaran yang sempurna secara sempurna.
Kebenaran bisa didekati dengan akal (masuk akal), bisa juga dengan perasaan (rasa kebenaran).
Kerinduan manusia terhadap kebenaran ilahiyah bagaikan api yang selalu menuju keatas.
Seberapa tinggi api menggapai ketingian dan seberapa lama api itu bertahan menyala
bergantung pada bahan bakar yang tersedia pada setiap orang. Ada orang yang tak pernah
berhenti mencari kebenaran, ada juga yang tak tahan lama, ada orang yang kemampuannya
menggapai kebenaran sangat dalam (atau tinggi), tetapi ada yang hanya bisa mencapai
permukaan saja. Oleh sebab itu sangatlah penting dalam mempelajari Islam itu dengan
seutuhnya jangan sebagian agar tidak terkecoh oleh hal-hal yang tidak sesuai.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa Pengertian dimensi islam?
2.Jelaskan dimensi-dimensi islam?
3.Apa pengertian aliran?
4.Coba jelaskan pengertian dari aliran islam?

C.TUJUAN PEMBAHASAN
Kami mengerjakan pembahasan ini untuk memenuhi tanggung jawab kami sebagai
mahasasiswa,dan agar menambah wawasan kami tentang dimensi islam dan aliran pemikiran
islam yg insya allah akan bermanfaat untuk kita sendiri dan orang lain kedepannya.
BAB II PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN DIMENSI
Dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan
sifat-sifat suatu objek-yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Pengertian
dimensi dalam Kamus Oxford yaitu dari kata “dimension” artinya
- Ukuran dari panjang, lebar atau berat dari sesuatu.
- Ukuran dan luas dari suatu situasi.
- Aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan.
Adapun dimensi-dimensi Islam yang di maksud pada bagian ini adalah sisi keislaman
seseorang, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Atau kata Nurcholihs Madjid menyebutnya sebagai
trilogy ajaran Illahi.
Trilogi itu telah mendapatkan ekspresinya dalam banyak segi budaya Islam.
Arsitektur masjid Indonesia yang banyak diilhami oleh, dan pinjam dari, gaya arsitektur kuil
Hindu, mengenal adanya seni arsitektur atap bertingkat tiga. Seni arsitektur
itu sering ditafsirkan kembali sebagai lambang tiga jenjang
perkembangan penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat
dasar atau permulaan (purwa), tingkat menengah (madya) dan tingkat akhir yang maju dan
tinggi (wusana). Dan ini dianggap sejajar dengan jenjang vertikal Islam, iman, dan ihsan,
selain juga ada tafsir kesejajarannya dengan syari'at, thariqat dan
ma'rifat. Dalam bahasa simbolisme, interpretasi itu hanyaberarti penguatan pada apa yang
secara laten telah ada dalam masyarakat.
B.DIMENSI-DIMENSI ISLAM
Di dalam Islam dan iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi
SAW membedakan Islam, iman dan ihsan. Dalam hadits berikut Bukhori dan Muslim
meriwayatkannya dari Abu Hurairah, Pada suatu hari kami (Umar r.a. dan para sahabat r.a.)
duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian
putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari
kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya
menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha
Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah
Saw menjawab,“Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan kamu haji
ke Baitullah jika kamu telah mampu melaksanakannya”.Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan
aku tentang iman. Rasulullah saw. menjawab: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar (ketentuan)
Allah yang baik dan yang buruk.” Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan aku tentang Ihsan itu.
Rasulullah saw. menjawab: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Pembahasan secara berurutan pengertian istilah-istilah di atas yaitu Islam, iman dan
akhirnya ihsan dilakukan tanpa harus dipahami sebagai pembuatan kategori-kategori yang
terpisah sebagaimana sudah diisyaratkan melainkan karena keperluan untuk memudahkan
pendekatan analitis belaka. Dan di akhir pembahasan ini kita akan mencoba melihat relevansi
nilai-nilai keagamaan dari iman, Islam dan ihsan itu bagi hidup modern, dengan mengikuti
pembahasan oleh seorang ahli psikologi yang sekaligus seorang pemeluk Islam yang percaya
pada agamanya dan mampu menerangkan bentuk-bentuk pengalaman keagamaan Islam.

1. Islam

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan
hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari
ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek-aspek dari Al-Qur’an dan hadits.
Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci Alquran yg diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah Swt. Dimensi Islam mempunyai lima penyangga (rukun): Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa
Ramadhan dan Haji, Dimensi Islam dibahas secara mendalam dalam buku-buku tentang Ilmu
Fiqh. Ada dua sisi yang kita dapat gunakan untuk memahami pengertian agama islam, yatu sisi
kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang islam ini dapat dijelaskan
sebagai berikut: Dari segi kebahasan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Senada dengan pendapat
diatas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang
berarti selamat dan sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara
dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.
Dari pengertian itu, kata islam dekat dengan arti kata agama yang berarti mengusai,
menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Rasulullah saw banyak menamakan
beberapa perkara dengan sebutan Islam, umpamanya: taslimul qalbi (penyerahan hati), salamat
unnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tangan), memberi
makan, serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut Rasulullah sebagai Islam
mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang nyata.
Pada saat ini, tentu saja, kata-kata "al-Islam" telah menjadi nama sebuah
agama, khususnya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yaitu agama Islam.
Tapi, secara generik, "Islam" bukanlah nama dalam arti kata sebagai nama jenis atau sebuah
proper noun. Dan ini melibatkan pengertian tentang istilah itu yang lebih
mendalam, yang justru banyak diketemukan dalam
Kitab Suci. Perkataan itu, sebagai kata benda verbal yang aktif, mengandung pengertian
sikap pada sesuatu, dalam hal ini sikap pasrah atau menyerahkan diri kepada Tuhan. Dan
sikap itulah yang disebutkan sebagai sikap keagamaan yang benar dan
diterima Tuhan: "Sesungguhuya agama bagi Allah ialah sikap pasrah pada-Nya (al-Islam)
(QS. Al-Imran 3:19). Maka selain dapat diartikan sebagai nama sebuah agama, yaitu agama
Islam, perkataan al-Islam dalam firman ini bisa diartikan secara
lebih umum, yaitu menurut makna asal atau generiknya, yaitu "pasrah kepada Tuhan," suatu
semangat ajaran yang menjadikan karakteristik pokok semua agama yang benar. Inilah
dasar pandangan dalam al-Qur'an bahwa semua agama yang benar adalah
agama Islam, dalam pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan,
sebagaimana antara lain bisa disimpulkan dari firman. Dan janganlah kamu sekalian
berbantahan dengan para penganut Kitab Suci (Ahl al-Kitab) melainkan
dengan yang lebih baik, kecuali terhadap mereka yang dzalim. Dan nyatakanlah kepada
mereka itu, "Kami beriman kepada Kitab Suci yang diturunkan kepada kami dan kepada yang
diturunkan kepada kamu; Tuhan kami
dan Tuhan kamu adalah Maha Esa, dan kita semua pasrah kepada-Nya (muslimun) (Q.S.
al-'Ankabut 29:46).

2. Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan menurut istilah, iman
adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
anggota badan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iman adalah kepercayaan yang
berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, kitab, yang tidak
akan bertentangan dengan ilmu dapat pula berarti ketetapan hati; keteguhan batin;
keseimbangan batin. Akal tidak dapat sampai kepada kewajiban mengetahui adanya tuhan,,
iman tidak bisa mengambil bentuk ma’rifat atau amal tetapi haruslah merupakan tasdiq.
Adapun batasan yang di kemukakan al Bazdawi tentang iman adalah menerima dalam hati
dengan lidah bahwa tiada tuhan selain Allah dan tidak ada yang serujpa dengan-Nya.
Sedang iman menurut pandangan para ulama terdahulu, diantaranya adalah pendapat Imam
Al-Baghawi r.a., beliau berkata :”Para sahabat, Tabi’in, dan para ulama sunnah mereka
bersepakat bahwa amal shalih adalah bagian dari iman. Mereka berkata bahwasannya iman
terdiri dari ucapan dan perbuatan serta keyakinan. Iman bertambah karena ketaatan dan
berkurang karena kemaksiatan.
Pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal ini khususnya percaya pada
masing-masing rukun iman yang enam (menurut akidah Sunni). Karena percaya pada masing-
masing rukun iman itu memang mendasari tindakan seorang maka sudah tentu pengertian iman
yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar. Berdasarkan itu, maka sesunggahnya makna
iman dapat berarti sejajar dengan kebaikan atau perbuatan baik. Ini dikuatkan oleh adanya
riwayat tentang orang yang bertanya kepada Nabi tentang iman, namun turun wahyu jawaban
tentang kebajikan (al-birr), yaitu:
Oleh karena itu perkataan iman yang digunakan dalam Kitab Suci dan sunnah Nabi sering
memiliki makna yang sama dengan perkataan kebajikan (al-birr), taqwa, dan kepatuhan (al-
din) pada Tuhan (al-din).

3. Ihsan
Dalam hadits Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah bahwa engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat
engkau." Maka ihsan adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam
hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya
ketika beribadat.
Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Karena itu,
ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia. Ia tegaskan bahwa makna Ihsan lebih
meliputi daripada iman, dan karena itu, pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman,
sebagaimana iman lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus dari pada
pelaku Islam. Sebab dalam Ihsan sudah terkandung iman dan Islam, sebagaimana dalam iman
sudah terkandung Islam. Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat
baik." Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mu'min
dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan
keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq
mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di kalangan kaum beriman ialah yang
paling baik ahlaqnya.
Ihsan memiliki tiga macam tindakan utama yakni:
1. Berbuat kebajikan terhadap sesama, baik itu dengan lisan dengan harta maupun dengan
tindakan (tenaga) dengan mengintegrasikan agama (dinul Islam) pada seluruh segi kehidupan
serta memasukkan kehidupan itu sendiri ke dalam irama-irama ibadah dan tatanan nilai yang
ditentukan oleh agama yang melahirkannya. Dalam hal ini, ihsan (kebajikan) telah
menciptakan suatu keutuhan yang direfleksikan dalam tindakan dan perbuatannya dengan
tanpa pamrih.
2. Melakukan suatu ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang senantiasa berhubungan
dengan kehadiran Tuhan bersinar di dalam jiwa manusia melalui prinsip-prinsip tentang
realitas dan sesuai dengan kebenarannya yang terletak dalam inti ajaran Islam, karena Islam itu
sendiri didasarkan pada sifat realitas.
3. Merenungkan dan memikirkan Tuhan Yang Maha Esa dalam segala sesuatu dan setiap tarikan
dan hembusan nafas, karena substansi sesungguhnya dari makhluk Tuhan adalah pengentalan
nafas Yang Maha Pengasih (nafas Al'Rahman) yang ditupkan pada pola-pola dasar (al-a'yan
al-tsabitah) kemudian melahirkan alam.
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang yang
ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mu'min dan yang ber-
Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan keagamaan,
ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia.
C.ALIRAN DALAM ISLAM
Sebagaimana yang telah dipelajari dalam dimensi Islam yakni Iman yang merupakan
salah satu dari tiga sendi utama dalam Islam, dalam pembahasan yang mendalam mengenai
Iman maka melahirkan salah satu ilmu yang disebut dengan Ilmu Kalam., sedangkan pelajaran
yang lebih mendalam mengenai Ihsan maka akan melahirkan salah satu cabang ilmu Islam
yang disebut dengan ilmu Tasawuf. Secara garis besar, kita dapat membedakan tiga bidang
pemikiran islam, yaitu aliran kalam, aliran fikih, dan aliran tasawuf. Dan pada kesempatan ini
tiga aliran itu yang akan dibahas.

1. Aliran Kalam
Kalam secara harfiyah berarti perkataan atau ucapan, adapun dalam arti yang lebih khusus
kalam diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang tuhan dan berbagai aspek yang terkait
dengannya. Menurut Ibnu Khaldul, ilmu kalam yaitu ilmu yang berisi alasan-alasan yang
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunah. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah
ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagaamaan
dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Sungguh ironiIslam agama yang di yakini sebagai
agama rahmatallil’alamin oleh penganutnya ternyata tidak selamanya bersifat positif. Salah
satu contohnya terpecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan yang disebabkan tahkim.
Peristiwa ini membuat bencana bagi umat Islam terpecah paling yidak menjadi tiga golongan
atau kelompok. Umat Islam kelompok pertama adalah pendukung Muawiyah diantaranya
adalah Amr bin Ash, dan yang kedua yaitu pendukung Ali bin Abithalib. Sedangkan kelompok
pendukung Ali setelah dan menjelah Tahkim terpecah menjadi dua yaitu pendukung Ali dan
kelompok yang tidak puas akan keputusan Ali yang disebut dengan kelompok Khawarij. Dan
khwarij adalah aliran kalam yang pertama dalam islam. Amir al-Najjar berkesimpulan bahwa
penyebab rumbuh dan berkembangnya aliran kalam yaitu pertentangan dalam bidang polotik.
Al-Syarastani menjelaskan bahwa Khawarij pecah menjadi beberapa subsekte dan dari pecahan
itu pecah lagi menjadi subsekte kecil. ini menandakan bahwa dalam suatu agama tidak akan
selamanya satu jalan dikarenakan bebeda pemikiran diantara para pemikir umat Islam, oleh
sebab itu banyak perbedaan dalam menjalankan beragama tetapi tujuanya sama.
2. Aliran Fikih
Pengertian hukum Islam hingga saat ini masih rancu dengan pengertian syariah. Untuk itu
dalam dalam pengertian hukum Islam disini dimaksudkan didalam pengertian syariah, yaitu
ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan manisia yang di ambil dari nash Al-Qur’an dan
Hadits. Bila ada nash dari al-Qur’an atau hadits yang berhubungan dengan amal perbuatan
tersebut atau yang diambil dari sumber-sumber lain, bila tidak adak nash dari al-Qur’an dan
Hadits maka di bentukalah suatu ilu yang disebut ilmu fikih, dengan demikian ilmu fiqih adalah
sekelompok hukum tentang amal perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci.
Secara historis hukum Islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat, dua aliran itu
adalah Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Bagdad atau MAdrasat al-
Hadits dan MAdrasat al-Ra’yi. Sedangkan Ibnu al-Qayim al-Jaujiyyah menyebutkan
sebagai Ahl-al-Zhahir dan Ahl al-Ma’na. aliran Madinah terbentuk karena sebagian sahabat
tinggal di Madinah, dan aliran Bagdad atau Kuffah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal
di kota tersebut. Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani, menjelaskan bahwa majhab fiqih Islam yang
muncul setelah sahabat dan kibar al-Tabiin berjumlah 13 aliran akan tetapi tidak semua aliran
itu dapat di ketahui dasar-dasar metode istinbath hukum yang dugunakannya. Berikut adalah
pendiri tigabelas aliran itu:
1. Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashri (w. 110H)
2. Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zuthi (w. 150H)
3. Al-Auza’I abu ‘Amr ‘Abd al-Rahman bin ‘Amr bin Muhammad (w. 157H)
4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauri (w.160H)
5. Al-Laits bin Sa’d (w.175 H)
6. Malik bin Anas al-Bahi (w. 179 H)
7. Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad bin Idris al-Syafi’I (w.204H)
9. Ahmad bin Muhammad bin Hambal. (w. 241 H)
10. Daud bin Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq bin Rahawaih (w.238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid al-Kalabi (w. 240 H)
Aliran hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya sampai sekarang hanya
ada empat aliran yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Kan tetapi yang
sering dilupakan dalam sejarah hukum Islam adalah bahwa buku-buku sejarah hukum Islam
cenderung memunculkan aliran-aliran hukum yang berafiliasi dengan aliran Sunni, sehingga
para penulis sejarah hukum Islam cenderung mengabaikan pendapat Khawarij dan Syiah dalam
bidang hukum Islam.
3. Aliran Tasawuf
Menurut etimologi , yaitu Ahlu suffah kelompok orang pada zaman rasulullah hidupnya banyak
di serambi serambi mesjid mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Alah. Ada
lagi mengatakan Tasawuf berasal dari kata shafa ( fi’il mabni majhul) orang yang bersih dan
suci, orang yang menyucikan dirinya Dihadapan Allah.. Ada yang mengartikan berasal dari
bahasa Yunani saufiI yang berarti kebijaksanaan. shuf yang berarti bulu domba (wol). Tasawuf
berdasarkan istilah, (1) menurut Al-Jurairi, Memasuki segala budi (Akhlak) yang bersifat suni
dan keluar dari budi pekerti yang rendah. (2) Menurut AlJunaidi , ia memberikan rumus bahwa
tasawuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan Hak-lah yang
menghidupkanmu. Ada beserta Allah tanpa adanya penghubung.
Dari segi kebahasan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang
dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan
tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah
ke Madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu
bersih dan suci, sophos(bahasa Yunani:hikmah), dan suf (kain wol kasar). Jika diperhatikan
secara saksama, tampak kelima istilah tersebut bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang
terpuji, kesederhanaan, dan kedekatan dengan Tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya
menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lainnya
sebagai kekayaan, harta benda dan sebagainya yang ada di Makkah untuk ditinggalkan karena
ikut hijrah bersama nabi ke Madinah. Tanpa ada unsur iman dan keinginan untuk mendekatkan
diri kepada Allah, tidaklah mungkin hal demikian mereka lakukan. Dengan demikian dari segi
kebahasan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa,
mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi
Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya
tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan. Tasawuf atau
sufisme adalah salah satu dari jalan yang diletakkan Tuhan di dalam lubuk Islam dalam rangka
menunjukkan mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang
telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan al-quran. Adapun
maqom atau tingkatan yang harus di lewati untuk menjadi sufi yaitu: taubat, wara, zuhud, fakir,
sabar, tawakal, dan ridhi (rela). Masing-masing dari maqom ini disoroti dan di beri arti sesuai
dengan citra pensucian hati secara sufi. Namu secara urut dari semua maqom itu juga mengarah
ke peningkatan secara tertib dari satu maqom ke maqom berikutnya. Yaitu apabila telah
tercapai kepada makom yang terakhir akan tercapailah kebebasan hati dari segala ikatan dunia.

BAB III PENUTUPAN

A.KESIMPULAN
Sebetulnya, antara entitas Iman dan Islam ini kompleks, karena di situ dilengkapi
dengan unsur Ihsan. Unsur Ihsan ini tidak seperti rel kereta api yang tidak saling ketemu antara
yang satu dengan yang lain. Sekarang, tugas para ilmuwan, muballigh, dan juga pimpinan
masyarakat, bagaimana mencari hubungan ketiganya yang, lebih manusiawi. karena dimensi
Ihsan sebetulnya sangat terkait, selain ukhrawi, juga lebih tampak insani. Bukan tidak mungkin
ketika dimensi Ihsan kemanusiaan tidak dilengketkan dengan iman dan Islam.

Dan dari ketiga factor itu yang akan memunculkan aliran-aliran yang ada samapai
sekarang bahkan yang sudah tinggal sejarahnya saja yang di karenakan oleh perbedaan
pendapat para imam maka tibullah berbagai aliran dalam Islam baik dalam kajian
kalam, kajian Fikih, bahkan dalam kajian tasawuf. Dengan demikian janganlah menganggap
hal tabu apalagi dijadikan perdebatan sehingga akian menimbulkan permusuhan anatar
pengikut aliran, masalah perbedaan itu tapi harus kita juadikan sebagai khasanah dalam
beragama terutama dalam islam.

B. SARAN

Demikan makalah kami buat,semoga bermanfaat bagi pembaca dan pendengar .Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan,silahkan sampaikan kepada kami.
Apa bila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba allah yang tak luput dari salah khilaf,alfa dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA
 Hakim, Abd. Atang dan JAih Mubarok, Metodologi Stady Islam, (Bandung, PT Remaja

Rosda Karya,2010) cet. 12

 Nasution, Harun, Islam (ditinjau dari berbagai asfeknya),(Jakarta, UI-Press.2010) jilid, I cet.

2010

 Nasution, Harun, Teologi Islam (aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), (Jakarta, UI-

Press.2010) cet. 2010

 Nata, Abhudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010) cet. 17

 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta, PT raja Grafindo Persada,

1997) cet. II
 http://soni69.tripod.com/artikel/trilogi_islam.htm

 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai