PERSPEKTIF CINTA
Disusun oleh :
Nisrina Nur Ramadhani (17030184007)
Kamila Amalia (17030184011)
Bagus Helmeyanto (17030184017)
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, hidayah, dan pertolongannya sehingga kami dari Kelompok
II Program Studi Pendidikan Fisika C dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Memaknai Kembali Iman, Islam, dan Ihsan dalam Perspektif Cinta”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Bapak
Mohammad Husni Abdullah selaku Pengampu kami .Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada teman teman yang telah memberi dukungan ,serta ucapan terima kasih kepada
bapak dosen yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin terdapat kekurangan sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB III : MEMAKNAI KEMBALI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN DALAM
PERSPEKTIF CINTA..............................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Iman dan Aktualisasinya dalam Kehidupan................................................................................2
B. Islam dan Aktualisasinya dalam Kehidupan...............................................................................3
C. Ihsan dan Aktualisasinya dalam Kehidupan...............................................................................7
D. Kesimpulan.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
Kita mungkin sudah sering mendengar istilah iman, islam dan ihsan. Sangat
lumrah, mengingat karena hampir pada setiap pengajian, khutbah, dan pembahasan
masalah – masalah keIslaman selalu dan tidak pernah lepas dari tiga komponen ini.
Terkadang muncul “keengganan” untuk mengaaitkan akar solusi segala permasalahan
dengan tiga rangkaian itu. Entah karena dianggap terlalu teroris, dan apologis atau
memang karena ketidaktahuan akan makna dan fungsinya secara komprehensif sehingga
yang nampak adalah phobia, tutup mata dan telinga, dari semua yang berbau islam dalam
spektrum dan ranah dialog sosial dan sains.
Maka kiranya sangat penting disini untuk kembali di kaji dan dimaknai hakekat
makna dan fungsi imam, islam, dan ihsan dalam kehidupan. Sehingga makna dan
manfaatnya senantiasa dapat dirasakan dan relevan dengan kebutuhan dan perkembangan
zaman.
Dalam kancah percintaan, komponen utama cinta adalah meliputi subjek cinta
sebagai yang mencinta, predikat cinta sebagai cinta itu sendiri dan obyek cinta sebagai
yang dicinta. Tuhan dan manusia kadang menempati posisi yang dicinta sekaligus
yang mencinta.
Landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis iman, sama dengan cinta. Orang
yang beriman dapat diilustrasikan secara sederhana dengan seseorang yang jatuh cinta.
Untuk dapat sampai ke tahapan mencinta dan beriman,tentu ia telah memiliki cukup
pengetahuan, pemahaman dan keyakinan terhadap obyek yang dicinta dan diimaninya.
Mengenal sosok yang dicinta dan diimani, bahkan mengerti arah dan tujuan kenapa
mencinta dan mengimani. "tak kenal maka tak cinta", tak kenal maka tak cinta.itu
adalah ontologi cinta dan iman.
"berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah.
Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan
Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki
arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ا, Allāh).
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang
tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan
Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke
dunia oleh Allah.
Islam adalah simbol ketaatan mutlak sebagai konsekuensi dari iman dan cinta.
Karena cinta adalah ketaatan. (Al-Ghazali. 2000:43) sebagaimana firman-Nya :
Islam itu ekspresi dan apresiasi dari iman. Bentuk ekspresi itu adalah : Pernyataan
komitmen syahadat , ritual shalat, sosial zakat, puasa dan haji.
1. Syahadat cinta
Kalau kamus percintaan menyatakan bahwa simbol kepastian cinta itu adalah komitmen :
‘’Bahwa sungguh aku benar-benar mencintaimu dengan sepenuh jiwa dan ragaku’’
‘’sungguh aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah ‘’ yang makna intinya adalah ‘’sungguh aku benar-benar mencintai Allah
dan Rasulullah dengan segenap jiwa ragaku.”
Syahadat adalah komitmen kesetiaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta itu
menuntut kesetiaan , kejujuran, ketaaatan , kepercayaan dan pengorbanan. Komitmen
konsistensi antara apa yang ada dihati pikiran dan perbuatan terhadap yang maha dicintai
yaitu Allah dan rasul-Nya. Cinta sebagaimana iman adalah kesadaran. Dan kesadaran itu
dibangun atas dasar pengertahuan orang yang sadar adalah orang yang bisa membedakan.
Tidaklah orang itu mencintai kecuali ia juga mampu untuk membenci. Dan tidaklah
seorang itu mengimani, kecuali ia juga memiliki potensi untuk mengkafiri. Banguna n
iman tauhid berdiri diatas pondasi kesadaran ilmu pengetahuan. Untuk mencapai
keyakinan tiada Tuhan selain Allah , haruslah dengan dasar ilmu.
2. Shalat Cinta
Shalat adalah ekspresi dan relasi. Doa dan silaturahmi dengan Allah swt. Ia
adalah pertemuan , perjumpaan , mi’raj antara yang mencintai dan yang dicintai.
Orang yang sedang jatuh cinta tentu akan sangat mendambakan intensitas
pertemuan dengan kekasihnya. Bercengkrama saling mengadukan, dan
mendengarkan , mengharapkan solusi dari permasalahan.
Perintah yang mewajibkan shalat, zakat dan kewajiban lainnya baik didalam
Al-Qur’an maupun al Hadist sebenarnya bukan untuk menunjukkan bangunan
filosofinya. Karena yang menjadi dasar dan inti utama bangunan kewajiban adalah
kewajiban itu sendiri yang sebenarnya adalah kesadaran. Tiada paksaan dalam
beragama. Kewajiban-kewajiban dalam ajaran yang diterapkan adalah semata
untuk menjaga keberlangsungan nilai-nilai kesadaran yang menjadi dasar
bangunannya. Sebagai tiang penyangga dan dinding pelindung pondasi dari
bangunan utuh keagamaan.
3. Zakat cinta
Cinta itu berbagi dan cinta itu memberi. Menjadi salah satu rukun cinta
sebagaimana rukun islam. Seorang ayah yang mencintai keluarganya , anak dan
istrinya tentu akan dengan suka rela dan senang hati menafkahinya. Baik lahir
maupun batin. Tanpa dimintapun ia akan menawarkan.
Menjadi salah satu bukti terpenting cinta dan iman , adalah pemeberian. Bukti
pengorbanan dalam bentuk pemberian materil maupun imateril, benda maupun
jasa. Pesan Rasulullah :
“Senantiasalah untuk saling berbagi , maka kalian akan saling
mencintai”
(Hadits Riwayat Imam Thabrani).
semua bukti cinta kita kepada Allah swt. Diarahkan kepada kemashlahatan alam
dan kemanusiaan. Yang hanya tersampaikan pada-Nya hanyalah motivasi, niat ,
cinta , keihklasan dan ketaqwaan. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Hajj
ayat 37 :
اَملكممح ر
سرنيِبن
4. Puasa Cinta
Puasa adalah empati. Baik empati secara sosial maupun spiritual. Cinta
melahirkan empati pada pelakunya ,untuk dapat saling menjiwai. Cinta yang
Pendidikan Agama Islam | 5
paling tinggi dalam kehidupan manusia terutama umat islam adalah cinta kepada
Allah SWT sang pencipta segala isi bumi dan semesta dan yang maha memiliki
cinta. Umat muslim yang mencintai Allah akan merasa bahwa sebagai hamba Nya
kita tidak dapat hidup tanpa adanya kasih sayang dan cinta dari Allah SWT. Maka
dari itu, mencintai allah SWT adalah mutlak bagi setiap umat muslim.
Orang yang mencintai tentunya akan melakukan segala sesuatu untuk yang
dicintainya, termasuk jika seorang mukmin mencintai Allah SWT. Ia akan selalu
berusaha untuk mengikuti segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual yang unik dalam Islam. Secara
harfiah puasa dalam islam didefinisikan untuk menjauhkan diri "sepenuhnya" dari
makanan, minuman, hubungan intim dan merokok, mulai dari dari fajar sampai
matahari terbenam, selama seluruh bulan Ramadhan, bulan kesembilan dalam
tahun Islam.
Macam-macam puasa
Puasa dalam Islam bermacam-macam, dan perlu dikaji secara mendalam. Ada
dua jenis perintah berkaitan dengan puasa. Satu berkaitan dengan puasa wajib dan
yang lain puasa yang bersifat sunnah (pilihan).
1. Puasa Wajib
Puasa wajib yaitu puasa yang dilakukan pada bulan kesembilan dalam
kalender islam, yaitu bulan ramadhan, dilakukan selama satu bulan penuh dan
diakhiri deangan salat Idul Fitri.
2. Puasa Sunnah
Ada kalanya dianjurkan untuk melakukan puasa sunah, sepeti Tradisi Nabi
Muhammad saw. Di antara waktu:
a. Setiap hari Senin dan Kamis dari seminggu.
b. Hari ke-13, 14, dan 15 setiap bulan lunar.
c. Enam hari di bulan Syawal (bulan setelah Ramadhan).
d. Hari Arafat (tanggal 9 Dzulhijjah di (Hijriah) Islam kalender).
e. Hari Ashuraa (10 Muharram dalam (Hijriah) Islam kalender), dengan satu
hari lagi puasa sebelum atau setelahnya.
3. Puasa kafarat
Pendidikan Agama Islam | 6
Yakni bayaran yang diberikan karena tidak mampu memberikan apa yang
seharusnya dari hukum yang dilanggar dikarenakan lalai menjalankan
kewajiban. Penyebab puasa ini berdasarkan antara lain:
a. Apabila seseorang tidak mampu memberi makan sepuluh fakir miskin
sebanyak atau membebaskan seorang budak, maka ia harus berpuasa
selama tiga hari.
b. Jika seseorang membunuh seorang mukmin dan ia tidak mampu membayar
uang darah (tebusan) atau mungkin memerdekakan seorang budak, maka ia
harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
c. Ketika Islam diperkenalkan agama ini tak tertandingi, benih ditanam
tercipta sebuah pohon yang terus tumbuh dengan kebajikan tak terbatas dan
produk yang tak ternilai. Berikut adalah penjelasan tentang makna spiritual
dari Puasa Islam:
Cinta yang tulus: karena ketika ia mengamati Puasa dia melakukannya karena
kasih yang mendalam bagi Allah. Dan orang yang mengasihi Allah benar-benar
adalah orang yang benar-benar tahu apa itu cinta.
5. Haji Cinta
Cinta itu rindu. Dana rindu adalah keingina untuk bertemu . haji adalah aksi
menyikapi kerinduan akan sebuah perjumpaan dengan Tuhan. Haji adalah
kunjungan ( azziyaaarotu) sama dengan umroh , mengunjungi kekasih hati yang
Maha Meliputi, meninggalkan segala macam bentuk kekasih semu yang hanya
menipu. Haji adalah wujud pengorbana cinta yang paling komprehensif. Haji juga
meliputi pengorbanan waktu demi untuk dapat bertemu sebagaimana dengan
sholat 5 waktu. Ihram adalah wujud puasanya. Dengannya diharamkan beberapa
hal. Haji melengkapinya dengan pengorbana nyawa yang dipertaruhkan dalam
mengarungi perjalanan. Sama dengan berjihad berperang di jalan Allah. Itu berupa
orang yang meninggal dalam kondisi berihram,dikuburkan bersama kain
ihramnya.
“Sembahlah Allah SWT seolah kamu melihat-Nya, dan bila tidak mampu,
yakinlah bahwa IA melihatmu”
(HR.Muslim)
Dalam perspektif cinta, ihsan itu adalah kondisi penjiwaan cinta tingkat tinggi.
Dimana seseorang selalu merasa dekat dengan yang dicintainya, walaupun jauh secara
fisik. Ihsan adalah puncak kemurnian cinta, ketulusan, dan kesadaran. Ibnu Ataillah
menyatakan barang siapa yang mnghadap Allah tanpa ihsan (kesadaran cinta murni)
maka ia akan diombang ambingkan dengn berbagai macam ujian (Ataillah, 2010:
153). Singkat kata, ihsan adalah akhlak mulia terhadap Allah SWT dan kepada sesama.
Akhlak mulia kepada Allah SWT dalam membangun persepsi terhadap zat-Nya,
kebijakan-Nya, dan dalam berinteraksi dengan-Nya, secara ritual mauun secara
spiritual.
Akhlak mulia kepada sesama haruslah didasari oleh akhlak mulia kepada
Allah SWT. Tanpanya, maka akan menjadi cacat, pincang dan sesat. Itulah
atheisme yang sebenarnya. Atheisme secara fakta sosial memang ada, akan tetapi
secara sains tidaklah diakui keberadaannya. Menurut hasil riset genetika,
neurosains, dan psikologi, yang dilakukan oleh Dean Hammer, menyimpulkan
salah satunya bahwa “kepercayaan kepada tuhan adalah hal yang diturunkan
secara genetik” (Pasiak, 2012: 299-300). Artinya bahwa setiap manusia terlahir
memiliki program ketuhanan yang telah diinstall dalam dirinya sebelum pengaruh
pengaruh eksternal mengubahnya, persis sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Al-A’raf : 172.
Maka dari itu Allah SWT dan Rasulullah SAW. Didalam Al-Qur’an
maupun hadist hadistnya tidak ditemukan sama sekali pernyataan tentang
atheisme dan senantiasa mengkaitkan perubahan dengan keimanan. Iman, Islam
dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Masing masing
menjadi pelengkap bagi yang lainnya. Hubungan yang saling terkait dan tidak
dapat terpisahkan antara tiga komponen tersebut.
Islam adalah ekspresi pengorbanan cinta dan iman dalam wujud komitmen
kesetiaan dan ketaatan, keterikatan hubungan, peduli berbagi, empati, kerinduan akan
sebuah pertemuan dan persatuaan.
Ihsan adalah output dan capaian dari iman dan islam, baik secara spiritual mupun
sosial. Ia adalah model ibadah cinta, persaksian dan kemaslahatan.