Anda di halaman 1dari 12

“Karakteristik Islam di Indonesia”

Dosen Pengampun : Dr. Ade Kosasih M. Ag

Nama : Putri Effendi


NPM : 170610220071
Fakultas: Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Padjadjaran
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas Padjajaran.

Penulisan jurnal ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Adapun tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara.

Demikian, semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri
umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum .


Daftar isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………… I
Daftar Isi …………………………………………………………………… II
BAB I Pendahuluan
I.I Latar Belakang ………………………………………………… 1
BAB II Pembahasan
II.I Pengertian Islam Menurut Ajaran ……………………….……. 2
II.II Kedatangan Islam ke Indonesia ………………………………. 3
II.III Variasi Agama Islam di Indonesia ……………………………3
II.IV Karakteristik Ajaran Islam……………………………………5
II.V Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayan…… 7
BAB III Penutup
III.I Kesimpulan ………………………………………………… 8
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 9
BAB 1
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Setiap sesuatu pasti memiliki karakterisktik, seperti makhluk hidup, benda mati,
bahkan agama juga pasti mempunyai karakterisktik. Lalu apa itu karakteristik? Menurut
Kamus Besar Indonesia (KBBI) karakteristik merupakan sebuah adjektiv yang berarti
mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Agama islam adalah agama wahyu yang terakhir, diturunkan demi kepentingan umat
manusia melalui Rasulullah SAW. Sebagai agama terakhir, Islam merupakan agama yang
universal. Keuniversalan tersebut, antara lain Islam memenuhi unsur-unsur sebagai agama
dunia (universal) dan agama kemanusiaan.Yang dimaksud dengan Islam merupakan agama
yang universal yaitu, agama yang pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu
tertentu. la sesuai untuk semua golongan manusia. Keuniversalan Islam pertama sekali
kelihatan pada konsep tauhid yang menjadi sendi ajarannya.
Setiap ajaran agama pastilah mempunyai karakteristik ajaran-ajaran yang
membedakannya dari agama-agama lainnya. Ajaran Islam sudah pasti mempunyai
karakteristik yang berbeda pula dengan agama lain. Banyak orang yang mengenal Islam
hanya dari luarnya saja dan mereka menilai bahwa Islam itu Taqlid. terorisme, radikal dan
lain-lain. Yang mana itu sangat bertolak belakang dari ajaran agama Islam itu sendiri.
BAB II
Pembahasan

II.I Pengertian Islam Menurut Ajaran


Secara etimologi, kata islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, Yuslimu
Islaman yang berarti keselamatan. Kata ini juga bias dibentuk dari tiga susunan huruf yaitu
sin, lam, dan mim. Dalam Al-Qur’an kata-kata yang dibentuk dari huruf tersebut memiliki
banyak makna yaitu :
1. As-salmu yang berarti damai yang termaktub dalam Al-Qur’an surah Anfaal:61

‫ُوا لِلس َّْل ِم فَا َج ْنحْ لَها َ َوتَ َو َّك َل َعلَى آهَّلل ِ إنَّهُ هُ َو آا َّس ِمي ُع ْآل َعلِ ِيم‬
ْ ‫َواِن َجنَح‬

Terjemah : “ Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya dialah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui “.[1]
2. Aslama yang bermakna pasrah terdapat pada Al-Qur’an An-Nisa ayat 125, yang artinya
adalah “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
diri kepda Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.[2]
3. Saliim sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Asy-Syu’ra ayat 89
4. Salamun yang berarti selamat, yang berada dalam Al-qur’am Surah Maryam ayat 47.
Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang
datang dari Allah SWT,. Bukan dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad
SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk
menyebarkan ajaran islam terssebut kepada umat manusia. Dalam proses ajaran islam, nabi
terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh prakteknya. Namun
keterlibatan inni masih dalam batas-batas yang dibolehkan tuhan. Dengan demikian, secara
istilah islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.[3]
Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan
manusia dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hala
demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah
SWT.
Selanjutnya dilihat dari segi ajarannya, Islam adalah agama yang sepanjang srejarah
manusia. Agama dari seluruh nabi dan rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT., pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi Adam as, Nabi
Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan nabi Isa as. Hal demikian dapat
dipahami dari yat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa nabi
tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Namun demikian perlu ditegaskan,
bahwa meskipun para nabi tersebut telah meyatakan diri, akan tetapi agama yang mereka anut
itu bukan bernama agama islam. Misi agama yang mereka anut adalah islam, tetapi agama
yang mereka bawa namanya dikaitkan dengan nama daerah atau nama penduduk yang
menganut agama tersebut. Agama yang dibawa oleh Nabi Isa as misalnya, meskipun misinya
penyerahan diri kepada Allah (Islam), tetapi nama agama tersebut adalah Kristen, yaitu nama
yang dinisbahkan kepada Yesus Kristus sebagai pembawa agama tersebut, atau agama
Nasrani, yaitu naama yang dinisbahkan kepada tempat kelahiran Nabi Isa, yaitu Nazaret.
II.II Kedatangan Islam ke Indonesia
Di Indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama islam,
budaya nya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Sejarah masuknya islam
awalnya di bawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab dan Persia. Sambil
berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh
indonesia.
Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke indonesia di abad ke 7 atau 8, karena
pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar selat Malaka.Selain pedagang ada
juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di tanah jawa yang di lakukan oleh para
walisongo. Mereka lah sang pendakwah dan sang ulama yang menyebarkan islam dengan
cara pendekatan sosial budaya.
Di jawa islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan di temukannya makam
Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Di Mojokerto juga telah di temukannya ratusan
makam islam kuno. Di perkikan makam ini adalah makam para keluarga istana Majapahit.
Di kalimantan, islam masuk melalui pontianak pada abad 18. Di hulu sungai Pawan,
kalimantan barat di temukan pemakaman islam kuno. Di kalimantan timur islam masuk
melalui kerajaan Kutai, di kalimantan selatan melalui kerajaan banjar, dan dari kalimantan
tengah di temukannya masjid gede di kota Waringin yang di bangun pada tahun 1434 M. Di
sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.
II.III Variasi Agama Islam di Indonesia
Tibanya Islam di kepulauan ini memiliki dampak-dampak yang beragam bagi
komunitas-komunitas lokal tergantung konteks historis dan sosial dari wilayah tempat
kedatangannya. Di beberapa bagian dari Nusantara, kota-kota bermunculan akibat para
pedagang Muslim mendirikan tempat permukiman di sana. Namun di wilayah-wilayah lain,
Islam tidak pernah menjadi agama mayoritas, kemungkinan karena letaknya jauh dari
rute-rute perdagangan yang penting (seperti wilayah Indonesia timur yang terletaknya jauh
dari jalur dagang utama, bahkan terletaknya di semacam 'kekosongan ekonomi'). Sementara
itu, di wilayah-wilayah yang memiliki pengaruh kuat dari kebudayaan animisme atau
Hindu-Buddha, penyebaran agama Islam diblokir oleh kebudayaan-kebudayaan yang telah
ada (seperti di wilayah Bali yang didominasi kebudayaan Hindu sampai saat ini) atau agama
Islam jadi bercampur dengan sistem-sistem kepercayaan (animisme) yang sudah ada
(contoh-contohnya masih bisa ditemukan di Jawa Tengah).
Sejak terbitnya buku (terkemuka) Clifford Geertz berjudul 'The Religion of Java'
(diterbitkan pada tahun 1960), para ilmuwan cenderung membagi komunitas Islam Jawa
(kelompok Muslim terbesar di Indonesia) di dalam dua kelompok:
• Abangan; mereka adalah umat Muslim tradisionil yang berarti mereka masih menerapkan
dogma-dogma agama tradisional Jawa; yang mencampurkan ajaran Islam dengan agama
Hindu, Buddha, dan animism. Anggota dari kelompok ini umumnya bertempat tinggal atau
berasal dari wilayah pedesaan.

• Santri; kelompok ini bisa disebut sebagai umat Muslim ortodoks. Mereka umumnya
bertempat tinggal atau berasal dari wilayah perkotaan dan lebih berorientasi pada mesjid dan
Al-Quran.
Geertz sebenarnya juga menyatakan ada kelompok ketiga, yaitu priyayi (kelompok
bangsawan tradisional), namun karena ini merupakan kelompok kelas sosial dan bukan
kelompok agama, maka kelompok priyayi ini tidak kami masukkan dalam pembagian
masyarakat di atas.
Penyebaran Islam di Indonesia seharusnya tidak dipandang sebagai proses yang cepat
dan yang berasal dari satu asal atau sumber saja. Sebaliknya, lebih tepat kalau dipandang
sebagai proses yang didorong beberapa gelombang Islamisasi yang sangat berkaitan dengan
perkembangan internasional dalam dunia Islam; sebuah proses yang terus berlanjut sampai
dengan hari ini. Seperti yang telah dijelaskan di atas, para pedagang Muslim yang datang ke
wilayah kepulauan ini pada abad-abad pertama era Islam bisa dianggap sebagai gelombang
pertama. Gelombang kedua juga sudah kami sentuh di atas, yaitu pendirian kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara (dan setelah raja masuk agama Islam, rakyatnya biasanya mengikutinya).
Topik ini dibahas jauh lebih terperinci di bagian sejarah prakolonial Indonesia.
Dua gelombang reformasi penting lainnya yang bertujuan untuk mengembalikan
kemurnian Islam - seperti yang diterapkan pada masa Nabi Muhammad - adalah gerakan
Wahabi dan gerakan Salafi. Kedua gerakan ini datang dari jauh: gerakan Wahabi datang dari
Arab dan mulai memberikan pengaruh di wilayah kepulauan ini sejak awal abad ke-19,
sementara gerakan Salafi datang dari Mesir pada akhir abad ke-19. Kedua gerakan ini
memiliki dampak yang sangat kuat dalam proses penyebaran agama Islam ortodoks di
Nusantara.
Perkembangan penting lainnya di proses Islamisasi di Indonesia adalah pembukaan
Kanal Suez pada tahun 1869 yang mengimplikasikan - karena perjalanan ke Mekah menjadi
lebih mudah - adanya lebih banyak peziarah antara Indonesia dan Mekkah. Hal ini
menyebabkan semakin intensifnya komunikasi Indonesia dengan pusat-pusat agama di Timur
Tengah.
Kendati begitu, gelombang-gelombang Islamisasi juga menyebabkan ketegangan dan
perpecahan di dalam komunitas Islam Indonesia karena tidak semua orang setuju dengan
kedatangan gerakan Islam ortodoks. Contohnya, perbedaan antara komunitas modernis
(santri) dan komunitas tradisionalis (abangan) disebabkan karena reaksi komunitas
tradisionalis melawan gerakan reformasi di abad ke-19. Perbedaan ini masih tampak dalam
dua organisasi Islam yang paling berpengaruh di Indonesia pada saat ini. Muhammadiyah,
sebuah organisasi sosial yang didirikan pada tahun 1912 di Jawa, mewakili komunitas Islam
modernis yang menolak Islam Jawa yang mistis (tradisional). Pada saat ini, kelompok ini
memiliki sekitar 50 juta anggota. Sebagai reaksi atas pendirian Muhammadiyah, para
pemimpin tradisional Jawa mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Para anggota
NU masih dipengaruhi oleh elemen-elemen mistis sebelum kedatangan agama Islam. Para
pemimpin NU juga cenderung lebih toleran pada agama-agama lain. Jumlah anggotanya saat
ini mencapai 90 juta orang.
II.IV Karakterisitik Ajaran Islam
Membedakan antara satu dan lainnya. Disimpulkan bahwa ajaran Islam adalah sifat,
watak dan keadaan yang melekat pada ajaran Islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali
dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran Islam tersebut.
Beberapa karakteristik dalam ajaran Islam, sebagai berikut;

1. Karakteristik Komprehensif

Komprehensif berarti menyeluruh. Di dalam Bahasa Arab, sifatnya disebut dengan


sifat al-syumuliyah. Karakteristik atau ciri khas komprehensif ini, bisa dilihat dari kedudukan
atau nazir, yaitu perbandingan agama-agama samawi lainnya. Sebagaimana kita ketahui,
bahwa agama samawi sebelum Rasulullah datang membawa Islam, dibawa oleh para nabi
yang lain. Intinya tetap satu, yaitu tauhid (mengesakan Allah).

Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. berkaitan dengan seluruhnya, yakni
ajaran Islam berkaitan dengan Akidah, Islam berkaitan dengan akhlak, Islam berkaitan
dengan sosial, ekonomi, politik, ketatanegaraan, kekeluargaan, kebudayaan, peradaban, dan
lain sebagainya (Nasution, 2013). Maka dari itu, komprehensif dalam ajaran Islam mencakup
berbagai aspek kehidupan manusia, dan bersifat menyeluruh atau menyempurnakan
ajaran-ajaran agama samawi sebelum Islam (Nata, 2011).

Allah swt. Berfirman dalam surat al-Maidah ayat 3

ِ ‫ا ْليَ ْو َم َأ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬


ْ ‫ض ْيتُ لَ ُك ُم اِإْل‬
‫ساَل َم ِد ْينًا‬

Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.

Firman Allah tersebut, menjelaskan, Allah telah menyempurnakan agama Islam, Allah telah
mencukupkan nikmat kepada kita semua, dan Allah menetapkan agama Islam, sebagai agama
bagi kita semua.

2. Karakteristik Kritis

Islam bersifat kritis. Karakteristik tersebut, bisa kita lihat dari sisi kependudukan
ajaran Islam yang memiliki ciri lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran-ajaran samawi yang
turun sebelum ajaran Islam. Dengan kedudukan itu, maka ajaran Islam berpedoman kepada
sumber, yaitu al-Quran dan al-hadis, yang menjadi konektor terhadap berbagai kekeliruan dan
penyimpangan yang telah diperkuat para penganut agama agama sebelum Islam. Kekeliruan
ini contohnya seperti berkaitan dengan doktrin ketuhanan, berkaitan dengan ajaran kitab
sucinya, dan berkaitan dengan hal-hal yang lainnya. Maka keadaan menyimpang seperti ini
dapat kita lihat berasal dari penjelasan al-Quran.

Allah Swt. berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 209:


‫فَاِنْ َزلَ ْلتُ ْم ِّم ۢنْ بَ ْع ِد َما َج ۤا َء ْت ُك ُم ا ْلبَيِّ ٰنتُ فَا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ هّٰللا َ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬

Artinya: Tetapi jika kamu tergelincir setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepadamu,
ketahuilah bahwa Allah Maha-perkasa, Mahabijaksana. Ajaran Islam ini sudah sampai
kepada kita, apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Kemudian kita menyimpang dari ajaran
ini, maka Allah swt. Maha mengetahui lagi maha perkasa dan maha bijaksana.

3. Karakteristik Humanis

Dalam karakteristik ajaran Islam, humanis menjelaskan tentang kemanusiaan.


Humanis terlihat dari upaya ajaran Islam itu sendiri terhadap perlindungan hak asasi manusia.
Sebagaimana kita bisa lihat dari sisi visi dan misi serta tujuan ajaran Islam, bahwa tujuan
agama Islam salah satunya, menyejahterakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Tidak hanya menyejahterakan kehidupan dunia atau akhirat saja, melainkan juga
menyejahterakan urusan dunia dan akhirat, baik sifatnya jasmani dan rohani, individual atau
sosial, lahir atau batin, dan tidak hanya bersifat lokal, nasional dan regional melainkan juga
bersifat internasional. Selain itu, karakteristik humanis ini bertujuan untuk memelihara dan
melindungi hak-hak asasi manusia.

Dalam fikih, terdapat maqosid al-syar’iyah, yaitu: Hifz al-Nafs yaitu menjaga jiwa.
Menjaga nyawa diri seseorang, ini termasuk di dalam hak asasi manusia. Hifzu Ad-Diin
menjaga agama. Hifz al-Aql yaitu akal untuk berpikir seseorang di bebaskan selama ada
batasannya dalam syariat. Kemudian ada, Hifz al-Nasl hak untuk memiliki keturunan. Dan
terakhir Hifz al-Mal untuk menggunakan harta seseorang. Dalam hal ini, karakteristik Islam
yang bersifat humanis yakni, Islam menjaga hak-hak asasi manusia.

4. Karakteristik Toleransi

Islam sangat menghormati agama lain, sekalipun Allah swt tidak meridai agama lain
selainnya. Namun karakteristik toleransi, mengajarkan bahwa Islam tidak pernah
mengolok-olok agama lain. Islam membangun toleransi terhadap agama-agama yang
serumpun maupun tidak. Karakteristik ajaran Islam tidak hanya bersifat teori melainkan juga
tertulis di dalam kitab sucinya, dan umat Islam memperaktekan ajaran-ajaran tersebut dalam
kehidupan. Dahulu Islam menguasi negeri Spanyol, India dan lain sebagainya (Nata, 2011).
Alhasil, Islam memiliki sifat toleransi dari pengalaman kekuasaan dan pemerintahan di negri
bukan mayoritas muslim.

5. Karakteristik Rasional

Ajaran Islam yang terdapat di dalam al-Quran maupun hadis, selalu memuat tentang
perintah perintah dan larangan-larangan Allah Swt. Maka dengan menjalankan perintah Allah
dan rasulnya, manusia akan mendapatkan ketenangan jiwa, kehidupan yang lurus, dan bisa
berakhlak mulia kepada sesama dan kepada Tuhannya (Nata, 2011) . Adapun
larangan-larangan Allah Swt. Seandainya kita melaksanakan, maka akan merugikan diri
sendiri dan orang lain.

Contoh; Saat seseorang mabuk, ia akan merugikan diri dan orang sekitarnya. Hal itu
menyebabkan hilangnya akal seseorang; berbicara tak karuan;memukuli bahkan hal tidak
baik lainnya. Maka karakakteristik ajaran Islam ini, bersifat rasional. Artinya, jika kita
menjalankan perintah Allah Swt. akan mewariskan atau melahirkan ketenangan jiwa,
kemudian ketika melanggar larangan Allah Swt. Itu justru akan merugikan diri sendiri dan
merugikan orang lain.

II.V Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan


Turunnya ayat al-Qur’an ini menandai berakhirnya pemberian wahyu Allah kepada
nabi Muhammad dan sekaligus merupakan deklarasi pembangunan kebudayaan Islam dengan
bimbingan wahyu secara langsung dan menggunakan mekanisme asbabun nuzul yang telah
paripurna.
Dalam memaknai kebudayaan Islam, sangat perlu kita melihat kebudayaan Islam
yang memiliki karakteristik khas yang membedakan antara kebudayaan Islam dan
kebudayaan di luar Islam. Karakteristik khas kebudayaan Islam ini dapat dijadikan sebagai
informasi yang valid.

Siti Maryam menyebutan dalam buku Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
Hingga Modern, bahwa karakteristik khas kebudayaan yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw meliputi empat hal berikut ini:

1. Kebudayaan Bernafaskan Tauhid.

Kebudayaan ini merupakan manifestasi hasil akal budi manusia atau moralitas dan
rasionalitas yang selanjutnya menjelma menjadi sebuah kenyataan tatanan sosial, baik materi
dan non materill yang tidak akan pernah keluar dari nilai-nilai tauhid.

Pinsip ini sangat penting sebagai landasan ketika ingin melihat sebuah kebudayaan
yang sudah dihasilkan umat manusia. Sehingga ada bentuk ketegasan apakah hasil usaha
manusia itu masuk dalam kategori kebudayaan Islam atau kebudayaan diluar Islam

2. Kebudayaan Islam Berlandaskan Rahmatan lil ‘Alamin

Kebudayaan tersebut merupakan hasil buah pikir dan pengolahannya yang


bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia (rahmatan lil ‘alamiin).
Kebudayaan Islam tidak sejalan dengan tiga hal tersebut akan berakibat sebuah kerusakan
dan segala bentuk eksploitasi manusia dan alam. Rumusan ini dapat dilacak dari pernyataan
Allah yang menjelaskan kepada manusia bahwa kerusakan yang ada di bumi bukan lain
karena ulah tangan manusia.

Dengan berlandaskan hal tersebut, maka kebudayaan yang lahir setelah era
keIslaman belum tentu menjadi bagian dari kebudayan Islam. Karena tolak ukurnya ialah
kontribusi atau kemanfaatan produk kebudayaan bagi umat manusia.

3. Kebudayaan Islam tidak Bertentangan dengan Nash al-Qur’an dan as-Sunnah


Setiap kebudayaan yang lahir harus selaras dengan nilai-nilai al-Qur’an dan Sunah
Rasul, mulai dari proses perumusan hingga pengembangan kebudayaan. Sebab dua dasar
hukum dalam Islam tersebut merupakan sumber inspirasi dan rujukan kebudayaan Islam.

4. Kebudayaan Islam tidak Bertentangan dengan Fitrah Manusia.

Kebudayaan yang bernafaskan Islam harus menjangkau dua kehidupan, yakni


kehidupan dunia dan akhirat. Karakteristik ini menempatkan manusia sebagai faktor yang
sangat penting dalam pengembangan kebudayaan Islam. Sehingga tidak dapat dikatakan
sebagai kebudayaan Islam meski dikembangkan oleh orang Islam sendiri, jika pada
kenyataannya hanya menekankan satu aspek saja, sehingga nantinya justru sangat merugikan
manusia.

BAB III
Penutup
III.I Kesimpulan
Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada
wahyu yang datang dari Allah SWT,. Bukan dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi
Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah
untuk menyebarkan ajaran islam terssebut kepada umat manusia.
Selanjutnya dilihat dari segi ajarannya, Islam adalah agama yang sepanjang srejarah
manusia. Agama dari seluruh nabi dan rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT., pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi Adam as, Nabi
Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan nabi Isa as. Hal demikian dapat
dipahami dari ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa nabi
tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Namun demikian perlu ditegaskan,
bahwa meskipun para nabi tersebut telah meyatakan diri, akan tetapi agama yang mereka anut
itu bukan bernama agama islam. Misi agama yang mereka anut adalah islam, tetapi agama
yang mereka bawa namanya dikaitkan dengan nama daerah atau nama penduduk yang
menganut agama tersebut.
Daftar Pustaka
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/12/makalah-karakteristik-ajaran-islam.ht
ml
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/agama/islam/item248?

https://majalahnabawi.com/karakteristik-ajaran-islam/
https://bincangmuslimah.com/kajian/empat-karakteristik-kebudayaan-islam-yang-diba
wa-rasulullah-32583/

Anda mungkin juga menyukai