Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN ISLAM IMAN DAN IHSAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Tauhid

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. Halimatus Sakdiyah
2. Suci Wulandari
3. Syfa Rahma siregar
4. Wulan Purnama Sari

DOSEN PENGAMPU:
Salman, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYYAH
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dengan judul Hubungan
Islam, iman dan ihsan Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Ibu dosen Mata Kulliah
Tauhid yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, 8 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Defenisi Islam, Iman dan Ihsan ................................................................ 2
B. Posisi Islam, Iman dan Ihsan .................................................................... 6
C. Hubungan Islam, Iman dan Ihsan ............................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan adalah tiga konsep sentral dalam
agama Islam yang membentuk landasan kepercayaan, praktik keagamaan, dan
etika spiritual seorang Muslim. Mereka tidak hanya merupakan prinsip-prinsip
dasar ajaran Islam, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dan saling
melengkapi dalam kehidupan sehari-hari serta dalam berinteraksi dengan
masyarakat.
Pembahasan tentang hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan menjadi
penting dalam pemahaman bagaimana seorang Muslim diharapkan untuk
menjalani kehidupan mereka secara holistik, dengan kesadaran tentang Allah
dan tanggung jawab moral mereka dalam masyarakat. Dalam pembahasan ini,
kita akan menggali lebih dalam bagaimana ketiga konsep ini berinteraksi dan
saling mendukung dalam membentuk hidup bermasyarakat yang baik dan
bermakna dalam konteks agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Defenisi tentang Islam, Iman dan Ihsan?
2. Bagaimanakah Posisi Islam, Iman dan Ihsan?
3. Bagaimana Hubungan antara Islam, Iman dan Ihsan?

C. Tujuan
1. Untuk mengertahui Defenisi tentang Islam, Iman dan Ihsan
2. Untuk mengertahui Posisi Islam, Iman dan Ihsan
3. Untuk mengertahui Hubungan antara Islam, Iman dan Ihsan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Islam, Iman dan Ihsan
1. Pengertian Islam
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara
kebahasaan berarti 'Menyelamatkan'. beberapa istilah terpenting dalam
pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim.1 Kesemuanya
berakar dari kata Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik
lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna "untuk menerima,
menyerah atau tunduk".
Boleh juga dikatakan bahwasanya islam mempunyai dua pengertian:
a. Pertama, mengaku dengan lidah, yang dengan pengakuan itu,
terpeliharalah darah walaupun hati tidak membenarkan.
b. Kedua, mengaku dengan lidah, membenarkan dengan hati,
mengerjakan dengan anggota, menyerahkan diri kepada allah ,serta
menerima ketetapan-ketetapan-Nya dengan ridla dan suka hati. Inilah
ma’na yang benar-benar dimaksudkan.2

ََ ‫ ِف ىَََل َخَى َو ى َ َ َ مف ى ِ م َم‬،َ ِ‫َع ى ََْم‬ َ َِ‫َْىَ ِىع‬ ِ ‫َََدىىخَِب‬ ‫َهَى م‬:ََ ‫َعلَىىفَخَ َذ َيهِى َىَ ََاَى‬
َ‫ َف ى ىََ ملَِبَ ِشَََ َِى ى َىال َخَِبَ ِشَإََََّاَى ىىَََََّإَم م ََاِبَش‬،َ ِ‫َم‬:َ ‫صى ىىلفَم َعللى ىىََافى ىىل‬
َ ‫مََدىىخمَ َ مفى ِ م َم َ ََاَمَوى ِىل َ َما ىََََ َاَمى ِىِتََََماكَى ََ ََاََ م ى ِ َلَ َ َ َ ى َشَََ َاََتمى‬
ََ‫َفبَِل‬ َ َ ‫ماِبىلتَََّ َشَمفتَطَع‬
َ َ‫تََّاَِل‬
َ ِ ِ َ َِ
Artinya: (“Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”,
maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada Illah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan dan pergi haji jika mampu“). (HR.
Muslim)

1
Muhammad Asroruddin Al Jumhuri. Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas
Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah. (Jakarta: Deepublish, 2015), hlm. 1.
2
Nurul Irfan, Fiqh jinayah. (Jawa Timur: Amzah, 2022), hlm. 74.

2
2. Pengertian Iman
Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan
dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal
dari kata Aaman-Yu’minu-Iimaanan artinya meyakini atau mempercayai.3
Iman, ialah: “tashdiq yang benar dan teguh yang disertai oleh ketundukkan
jiwa menerima dan menyerah “. Tanda-tandanya yang tidak terlepas dari
padanya, ialah: mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang di kehendaki oleh
akuan jiwa itu.
Dengan ibarat yang lain boleh kita katakan iman,ialah : ketundukan
ruh (jiwa) kepada kebenaran dan mengakui benarnya kebenaran itu.
Dan tunduk hati itu tidaklah berhasil jika belum terkumpul:
a. membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi)
b. mengakui dengan lidah (iqrar lisani) dan
c. mengerjakan dengan anggota (amal rukni)
Iman pula berasal daripada kata dasar al-amn yang berarti aman
yaitu tiada rasa takut. Pengertian iman dari segi istilah ialah mempercayai
Allah SAW dan rasul-Nya dengan pengucapan lidah dan kepercayaan
dalam hati tanpa rasa syak dan ragu.
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa
amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi
dgn ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah .

َََ َ‫َِبَ ِشََمى ى ِىِتَ َََِْى ى ََ َاَ ََئَ َكتَ ى َىَ ََامَتمبَ ى َىَ ََام مف ىىل‬:َ َ ‫َِىَ ى َشَ َى ى‬،َ ِ‫َعى ى ََْم‬
َ َِ‫ََْ ِع‬
ِ ‫خَى ىِب‬
َ‫َْ َِْيهََا َشِّره‬ َ َ َ َ َ
َ َ ‫َاماِلَى ِ لَمآلْ َر ََاَمى ِِت ََِْ اِ َو َخ‬
Artinya: (“Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau
bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan
hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk“). (HR. Muslim)

Supaya kita terhindar dari hal-hal yang dibenci oleh Allah maka
harus beriman kepada Allah dengan mengamalkan rukun iman.

3
Ibid, hlm. 76

3
Supaya iman kita tidak goyah dan rusak maka harus dihindari sifat-
sifat sebagai berikut:
c. Sifat munafik, yaitu orang yang pada lahirnya menunjukkan beriman,
tetapi dalam batinnya tidak percaya sedikitpun. Mereka adalah
manusia yang berpura-pura, mereka yang sikap lahirnya berbeda
dengan sikap batinnya merasa lebih kuat dan takut pada kenyataan.
d. Sifat Fasik, yaitu keluar dari jalan yang benar atau durhaka atau orang
yang melanggar aturan Allah.
e. Sifat kafir, yaitu tidak adanya pengakuan terhadap Allah dan
Rasulnya.
f. Sifat murtad, yaitu orang yang keluar dari agama Islam dalam keadaan
berakal dan sadar.
g. Sifat riya, yaitu sifat yang melakukan sesuatu amal perbuatan untuk
mencari pujian atau sanjungan dari orang lain.
h. Sifat takabur, yaitu sikap yang merasa dirinya lebih pintar, lebih tinggi,
memandang orang lain lebih kecil dan rendah.4
3. Pengertian Ihsan
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan”
atau “terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang
yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak
mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan
bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Menurut Imam
Nawawi, ihsan akan mendorong seseorang agar sentiasa ikhlas dalam
beribadat dan mengerjakan ibadat karena Allah SWT semata-mata.
Ar-Raghib Al-ashfahanii dalam kitab Al-Mufradat berkata: “ihsan
diartikan dengan dua arti:
a. Pertama, memberikan ni’mat (kebajikan) kepada orang lain.
b. Kedua, mengetahui dengan baik sesuatu pengetahuan dan mengerjakan
dengan baik sesuatu perbuatan.

4
Dedi Wahyudi, Pengantar akidah akhlak dan pembelajarannya. (Bandung: Lintang
Rasi Aksara Books, 2017), hlm. 15

4
َْ‫َِبَ ِشَََى ِعبمى َىخَم ََ ََِبَك ى َ َََى َىرمهمَخَىَ ِشَ َنَََِ مكى ِى‬:ََ ‫ ِا َ ى ََش َ َى‬،َ ِ‫َع ى ََْم‬
َ َِ‫ََْ ِع‬ِ ‫خَىِب‬
ََ ‫ََىَرمهمَخََكَمَهَىَر‬
‫مك‬
Artinya: (“Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau
bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”).5

Ihsan itu, lebih lengkap dari memberikan ni’mat. Allah


memerintahkan kita para hamba berbuat adil dan ihsan. Dari perintah itu
dipahamkan bahwaanya ihsan, lebih tinggi dari adil.
Adil, ialah: “memberikan hak orang yang ada pada kita dan
mengambil dari orang apa yang menjadi hak kita”. Adapun ihsan, ialah:
“memberi lebih banyak dari yang semestinya dan mengambil lebih kurang
dari yang semestinya”. Ihsan lebih tinggi dari adil, karena itulah adil
diwajibkan, sedang ihsan dalam pengertian ini, tidak diwajibkan.
Demikianlah pengertian ihsan menurut lughah.
Dalam suatu hadits nabi s.a.w bersabda:

َِّ ‫َعل ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى َىفَ مَى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى‬ َ ‫مَشَم َ ََتَى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى‬


َ ‫َمإ ِا َ ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى َش‬ َ َ
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫َش ِيء‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan atas
segala sesuatu”.6

Maka pahamkanlah, bahwasanya allah mewajibkan ihsan dalam


segala perbuatan kita yang kita hadapkan kepada allah, baik amalan hati,
maupun amalan jawarih. Pokok modal dari ihsan ialah: ikhlas. Jalan yang
menghasilkan ikhlas, ialah: menganggap bahwa kita dikala sedang
beribadat, berdiri dihadapan Allah, kita melihat dan kita memandang akan
dia, kita dengar pembicaraanya. Hal yang demikian ini menyebabkan kita
berdaya upaya mengkhusyu’kan diri dan membaguskan pekerjaan yang
kita lakukan. Atau mengerjakannya dengan segala kepandaian dan
kecakapan yang ada pada kita. Inilah jalan yang pertama.
5
Ibid, hlm. 21
6
Ibid, hlm. 21

5
Jika jalan ini tak dapat kita tempuh, hendaklah kita tempuh jalan
yang kedua, yaitu: hendaklah kita berperasaan bahwasanya Allah melihat
dan memandang segala gerak-gerik kita, satupun tak ada yang luput dari
penglihatannya. Dengan uraian ini tegaslah bahwasanya ihsan, adalah
ikhlas dan ikhlas itu adalah jiwa kepercayaan (akidah dan jiwa ibadat
anggota sesuatu yang aqidah yang tidak berdasar ikhlas (ihsan) tidaklah
diterima.
B. Posisi Islam, Iman dan Ihsan
Posisi Iman, Islam, dan Ihsan adalah konsep fundamental dalam agama
Islam yang menggambarkan tiga aspek penting dalam kehidupan seorang
Muslim. Konsep ini dikenal sebagai "Tiga Prinsip Utama" atau "Tiga
Tingkatan Agama" dalam Islam. Berikut penjelasan singkat mengenai ketiga
konsep tersebut:
1. Iman (‫)إيمان‬:
Iman adalah tingkatan pertama dalam agama Islam. Ini merujuk
pada keyakinan seorang Muslim dalam aqidah atau doktrin Islam. Iman
mencakup keyakinan terhadap Allah, para malaikat, kitab-kitab suci
(seperti Al-Quran), para rasul dan nabi, hari kiamat, dan qadar (ketetapan
Allah). Iman adalah dasar dari agama Islam, dan setiap Muslim diharapkan
untuk memiliki keyakinan yang kokoh dalam aspek-aspek ini.
2. Islam (‫)إسالم‬:
Islam adalah tingkatan kedua dalam agama Islam. Ini mengacu
pada aspek praktis dari agama. Seorang Muslim diharapkan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
melaksanakan shalat, berpuasa selama bulan Ramadan, memberikan zakat,
dan melakukan ibadah lainnya. Islam mencakup tindakan dan perbuatan
yang sesuai dengan ajaran agama, dan melaksanakan perintah Allah.
3. Ihsan (‫)إحسان‬:
Ihsan adalah tingkatan ketiga dalam agama Islam. Ini adalah
tingkatan tertinggi dari ketakwaan dan keyakinan. Ihsan adalah tentang

6
melakukan segala sesuatu dengan penuh rasa takut kepada Allah, cinta
kepada-Nya, dan kesadaran akan kehadiran-Nya. Ihsan mengacu pada
kualitas spiritual dan moral seseorang, di mana seorang Muslim berusaha
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tulus, beribadah dengan
kualitas yang baik, dan menjalani hidup dengan prinsip-prinsip kebaikan,
kasih sayang, dan belas kasihan.7
Secara singkat, Iman adalah dasar keyakinan, Islam adalah amal
perbuatan, dan Ihsan adalah tingkat tertinggi dari kualitas spiritual dalam
agama Islam. Konsep ini mencerminkan tahapan dalam perjalanan keimanan
seorang Muslim, yang dimulai dengan keyakinan dalam hati (Iman),
dilanjutkan dengan pengamalan ajaran-ajaran agama dalam hidup sehari-hari
(Islam), dan akhirnya mencapai tingkat tertinggi dalam kehidupan spiritual
dengan beribadah dengan kualitas yang baik dan kesadaran Allah yang
mendalam (Ihsan).
Pandangan para ulama, atau cendekiawan agama Islam, dapat beragam
tergantung pada topik atau isu yang dibahas, aliran keagamaan yang mereka
anut, dan pemahaman masing-masing. Namun, ada beberapa pandangan
umum yang dapat diatributkan kepada para ulama Islam dalam konteks
keimanan, praktik agama, hukum Islam, dan masalah-masalah sosial.
Beberapa pandangan umum tersebut meliputi:
1. Keimanan (Aqidah):
a. Para ulama Islam umumnya mengajarkan pentingnya iman yang kokoh
dalam prinsip-prinsip dasar Islam, seperti kepercayaan kepada Allah,
para rasul, kitab-kitab suci, hari kiamat, dan qadar (ketetapan Allah).
b. Mereka menekankan pentingnya menjauhi syirik (penyekutuan Tuhan)
dan bid'ah (inovasi agama) dalam keimanan.

7
Indra Satia Pohan, Aqidah Akhlak Pada Madrasah. 9Medan: Umsu press, 2022), hlm. 7

7
2. Praktik Keagamaan (Ibadah):
a. Ulama Islam memandang pentingnya pelaksanaan ibadah sehari-hari,
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
b. Mereka mengajar tata cara melaksanakan ibadah sesuai dengan
tuntunan Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad sebagai sumber utama
ajaran agama.
3. Hukum Islam (Fiqih):
a. Para ulama memiliki peran penting dalam pengembangan dan
penafsiran hukum Islam, yang dikenal sebagai fiqih.
b. Mereka memahami hukum-hukum Islam dan memberikan pandangan
tentang bagaimana menerapkan prinsip-prinsip agama dalam konteks
sosial dan hukum.
4. Etika dan Moral:
Ulama Islam mendorong umat Islam untuk menjalani kehidupan
yang bermoral dan beretika tinggi. Mereka mengajarkan nilai-nilai seperti
jujur, kejujuran, kasih sayang, kerelaan, dan belas kasihan sebagai bagian
dari agama.
5. Pendidikan dan Penyuluhan:
a. Banyak ulama bekerja sebagai pendidik dan pengajar di lembaga-
lembaga pendidikan Islam, madrasah, dan universitas.
b. Mereka juga berperan dalam menyebarkan pengetahuan dan
pemahaman agama melalui khotbah, ceramah, dan publikasi.
6. Fatwa:
Para ulama sering kali memberikan fatwa (pendapat hukum Islam)
tentang masalah-masalah kontemporer, termasuk hukum-hukum terkait
pernikahan, ekonomi, dan isu-isu sosial lainnya.8
Pandangan para ulama bisa bervariasi antar individu dan aliran
keagamaan dalam Islam. Beberapa ulama lebih tradisional dalam pendekatan

8
Ibid, hlm. 13-17

8
mereka, sementara yang lain mungkin lebih inklusif atau progresif. Akhirnya,
pengaruh para ulama tergantung pada kredibilitas, pengetahuan, dan otoritas
mereka dalam masyarakat Islam.
C. Hubungan Islam, Iman dan Ihsan
Hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan dalam hidup bermasyarakat
adalah sangat penting dalam konteks agama Islam. Ketiga konsep ini saling
terkait dan membantu membentuk pandangan dan perilaku seorang Muslim
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam interaksi sosial dan kehidupan
masyarakat.9 Berikut adalah bagaimana ketiga konsep ini berhubungan:
1. Iman (Keyakinan):
a. Iman adalah dasar dari agama Islam. Ini mencakup keyakinan dalam
prinsip-prinsip dasar Islam, seperti kepercayaan kepada Allah, para
rasul, kitab-kitab suci, hari kiamat, dan qadar (ketetapan Allah).
b. Dalam hidup bermasyarakat, iman mendorong seorang Muslim untuk
memiliki keyakinan yang kokoh dalam nilai-nilai agama, yang dapat
membentuk karakter, moral, dan etika mereka.
c. Iman juga mengajarkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, dan
kerelaan dalam berinteraksi dengan sesama.
2. Islam (Praktik Agama):
a. Islam adalah tentang melaksanakan ajaran-ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Ini mencakup melaksanakan ibadah seperti
shalat, puasa, dan memberikan zakat, serta mengikuti hukum-hukum
Islam dalam transaksi sosial dan ekonomi.
b. Dalam konteks sosial, Islam mendorong tindakan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip keadilan, persaudaraan, dan kemanusiaan. Ini
mencakup perlakuan yang adil terhadap sesama, bantuan kepada yang
membutuhkan, dan menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.

9
Khulaisie, Rusdiana Navlia. "Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman Jiwa
Terhadap Konsep Insan Kamil." Reflektika, Vol. 11. Edisi 1 (2016): hlm. 39-57.

9
3. Ihsan (Keutamaan atau Kesempurnaan):
a. Ihsan adalah tingkat tertinggi dalam kualitas spiritual seorang Muslim.
Ini mengajarkan untuk beribadah dengan kualitas yang baik dan tulus,
serta menjalani hidup dengan kesadaran mendalam tentang kehadiran
Allah.
b. Dalam masyarakat, ihsan mendorong perilaku yang luar biasa dalam
hubungan sosial. Seorang Muslim yang menerapkan ihsan dalam
interaksi sosialnya akan menunjukkan kasih sayang, belas kasihan, dan
kerelaan yang tinggi terhadap orang lain.
c. Konsep ihsan juga memotivasi seorang Muslim untuk berkontribusi
positif dalam masyarakat, berbuat baik kepada orang lain, dan
berusaha untuk menciptakan kedamaian dan kebaikan dalam
masyarakat.
Dengan demikian, ketika seorang Muslim menggabungkan iman,
Islam, dan ihsan dalam hidupnya dalam masyarakat, mereka akan cenderung
menjadi individu yang memiliki keyakinan agama yang kokoh,
mempraktikkan agama dalam tindakan sehari-hari mereka, dan menciptakan
lingkungan sosial yang dipenuhi dengan nilai-nilai keadilan, kerelaan, kasih
sayang, dan kebaikan. Dengan demikian, Islam menjadi panduan bagi seorang
Muslim dalam cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitarnya dan dalam
berkontribusi positif pada masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam agama Islam, Islam adalah dasar yang harus diterima oleh
setiap Muslim, dengan Iman sebagai komponen utama yang menopangnya.
Dalam praktiknya, Iman membimbing bagaimana seorang Muslim menjalani
ajaran-ajaran agama, seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun, Ihsan
memberikan dimensi spiritual tambahan, memotivasi seorang Muslim untuk
beribadah dengan penuh rasa takut kepada Allah dan kasih sayang, serta
berkontribusi positif dalam masyarakat.
Hubungan antara ketiga konsep ini adalah bahwa mereka membentuk
tahapan dalam perjalanan keimanan seorang Muslim. Dari Iman sebagai
keyakinan dasar, melalui Islam sebagai praktik ibadah sehari-hari, hingga
mencapai tingkat tertinggi dalam Ihsan yang mengarah pada kesempurnaan
spiritual. Bersama-sama, ketiganya menciptakan landasan kuat bagi seorang
Muslim untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan mendalam dalam
masyarakat dengan penuh kesadaran akan Allah dan tanggung jawab moral
mereka.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah
yang kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
datang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Wahyudi, Pengantar akidah akhlak dan pembelajarannya. (Bandung:
Lintang Rasi Aksara Books, 2017)
Indra Satia Pohan, Aqidah Akhlak Pada Madrasah. 9Medan: Umsu press, 2022)
Khulaisie, Rusdiana Navlia. "Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman
Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil." Reflektika, Vol. 11. Edisi 1
(2016)
Muhammad Asroruddin Al Jumhuri. Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah Ulasan
Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah. (Jakarta:
Deepublish, 2015)
Nurul Irfan, Fiqh jinayah. (Jawa Timur: Amzah, 2022)

12

Anda mungkin juga menyukai