Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH
AGAMA
“Aqidah Islamiyyah”

DOSEN PENGAMPUH:

SYUKRI S.H M.H

OLEH KELOMPOK 5:

NOVRAMLI (2210005313022)
RINI RAMAIDA (2210005313024)

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG
THN 2022/2023
2

KATA PENGANTAR

‫ْــم‬
ِ ‫الر ِحي‬
َّ ‫مـه‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫ْــــم هللا‬
ِ ‫بِس‬
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas berkah

dan inayah-Nya penulisan makalah ini dapat dirampungkan. Sholawat dan salam dihaturkan

kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena perjuangan beliau kita dapat

menikmati iman kepada Allah SWT.

Dalam penulisan makalah “Manajemen konflik” dalam mata kuliah Manajemen

Keperawatan, diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat mendorong dan membantu

para mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang manajemen keperawatan. Adapun

bagi para pembaca selain kalangan kampus, makalah ini berguna terutama untuk menyelami
dengan memperluas wawasan tentang manajemen keperawatan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja

sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Mudah – mudahan

Allah SWT membalas amal baik tersebut dan merupakan amal jariyah hendaknya, Amin.

Padang, 6 desember 2023

Penulis
3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................2

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 2

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 3

1. Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi? ................... 3

2. Apa saja sumber-sumber Aqidah? ............................................................ 3

3. Apa fungsi dari Aqidah? ........................................................................... 3

C. TUJUAN PEMBAHASAN.......................................................................... 3

BAB II POKOK PEMBAHASAN ...........................................................................4

A. Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi ................................ 4

B. Macam-macam sumber Aqidah ................................................................... 7

C. Macam-macam fungsi Aqidah ................................................................... 14

BAB III ANALISIS DAN DISKUSI .....................................................................20

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................22

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................23


4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Segala puji bagi Allah yang maha Esa karena rahmat dan karunia- Nya
telah memberikan petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat-Nya dengan suri tauladan-Nya yang baik. Dan segala
Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan
dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Banyaknya paham-paham asing di seluruh lapisan masyarakat umum,


termasuk banyaknya jaringan teroris yang berkembang di sekitar kita terjadi
karena kurangnya pemahaman para generasi penerus bangsa mengenai
Aqidah. Maka dari itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar para
pembaca dapat lebih memahami tentang apa pengertian Aqidah baik secara
bahasa maupun istilah, darimana saja sumber-sumber Aqidah tersebut
diperoleh, dan apa saja fungsi dari Aqidah sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga tidak terjadi hal-hal yang menyimpangberatasnamakan Aqidah Islam.

Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh


Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak
disebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam
makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami
dan lebih singkat dan akurat. Makalah ini menampilkan
5

beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin memahami
aqidah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi?

2. Apa saja sumber-sumber Aqidah?

3. Apa fungsi dari Aqidah?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Ingin memahami pengertian dari Aqidah baik secara Etimologi (bahasa)


ataupun Terminologi (istilah) dengan tepat dan benar.
2. Ingin memahami berbagai sumber-sumber Aqidah yang sudah pasti
kebenarannya.
3. Ingin memahami apa saja fungsi dari Aqidah.
6

BAB II

POKOK PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi

1. Pengertian Aqidah secara Etimologi (Bahasa)

a. Menurut KBBI, akidah/aki-dah berarti kepercayaan dasar atau


keyakinan pokok.1
b. Aqidah berasal dari bahasa Arab.2

- ‫( ا َْل ع‬al „aqdu) yang berarti ikatan.


˚ ‫َد‬

- ‫( التَو َِث َْيق‬at-tautsiiqu) yang berarti kepercayaan atau keyakinan

yang kuat/kokoh.

- ‫( ال َر َْب ̊ط َِبق˚ َو „ة‬ar-rabthu biquw-wah) yang berarti mengikat

kuat. dengan

- ‫ا َْاح َكا ̊م‬ (al-ihkaamu) yang artinya


mengokohkan atau

menetapkan.

c. Dari pengertian Aqidah berdasarkan kata di atas, dapat ditarik benang


merah bahwa, aqidah menurut bahasa adalah kepercayaan/keyakinan
yang kuat yang terdapat di dalam hati seseorang. Entah apakah yang
ada dalam keyakinan orang tersebut benar atau justru salah.3
d. Dapat disimpulkan bahwa, aqidah merupakan keyakinan yang terdapat
di dalam hati yang tidak dapat terlihat. Namun kebenarannya
sudahlah pasti.
5

2. Pengertian Aqidah secara Terminologi (Istilah)

a. Menurut Hasan al-Banna,4

“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya


oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”

b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy,

“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara


umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran)
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu”

c. Imam Ghazali,

“Jika dalam diri seseorang telah tumbuh Aqidah pada hatinya, maka
mereka akan menganggap hanya Allah Subhanahu Wata'ala sajalah
yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Sementara segala yang ada
hanyalah mahluk.”

d. Menurut Abdullah Azzam,

“Aqidah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya


"beriman" berarti tidak mengingkari adanya enam rukun Iman.
Diantaranya adalah Iman kepada; Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat serta Qada' dan Qadar”.

e. Menurut Ibnu Tarmiyah,


6

“Aqidah adalah sesuatu yang tertanam dalam hati. Akan merasa


tenang orang yang memilikinya, dan di dalam jiwanya tidak
sedikitpun menaruh prasangka ataupun keraguan”.

f. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy,

“Adalah kebenaran logis yang mampu diterima manusia melalui akal,


wahyu dan juga fitrahnya. Dan kebenaran tersebut terletak pada hati
yang senantiasa akan menolak dengan tegas jika ada yang
bertentangan dengannya.”

g. Aqidah adalah Sebuah perkara yang sifatnya wajib untuk dibenarkan


oleh hati dan jiwa, sehingga orang yang memiliki kebenaran tersebut
akan merasa damai karenanya. Kemudian menjadi suatu kenyataan
yang teguh serta kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

h. Aqidah bisa dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa.


Keberadaannya terikat dan sangat kokoh. Dan apabila terdapat
keraguan atau prasangka, maka tidak dapat dikatakan sebagai aqidah.
i. Implementasi dari keberadaannya (iman/aqidah) yang terdapat dalam
hati atau jiwa, muncul dalam bentuk ucapan/lisan, dan diwujudkan
dalam bentuk perbuatan.

j. Singkatnya, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.5
7

B. Macam-macam sumber Aqidah6

1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah

Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui


perantara malaikat Jibril. Di dalamnya Allah telah menjelaskan segala
sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan
di dunia dan di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang
diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan obat
bagi jiwa-jiwa yang terluka.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115.

‫ق‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ر‬ َِ َ ‫ق‬


٥ ű‫ َِي‬T‫يع ٱ ل ع‬ų‫ ٱژس‬ź َِ َ َِ ‫ص و ع د ل ل‬ ‫د قا‬ ‫ت‬:ų ‫و ت‬
َ ‫م‬ s ‫ق‬
‫َ َِۦ م و ه‬ŷَِ ‫َ َ َ قم َت‬ ِ ‫ت ب‬ų
َ
‫ك‬
s‫ق‬
‫ب َِد‬

“dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur‟an) dengan benar dan


adil. Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui”.

Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah


telah menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat
penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang
kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk
didalamnya perkara aqidah. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai
sumber hukum aqidah karena Allah mengetahui kebutuhan manusia
sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya.
Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an yang
dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat.
8

dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb
manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.

2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah

Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu


yang datang dari Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi
maknanya datang darinya. Hal ini diketahui dalam firman
Allah QS. An-Najm: 3-4.
َ
ź ‫َ ي‬
َ ‫ِإ و‬ ź‫ق‬ ź ‫ق‬
‫ ى إ َِ ن‬Ŵ‫قع‬ Ź ‫ٱژ‬
َ ‫ق ق‬
‫و‬Ŷ ‫ما ي‬
‫ق‬ : 9
َ
َ ‫َه‬
‫ط‬
9

“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur‟an) menurut keinginan-


Nya. Tidak lain (Al-Qur‟an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.”

Rasulullah saw bersabda,

”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-
Nya kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya”
(HR. Abu dawud).

Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang


beredar ditengah umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari
Rasulullah SAW dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari
usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk
mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, maha suci Allah
yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga akhir zaman melalui
para ulama ahli ilmu.

aqidah ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya firman

Allah dalam QS.An-nisa:59.

‫ق‬ َ ‫ق‬ َْ َ ‫ق ق‬ َْ َ ‫َْ ق‬ :


َْ َ َ
ź Ŷ ‫ ءا قم‬Ŵ‫ٱ َِي‬
َű ‫ك‬Ŷ‫ ل وأ و ََِِ ٱ َ ڙ م‬ź‫¸ س‬: ‫ا ٱژ‬ź‫ا ٱ َ وأ طي ع‬ź‫َا أ طي ع‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫ق‬
Ź‫ي ا‬A ‫ن أ‬
‫ف ? َِي‬

‫ن ب ٱََ وٱ َق‬źŶَ َ َ َ َ ‫ق‬ َ


‫ ِم‬İ ‫ ت‬ű ‫ ت‬Ŷ‫ل َِإن ك‬ź‫¸ س‬: ‫َ إ َِ َ ٱَ َِ وٱژ‬
‫ َِ َ لء َ¸ لو ه‬ű ‫ق ټ ت‬
A
ِ َِ Ō

َ‫َكتققن‬
ِ ‫ َِم ٱَخ¸ ذ َژ‬ź

‫ا‬ ‫ق‬ ‫ق‬


٩ َ‫ َِوي‬į ‫ ت‬Ŵ‫خ ََ وأ حس‬
1
0

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara
kamu.Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah pada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (As- Sunnah), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu, lebih
utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain


bagi seorang muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah
dari As-Sunnah dengan pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah
berkata “Allah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-
Nya”, dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa
menaati Rasul wajib secara independen tanpa harus mencocokkan
terlebih dahulu dengan Al-Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu.
Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an
dan Sunnah.

3. Ijma’ Para Ulama

Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid


Umat Muhammad saw setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu
masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang ilmu tetap juga
memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma’, Allah swt
berfirman dalam QS.An-Nisa:115.
11

s َ َ : َ َ ‫ ق‬: ‫ق‬ ‫َق‬


‫ق ََِ َِۦ‬
ź ‫َ ن‬ų ‫ تب َِ ٽ ق سب ٱژ‬Ź ‫َ َ ٱژ‬ Ŵَ ‫ لو‬ź‫¸ َس‬: ‫ ٱژ‬9َِ َِ ‫ي شاق‬
‫ َِل‬Ŷ‫ َِم‬İ َِ ‫ق‬ ‫ق قق‬ ‫ب عدم‬ ‫ق‬
‫عو ي‬ ‫دىماتب‬ Ŵ‫م‬
‫ي‬

‫ ق‬:‫ق‬ َ :
٥ ‫َا‬ ‫ ء وت ڙص‬Ŷ Ź ‫ َِۦ ج‬ŷT‫ص‬
َِ َِ
‫َ ون‬
َ‫ق‬ ‫ق‬
‫ا‬
‫س‬ ź ‫قَما ت‬
‫ق‬ ű

“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas


kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu
dan akan masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk
tempat kembali.”

Imam Syafi’I menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil


pembolehan disunnatkannya Ijma’, yaitu diambil dari kalimat “Jalannya
orang-orang yang beriman” yang berarti Ijma’. Beliau juga
menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil Syar’I yang wajib untuk
diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan
menyelisihi Rasul.
Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa kaidah-
kaidah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah
akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur’an dan As- Sunnah
yang shahih karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak
diketahui kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi Ijma’ adalah
menguatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menolak kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga menjadi qotha’i.
1
2

4. Akal Sehat Manusia

Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum


aqidah dalam Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat
memuliakan akal serta memberikan haknya sesuai dengan

kedudukannya, dengan cara memberikan batasan dan petunjuk


kepada akal agar tidak terjebak kedalam pemahaman- pemahaman yang
tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan
dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa.
Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya
berkata kepada Anda bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang
dapat menyebabkan kebakaran? Apa yang akan Anda lakukan jika
seseorang berkata kepada Anda bahwa di kantor tempat Anda bekerja
ada bahan peledak? Walaupun kemungkinan benarnya berita itu kecil
sekali, tentu Anda akan langsung mencari dan memeriksa rumah Anda
sampai Anda yakin bahaya tersebut tidak ada.
Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati
bukan akhir dari segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan
aturan-aturan yang mengakibatkan kesengsaraan abadi (neraka) bagi
orang yang tidak menaatinya. Anda, seperti manusia lain, dengan fitrah
Anda akan memperhatikan hal-hal ini walaupun Anda sebenarnya
berpikir bahwa kemungkinan benarnya kata-kata tersebut kecil sekali.
Sebab, apa yang dikatakan orang tersebut sangat penting dan bernilai.
Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan
tidak pula membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia,
seperti yang biasa dilakukan oleh beberapa golongan (firqoh) yang
menyimpang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :
“akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan
kesempurnaan beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal
13

menjadi sempurna, hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam


jiwa ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan
penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya cahaya Iman dan Al-
Qur‟an seperti mendapat cahaya matahari dan api. Tetapi jika berdiri
sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama
sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur
kebinatangan”.
Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna
tentang perkara-perkara nyata yang memungkinkan panca indra untuk
menangkapanya. Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat
disentuh oleh panca indra maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai
pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib, seperti akidah tidak dapat
diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu
baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Al-Qur’an dan As-
Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan melakukan masalah
tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima
surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi
melalui penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka
akan dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya.
Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak
terdapat dalam Al- Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ yang menyelisih akal
sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat adalah batil.
Sedangkan tidak ada kebatilan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’.
Tetapi padanya terdapat kata-kata yang mungkin sebagian orang tidak
memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil.

5. Fitrah Kehidupan

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :


1
4

“setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua


orangtuanyalah yang membuat ia menjadi yahudi, nasrani, atau
majusi.”( H. R. Muslim )

Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki


kecenderungan untuk menghamba kepada Allah. Akan tetapi bukan
berarti bahwa bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama islam.
Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apa- apa. Tetapi setiap
mamiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh
penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah
manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang
memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan ketika ditimpa
musibah pun banyak manusia yang menyeruh
kepada Allah seperti dijelaskan dalam firmannya: Q. S Al- Israa’:67.

‫ق‬ ‫ق‬ ‫قق‬ : َ: ‫ق‬ :


‫ إ َِ َ ٱ ل‬ű ‫ا َى َك‬:ų T‫ََ ف‬ َ َِ ‫ن إ‬ź‫ ت دع‬Ŵ ‫ َِ ٱ َقح َِ¸ ض ل م‬A
:
‫َيا ه‬
‫ِإ‬ َ ‫ٱژ‬

َ
ű ‫ب َِما ڙسك‬
s
َِ

َ ‫ق‬ َ ‫ق ̧ق‬
٧ ‫ ارا‬źà ‫ ك‬Ŵَ
‫َن س‬
َِ ‫ٱ‬ ‫ن‬ َ ‫و‬ ű
َ ‫أ ع ض ت‬

“dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang


semua yang biasa kamu seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia
menyelamatkan kamu kedaratan, kamu berpaling dari-Nya. Dan manusia
memang selalu ingkar (tidak bersyukur).”
15

C. Macam-macam fungsi Aqidah

Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan.


Semakin tinggi bangunan semakin tinggi bangunan yang akan didirikan,
harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau pondasinya lemah
bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada bangunan tanpa pondasi.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan
ibadah yang tertib dan memiliki akhlak yang mulia. Ibadah seseorang
tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah.
Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka
keberadaan aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab
dalam sistem teologi agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan
perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu
signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat dilihat
paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:

1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.

Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu


syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu,
pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika
Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas keyakinan
dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama
tidak akan memiliki makna apa-apa.
1
6

2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di


dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat.

Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan


terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang
mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, Semua ibadah
yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah
kita tersebut tidak akan diterima.

3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari


keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah,
khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya,

4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang


dimiliki manusia sejak lahir.

Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai


muslim atau non muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam
hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius dikalangan para
ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia.
Di dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan
beberapa aliran, seperti Muktazilah, Asy’ariyah, Murjiah, Syiah,
Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain. Sebagai hal yang
sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut
sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar
itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam
memunculkan semangatpeningkatan kualitas hidup seseorang.
17

5. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.


Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau
keyakinan yang kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa akan
berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini didorong oleh
keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan
selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitas- aktivitasnya.
Sementara bagi orang yang tidak memiliki akidah yang benar dan
kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan menjadi
gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak.
Sehingga jika tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi
gelisah, keluh kesah, yang sering kali berakhir dengan putus asa,
karena ia tidak memiliki pegangan batin yang kuat di luar
kemampuanya.

6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.

Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy,


adalah kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan
dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam (sunnah Allah)
dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan
mampu menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin
tinggi dalam kehidupannya. Disiplin adalah kata kunci untuk
keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin berhasil, ia
harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang dapat
meraih kesuksesannya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup
displin sangat dituntut terutama: Disiplin dalam waktu. Artinya,
tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam penanganan kerja
maupun dalammelakukan ibadah mahdhah.
Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang
berakidah menyadari bahwa ia harus bekerja, sebagai pelaksanaan
tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan
1
8

agar kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab


penangan kerja dengan kedisplinan akan menghasilkan sesuatu
secara maksimal dan membahagiakan.

7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.

Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu


berupaya keras untuk keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari
pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan demikian melalui
aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik yang tercermin dari
ciri-ciri berikut ini:

a) Memiliki jiwa kepeloporan dalam menegakan kebenaran.


Kepeloporan disini dimaksud sebagai mengambil peran secara
aktif untuk mempengaruhi orang lain agar dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.
b) Memiliki perhitungan (kalkulatif)

Setiap langkah dalam hidupnya selalu diperhitungkan dari segala


aspek, termasuk untung dan resikonya, dan tentu saja sebuah
perhitungan yang rasional.

c) Tidak merasa puas dalam berbuat kebajikan.

Tipe muslim yang memilki aqidah yang kaut akan tampak dari
semangatnya yang tak kenal lelah melakukan berbagai aktivitas
untuk mencapai dan menegakan kebaikan. Sekali dia berniat, ia
akan menepati cita-citanya secara serius dan cermat, serta tidah
mudah menyerah bila berhadapan dengan cobaan dan rintangan.
19

Aqidah sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi


seorang muslim memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar
dalam hidupnya antara lain :

1) Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi


corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya
dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.

2) Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan


ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya
secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar.

3) Dengan iman seorang muslim akan senantiasa


menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata.

4) Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non


Islami (sekuler).

5) Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah.

6) Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang


timbul karena jiwa yang kosong dari aqidah . Memperoleh
ketenangan jiwa.

7) Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan


dalam beribadah kepada Allah dan bermu’amallah dengan
orang lain.

8) Menuntun orang untuk berbuat dan


mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan sungguh-
sungguh.
2
0
21

BAB III

ANALISIS DAN DISKUSI

A. Analisis

1. Aqidah adalah iman/kepercayaan/ keyakinan yang teguh dan pasti, yang


tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
2. Al-Qur’an, As Sunnah, Ijma’ Para Ulama, Akal Sehat Manusia, dan

Fitrah Kehidupan adalah beberapa sumber-sumber Aqidah.

3. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan beribadah dengan
taat kepada Allah SWT, memiliki akhlak mulia dan memiliki hubungan
yang baik dan tanpa pamrih kepada sesama manusia.

B. Diskusi

1. Pertanyaan dari Aditya Alim Pratama, kelompok 2.

- Apakah seluruh umat Islam harus memiliki aqidah ?

- Iya, dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah,


bahwa Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama,
maka keberadaan aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang
muslim, sebab dalam agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan
dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang
sangat dipengaruhi oleh sistem aqidah yang dianutnya. (Dijawab
oleh Kartika Ning Tyas)

2. Pertanyaan dari Vicky Zulfatul Amna, kelompok 13.

- Apakah Aqidah sama dengan Ideologi bagi sebuah negara ?

- Dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah,


bahwa Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan.
2
2

- Semakin tinggi bangunan semakin tinggi bangunan yang akan


didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau
pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada
bangunan tanpa pondasi. Sama halnya

dengan Ideologi bagi sebuah negara, jika pondasi suatu negara


lemah, maka negara itu akan cepat ambruk. (Dijawab oleh Dwi
Nielam)

3. Pertanyaan dari Andy Prabowo, kelompok 5.

- Apa pendapat kelompok mengenai orang yg terlalu fanatik


terhadap agama, tanpa memikirkan dunia sama sekali ?
- Dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah,
bahwa seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan
beribadah dengan tertib, memiliki akhlaq mulia dan
bermu’amallah (hubungan sesama manusia) dengan baik dan
tanpa pamrih. Jadi sesorang yang terlalu fanatik terhadap agama
dan tidak memikirkan dunia sama sekali, tidak menerapkan
konsep Aqidah di dalam dirinya. (Dijawab oleh Junita Retnosari)
23

BAB IV
KESIMPULAN
Menurut Etimologi (Bahasa) Aqidah dapat diartikan sebagai kepercayaan
dasar atau keyakinan pokok. Dan menurut Terminologi (Istilah) Aqidah bisa
dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa. Keberadaannya terikat dan
sangat kokoh. Dan apabila terdapat keraguan atau prasangka, maka tidak dapat
dikatakan sebagai aqidah.

Pada hakikatnya aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenalkan adanya Allah SWT dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil
perbuatan kekuasaan-Nya.

Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai pondasi.


Dimana seluruh ajaran Islam berada di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah
sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah SWT melalui wahyu
kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw.

Semoga apa yang kita sampaikan dapat diterima dan bermanfaat, semoga
berguna bagi kehidupan kita sekarang dan di masa yang akan datang.
2
4

DAFTAR RUJUKAN

Ebta Setiawan, Akidah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi


online/daring),diakses dari https://kbbi.web.id/akidah, 18 September 2017,
11.35 WIB

Kontributor Wikipedia, Akidah Islam,


Wikipedia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, 18 September 2017, 13.08

Admin, Pengertian dan Makna Aqidah Islamiyah, Info Makalah,


diakses darihttp://www.makalah.info/2016/11/pengertian-dan-makna-aqidah-
islamiyah.html, 18 September 2017, 13.30 WIB.

Manan Jumati, Makalah konsep Aqidah Dalam Islam,


MananjumatiWordpress, diakses
darihttps://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-
aqidah- dalam-islam/, 19 September 2017, 13.13 WIB

^ Lisaanul 'Arab (IX/311:‫ )عقد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th.


711 H) t dan Mu'jamul Wasiith(II/614:‫)عقد‬

Andiyani Muhadi, Bahriani dan Rezky Nur Wahyuni, Aqidah Akhlak


Sumber- sumber Aqidah Islam,
“http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber- sumber-aqidah-
islam.html”18 September 2017, 18:11.

Anda mungkin juga menyukai