Anda di halaman 1dari 16

DASAR DASAR AQIDAH ISLAM DAN ARKANUL IMAN

SEBAGAI REALISASI KALIMAT SYAHADAT

Untuk memenuhi Salah satu Tugas :


Mata Kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan 1 (AIK1)

Disusun oleh :
Novi widiastuti (702019105)

FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini yang mengenai Dasar Dasar Aqidah Islam dan Arkanul Iman Sebagai
Realisasi Kalimat Syahadat.

Makalah ini saya selesaikan dan susun dengan maksimal dan sebaik mungkin,


serta dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
saya sangat terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata saya berharap semoga makalah yang saya buat mengenai Dasar
Dasar Aqidah Islam dan Arkanul Iman Sebagai Realisasi Kalimat Syahadat ini bisa
memberikan manfaat, inpirasi, dan penambahan ilmu pengetahuan untuk para
pembaca.

   Palembang, September 2019

  

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………….…………………………………………………..i
DAFTAR ISI …………………….………..……………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………..………………………………….…………

1.1 Latar Belakang ….……………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah ….……………………………………..…………..

1.3 Tujuan ……….……………………………………………………..….

BAB 2 PEMBAHASAN ……………..…..…………………………………….…

2.1 Aqidah …………………….………………………………………….

2.1.1 Pengertian Aqidah……………………………………………

2.1.2 Sumber Aqidah Islam ………….………………..…………..

2.1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah ……………………..…

2.2 Rukun Iman ………………………………………….…………..……

2.2.1 Pengertian Iman Kepada Allah……………..………………. 

2.2.2 Pengertian Iman Kepada Para Malaikat…………………….

2.2.3 Pengertian Iman Kepada Kitab……………………………..

2.2.4 Pengertian Iman Kepada Rasul……………………..………

2.2.5 Pengertian Iman Kepada Hari Akhir…………..…………..

2.2.6 Pengertian Iman Kepada Takdir……………………….…

ii
BAB 3 PENUTUP…………………………………..………………………………

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………..……..

DAFTAR PUSTAKA …………..………………………………………….…….

i
BAB 1

PNDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Beragama adalah suatau bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang
diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat
terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu tidak
ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan
oleh agama tersebut.
Dalam agama islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
iman,terdiri dari enam pilar, keenam pilar tersebut adalah keyakinan islam
terhadap hal-hal ghaib yang hanya diyakini secara trasendental, sebuah
kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun iman ini
terdiri dari: 1. Iman kepada Allah, 2. Iman kepada Malaikat, 3. Iman kepada
Kitab, 4. Iman kepada Rasul, 5. Iman kepada Hari Akhir, 6. Iman kepada Qadha
dan Qadar.
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji  berbagai hal yang menyangkut enam pilar
keimanan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Aqidah
a. Menurut Bahasa
b. Menurut Hasan Al-Banna
c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
2. Sumber Aqidah Islam
3. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
4. Pengertian Iman Kepada Allah
5. Pengertian Iman Kepada Malaikat
6. Pengertian Iman Kepada Kitab

ii
7. Pengertian Iman Keepada Rasul
8. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
9. Pengertian Iman Kepada Takdir ( Qada’ dan Qadar)

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Aqidah
2. Mengetahui Sumber Aqidah Islam
3. Mengetahui Ruang Lingkup Aqidah
4. M€ngetahui Pengertian Iman Kepada Allah
5. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Malaikat
6. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Kitab
7. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Rasul
8. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
9. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Takdir

BAB 2

i
PEMBAHASAN

2.1 Aqidah

2.1.1 Pengertian Aqidah

a. Menurut Etimologi

Secara etimologi (bahasa) aqidah berasal dari kata ‫عقدا‬-‫يعقد‬-‫ عقد‬berarti


menyimpulkan / mengikatkan (tali), mengadakan perjanjian dan mengokohkan
(Ahmad Munawwir, 1997). Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti iman atau
keyakinan.

b. Menurut Hasan Al-Banna

Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh Zaky Mubarok Latif, dkk, bahwa
aka’id (bentuk jamak dari akidah) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.( Zaky mubarok,2001 )

c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazair


Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy yang dikutip oleh Zaky Mubarok
Latif, dkk, mengatakan bahwa akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati dan diyakini kesahihan dan
keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.(Barzah Laputono,dkk.2017)

2.1.2 Sumber Aqidah Islam

Sumber aqidah adalah Al_Qur’an dan as-sunnah; artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah didalam Al-Qur’an dan oleh rasul dalam as-sunnah itu wajib
diimani dan diamalkan. Sedangkan akal hanya berfungsi untuk memahami kedua
sumber tersebut , atau hanya membuktikan kebenarannya.(Nashir,Haedar,dkk,1994)

ii
Adapun (al-Fauzan 2001:6-7) didalam bukunya:Kitab Tauhid 1, menerangkan
bahwa masalah aqidah ini tidak dapat ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, dalam
masalah ini tidak ada medan ijtihad atau berpendapat.Karena itu maka sumber aqidah
itu hanya terbatas dengan apa yang ada didalam Al-Qur’an dan As-sunnah.Sebab
tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah; tentang apa-apa yang
wajib bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya, melainkan Allah sendiri. Dan
tidak seorangpun sesudah Allah mengetahui tentang Allah selain Rasulullah saw.
Oleh karena itu salafu shalih dan para pengikutnya dengan menerangkan masalah
aqidah ini hanya terbatas pada Al-Qur’an dan As-sunnah.

Maka segala apa yang diajukan oleh Al-Qur’an dan As-sunnah tentang Allah
mereka mengimaninya, menyakininya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang
ada ditunjukan oleh al-qur’an dan as-sunnah mereka menolak dan menafikannya dari
Allah. Karena itu tidak ada pertentangan diantara mereka didalam I’tikad. Bahkan
aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu. Karena Allah sudah
menjamin orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan as-sunnah rasulNya
dengan kesatuan kata, kebenaran ‘aqidah dan kesatuan manhaj. Dalam hal ini, Allah
SWT berfirman:

‫ص ُموا بِ َح ْب ِل هَّللا ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرقُوا ۚ َو ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَأَلَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ُك ْم فَأَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه‬
ِ َ‫َوا ْعت‬
َّ ‫هَّللا‬ ٰ َ
‫ار فَأ ْنقَ َذ ُك ْم ِم ْنهَا ۗ َك َذلِكَ يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَ َعل ُكم تحتَد‬ ْ
ِ َّ‫إِ ْخ َوانًا َو ُك ْنتُ ْم َعلَ ٰى َشفَا ُحف َر ٍة ِمنَ الن‬
‫وان‬

Terjemah Arti: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk..

2.1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Aqida

Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi:

a. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan


Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll. Wujud Allah telah dibuktikan
oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.

i
1. Dalil Fitrah.

Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta
merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak
akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat
sesuatu yang dapat memalingkannya. Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan
Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan
menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak
mungkin ada dengan sendirinya dan panca indera kita mengakui adanya Allah di
mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu
Allah mengabulkannya. Sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah
dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun
bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang
mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang
dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45)

2. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)

Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah
bukti pasti wujud-Nya. Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:

• Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa
serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan
musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah.

• Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar
banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para
Nabi tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia.
Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.

3. Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)

Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa
semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang
menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak
mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan
sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri.
Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada. Ia tidak mungkin Dzat material yang
hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam semesta

ii
dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta Yang Maha Kuasa, Dialah yang
mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir.
Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan
melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia
itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi
dari kehampaan.

4. Dalil Naqli (Dalil Syara’)

Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu.
Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab
tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha
Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam
semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan
kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb
yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu. Demikian juga
adanya para Rasul dan agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia
menunjukkan adanya Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada
yang mengutusnya. Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami
penyimpangan dan perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus.
Alam semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifat-sifat
kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki setiap makhluk menunjukkan
bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan yang dimiliki oleh
makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat. Bagaimana kita mengenal sifat Allah?
Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:

• Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.

• Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul Apa maksudnya kita dapat mengenal
sifat Allah melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya?

• Bahwa hikmah (maksud & manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan
menunjukkan bahwa Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana). •
Bahwa khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan semua makhluk
menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil
pengetahuan-Nya). Lalu bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita
ketahui? Melalui para rasul ‘alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita apa
yang dikehendaki Allah untuk kita ketahui. Allah swt mengutus kepada kita rasul-
Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur,

i
seperti perintah & larangan-Nya, apa saja yang Dia ridhai atau murkai. “dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.”
(2:255)

b. Nubuwat yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll.

Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat
untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul
adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan
untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah
rasul. Muhammad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam QS Al Ahzab
45 : “Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan.” QS Al Ahzab 40. Daftar kitab Allah SWT
beserta Rasul penerima wahyunya yaitu Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
AS berbahasa Ibrani, kemudian Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
berbahasa Qibti. Selanjutnya Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa
Suryani dan yang terakhir Kitab AlQuran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
berbahasa Arab

c. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti jin , iblis , roh dll.

d. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzakh,
akhirat dan azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka dsb.( Rohmad,qomari,2009)

2.2.Rukun Iman

2.2.1 Pengertian Iman Kepada Allah

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala sifat Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 3 keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin

ii
(orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman
kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah
yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikatmalaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136) Ayat di atas
memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami
kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan
manusia. Indikator Iman Kepada Allah meliputi:

1) merasa dilihat oleh Allah,

2) Taat pada peraturan,

3) Bekerja keras,

4) Tidak mengakui barang orang lain, dan

5) Tidak menipu.

2.2.2 Pengertian Iman Kepada Malaikat

Malaikat adalah termasuk makhluk ghaib, halus dan tidak dapat dicapai oleh
pancaindra. Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan yang
dapat kita saksikan ini. Malaikat tidak mempunyai hawa nafsu, sehingga ia terhindar
dari perbuatan salah dan dosa.

Wujud malaikat itu hakekatnya tidak dapat dilihat, tetapi ia dapat menjelma dalam
rupa dan bentuk yangdapat dicapai oleh pancaindra, hal ini pernah terjadi ketika jibril
as dalam wujud manusia menjumpai maryam. (Sabiq ,sayyid,1986)

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk


yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa

i
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas,
iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara
Allah dengan rasul-rasulNya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasulNya.
(Ita,Rosita,2009. )

2.2.3 Pengertian Iman Kepada Kitab

Iman kepada kitab suci, didalam islam merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan iman kepada allah. Prinsip ajaran dari kitab taurat untuk nabi Musa, Zabur
untuk nabi Daud dan Injil untuk nabi Isa, semuanya sma dengan prinsip yang
terkandung didalam al-qur’an. Bahkan sejak nabi Adam sampai kepada Muhammad,
semuanya bertauhid kepada Allah SWT. (Hidayat,Komaruddin,2000)

Dari isi kandungan suhuf-suhuf dan kitab-kitab terdahulu semua telah terangkum
didalam kitab suci al-qur’an, sebagai kitab terakhir yang universal, firman Allah:

َ ‫يت لَ ُك ُم اإْل ِ ْساَل َم ِدينًا ۚ فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِي َم ْخ َم‬


ٍ ِ‫ص ٍة َغي َْر ُمت ََجان‬
‫ف‬ ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬
ۙ ‫إِل ِ ْث ٍم‬

‫فَإ ِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab


suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad
bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang
berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk
menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik
secara individu maupun masyarakat. Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab
Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak
menambah dan mengurangi. (suhendi,Hendi,2011.)

2.2.4 Pengertian Iman Kepada Rasul

Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan
kepada ummat manusia serta menjadi teladan utama. Diantara rasul Allah itu hanya

ii
sebagian yang diceritakan dan ada yang tidak diceritakan, menurut riwata 25 orang
yang dikenal.(Hidayat, Komaruddin,2000).

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara
Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa
wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu
kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.( Suhendi,Hendi,2011 )

2.2.5 Pengertian Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir adalah hari kiamat yang didahului dengan musnahnya alam semesta ini.
Pada hari itu semua makhluk akan mati, bumi hancur dan kemudian Allah
menciptakan alam baru yang disebut alam akhirat. Kemudian akan dibangkitkan lalu
dihisab seluruh amal amalnya , siapa yang mempunyai amal kebaikan melebihi amal
buruknya, niscaya ia akan masuk kedalam surga, sebaliknya jika amal buruknya
melebihi amal baiknya,ia akan dimasukkan ke dalam neraka.(Sabiq, sayyid,1986)

Percaya pada hari akhir merupakan salah satu sendi keimanan yang terpenting,
yang dapat meyakinkan kita bagaimana asal kejadian segenap benda dialam ini dan
akan mengetahui titik akhirnya. Dengan meyakini hari akhir parti terjadi, maka
tentulah akan meningkatkan keimanan dan ketaqaannya kepada Allah swt.

2.2.6 Pengertian Iman Kepada Takdir ( Qada dan Qadar )

Menurut bahasa qadha berrati hokum perintah, memerintahkan, menghendaki atau


menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran. Dengan kata
lain, qadha ialah ketetapan Allah swt yang telah terjadi ( Hidayat,Komaruddin,2000)

Qadha (takdir) Tuhan selalu dijumpai di akhir usaha dalam kehidupan ini, misalnya
seserang ingin menyelesaikan suatu jengjang pendidikan tertentu, lalu ioa berusaha
sedemikian rupa agar dapat berhasil, tetapi kenyataannya banyak orang yang tidak
berhasil menyelesaikan studinya. Atau masih banyak hal-hal yang tidak diinginkan
itu justru terjadi, seperti; bodoh,sakit,musibah,mati,miskin dan lain lain yang tidak
sesuai dengan kehendak manusia. (kusumamiharja,supan,1978).

i
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya dan dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah

Sumber aqidah islam ada 2 yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah, karena tidak ada
seorangpun yang mengetahui tentang Allah,selain Rasulullah dan tidak ada medan
ijtihad ataupun berpendapat mengenai sumber aqidah ini jadi hanya terbatas pada Al-
Qur’an dan As-sunnah.

Ruang lingkup pembahasan aqidah : Ilahiyat, yaitu segala sesuatu yang


berhubungan dengan Allah. Nubuwat, yaitu pembahasan yang berhubungan dengan
nabi. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berhubungan dengan alam metafisik seperti
roh, jin, iblis,dll. Sam'iyyat, yaitu sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui Al-
Qur’an seperti Alam akhirat, tanda tanda kiamat, dll.

Iman kepada allah yaitu meyakini bahwa yang menciptakan, yang mengatur seluruh
alam semesta ini adalah Allah SWT. Iman kepada malaikat Allah yaitu meyakini
bahwa Allah mempunyai makhluk yang ta’at kepadaNya dan tidak pernah ingkar,
serta sebagai perantara antara Allah dengan Nabi dalam menyampaikan wahyu.Iman
kepada kitab berarti bahwa kit harus meyakini Allah telah menurunkan kitab-kitab
suci kebumi melalui para nabi yaitu injil,zabur,taurat,daud dan Al-Qur’an sebagai
penyempurna dari kitab-kitab tersebut. Iman kepada Rasul berarti kita harus
meyakini bahwa mereka adalah manusia pilihan allah yang diberi wahyu untuk
petunjuk hidup kita. Iman kepada hari akhir yaitu kita harus meyakini bahwa hari
akhir itu akan datang dan hanya Allah yang tau kapan hari akhir itu akan tiba. Iman
kepada takdir ( qada dan qadar ) meyakini bahwa ada takdir allah yang bisa manusia
ubah dan ada yang tidak bisa diubah seperti kematian.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Zaky Mubarok Latif, dkk, Akidah Islam, (Jogjakarta: UII Press


Jogjakarta, 2001), cet. 2, hlm. 29.

Latupono,Barzah,dkk.2017.Hukum Islam.CV Budi Utama:Ambon.

Suaidi,Ruskam,dkk.2019.Buku Al-Islam Kemuhammadiyahan 1 (AIK


1).Palembang:CV.Insan Cendekia Palembang.

Qomari,Rohmad.2009.Prinsip dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah


Akhlaq.Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan.Vo 14.

Rosita,Ita.2009.Relevansi nilai-nilai pendidikan yang terkangdung


dalamiman kepada malaikat-malaikat Allah SWT dalam menghadap
eraglobalisasi.STAIN:ponorogo.

Suhendi,Hendi.Akidah Akhlak.Jakarta:PT. Rajagrafindo


Persada.2011.Cetakan ke-7.

Anda mungkin juga menyukai