NIM : 1601112138
Prodi/Kelas : PAI/C
Mata Kuliah : Perbandingan Mazhab Fiqh
Dosen Pembimbing : Ahya Ulumddin., Lc.,
A. Definisi Mujtahid
Secara bahasa kata mujtahid merupakan isim fa’il dari kata ُ اِجْ ت َ َهدَ – يَجْ ت َ ِهد
ٌفَ ُه َو ُمجْ ت َ ِهد – اِجْ تِ َهدًا – (Kholid Ramadhan Hasan, 1998: 249). artinya
bersungguh-sunguh melakukan sesuatu. Sedangkan secara istilah ulama ushul
berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian mujtahid di antaranya:
Menurut Imam Ghazali:
بدل المجتهد وسعه فى طلب العلم بأحكام الشريعة
Mujtahid: Mencurahkan maksimal kemampuannya, dalam mencari ilmu
tentang hukum syari’at.
Menurut Ibnu Hajib dan Ibnu Subki:
إستفراغ الفقيه الوسع لتحصيل ظن بحكم شرعي
Adanya ahli fiqh mencurahkan kemampuannya untuk memperoleh suatu
pengertian ‘dhanni’ pada hukum syar’i.
Menurut Abu Zahrah:
بذل الفقيه وسعه فى إستنباط االحكام العملية من ادلتها
Pengerahan kemampuan untuk mengistinbathkan hukum yang bersifat praktis
dari dalil-dalil yang terperinci (tafshili). (Muhammad Abu Zahra, 1958: 379).
Menurut Ibnu Humam :
بذل الطاقة من الفقيه فى تحصيل حكم شرعي عقليا كان أو نقليا قطعيا كان أو ظنيا
Mencurahkan kemampuan dari ahli fiqh untuk memperoleh hukum syar’i, baik
aqli, maupun naqli, qot’I atau dzanni. (Wahbah al-Zuhaili, 1986: 1038).
Mujtahid itu adalah seorang ahli fikih.
Jadi mujtahid adalah seorang ulama atau ahli fikih yang mengerahkan
kemampuannya secara maksimal untuk melahirkan hukum, melalui proses
penarikan sebuah hukum (istinbathi) tidak hanya berdasarkan tebakan. Dan
lapangan mujtahid dalam berijtihad adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat
praktis dan zhanni.
B. Syarat Menjadi Mujtahid
Syarat Mujtahid dengan artian seseorang tidak bisa berbuat dalam
menemukan sebuah hukum, apabila syarat itu tidak dipenuhinya. Terdapat
beberapa persyaratan yang diungkapkan oleh para ulama, sebagian mereka
mengklasifikasikan syarat dengan memandang kepada kemampuan seorang
mujtahid, dan sebagian yang lain menambah dengan kepribadian seseorang
yang akan berijtihad.
1. Syarat mujtahid menurut Imam Asy Syafi’i
Seorang Mujtahid tidak boleh mengeluarkan fatwa, kecuali dia bisa
memenuhi beberapa persyaratan:
a. Mempunyai kemampuan yang mendalam tentang al-Qur’an dan segala
sisinya, seperti ilmu nasekh mansûkh, khas dan ‘am
b. Mengetahui Sunnah Rasul Saw.
c. Mengetahui beberapa perkataan atau fatwa ahli ilmu dari zaman
dahulu sampai pada masanya.
d. Mempunyai kemampuan yang mendalam tentang ilmu alat (bahasa
Arab)
e. Mengetahui tentang qiyas (perbandingan antara hukum yang sekarang
dengan hukum yang terdahulu).