Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

TENTANG ASBABUN NUZUL

OLEH:
SULAIMAN AJO WIBOWO (22531141)
TEGARAS AGSAB PRIONTORO(22531145)
DOSEN PENGAMPUH:
MUHAMMAD HUSEN M,A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PRODI TARBIYAH IAIN CURUP
2022

i
KATA PENGANTAR

             Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat,
taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asbabunuzul ” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad  SAW. yang telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an pada
semester 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Curup.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini.  Dengan menggunakan makalah ini
semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-
sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon
maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.

Curup, 5 Oktober
2022

Penulis
   

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul ............................................................................ 2
B. Bagaimana Cara Mengetahui Asbabun Nuzul .............................................. 2
C. Sebab-Sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul) ............................................ 3
D. Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul........................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 6
B. Kritik dan Saran............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri
dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam
penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita
mengenal turunnya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17
Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-
Qur’an.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan
perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan
mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan
akan menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya. Dalam penurunan
Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di
Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut
dengan surat Madaniyah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas
dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2. Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul?
3. Sebab-sebab turunnya Asbabun Nuzul?
4. Bagaimana pandangan para ulama tentang Asbabun Nuzul ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul itu.
2. Untuk memahami cara mengetahui dari asbabun nuzul.
3. Untuk mengetahui  sebab-sebab turunnya  asbabun nuzul.
4. Untuk mengetahui beberapa pandangan ulama tentang Asbabun Nuzul.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab An-Nuzul


Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”,
kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka
“Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata
“Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab
yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Sedangkan secara terminology yang
dirumuskan oleh para ulama, diantaranya adalah:
1) Menurut Az-Zarqoni: “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang
terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas
hukum pada saat itu terjadi.
2) Ash-Shabuni “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3) Shubhi shalih
         ‫ما نز لت األ ية أواال يات بسببه متض ّمنة له أ و مجيبة أو مبينة لحكمه زمن وقوعه‬
       Artinya:“Asbab an-Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya
satu atau beberapa ayat Al-Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu,
sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat
peristiwa itu terjadi.
Meskipun redaksi pendefinisian diatas sedikit berbeda, namun pada intinya
asbab an-nuzul adalah kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an,
dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dari setiap kejadian. Hal ini mempermudah kita untuk memahami perintah-
peirntah dalam Al-Qur’an, karena sudah tentu bahan-bahan sejarah ini melingkupi
peristiwa pada masa Al-Qur’an turun.

B. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul


Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak
lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung
dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang
2
memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari
kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh
dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu ayat
Al-Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar
sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”
            Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah
apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini
merupakan nash yang nyata.

C. Sebab-sebab turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)


Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa
asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan,
kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:
1. Peristiwa berupa pertengkaran.
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yang bermula dari adanya
perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100. dari surat Ali
Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi
orang kafir sesudah kamu beriman.”
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
Contoh : Saat itu ada seorang Imam sholat dalam keadaam mabuk, sehingga salah
mengucapkan surat Al-Kafirun, dan kemudian turunlah surat An-Nisa’ dengan
Perintah untuk menjauhi sholat dalam keadaan mabuk.
“  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan....”
3. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita.
Ini dicontohkan dari sebagian sahabat Rosulullah yang mempunyai 3 cita-cita
besar dan salah satunya adalah permintaan Umar kepada Rosulullah
tentang maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat:
‫والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى‬

3
Sebagai contoh, turunnya QS.Al-Maidah (5):38. “Laki-laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari allah. Dan Allah maha perkasa lagi
maha bijaksana. “ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan
yang dilakukan seseorang pada masa nabi. Mayoritas ulama memahami ayat tersebut
berlaku umum, tidak hanya kepada yang menjadi sebab turunnya ayat. Sebaliknya,
minoritas mempunyai sisi pandangan lain  mereka berpegang kepada kaida lafal
umum, bukan untuk menjelaskan suatu peristiwa atau serba khusus, mengapa tuhan
menunda penjelasan-penjelasan hukumnya hingga terjadi peristiwa tersebut. Berbeda
dengan pendapat mayoritas ulama yang menolak pendapat kedua dengan alasan
bahwa lafal umum iala kalimat baru, dan hokum yang terkandung didalamnya bukan
merupakan hubungan kausal dengan peristiwa yang melatarbelakanginya. Bagi
kelompok ulama ini kedudukan Asbabun Nuzul ini tidak terlalu penting.
Sebaliknya minoritas ulama menekankan pentingnya riwayat Asbabun Nuzul
dengan memberikan contoh tentang Al-Baqarah (2):115, yaitu: “Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat , maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah maha luas (Rahmat-Nya) lagi maha mengetahui”. Jika
hanya berpegang pada redaksi ayat, maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut
adalah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu sholat, baik dalam keadaan
musyafir atau tidak. Pemahaman secara ini jelas keliru karena bertentangan dengan
dengan dalil lain dan ijma’ para ulama akan tetapi memperhatikan Asbabun Nuzul
ayat tersebut, maka dipahami bahwa ayat itu bukan ditujuhkan kepada orang-orang
yang berada pada kondisi biasa atau bebas, tetapi pada orang-orang yang karena
sebab tertentu tidak dapat menentukan arah kiblat. Kaidah kedua lebih kontestual,
tetapi persoalannya ialah tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun
Nuzul jumlahnya sangat terbatas. Sebagian diantaranya tidak shahih, ditambah lagi
satu ayat kadang-kadang mempunyai dua atau lebih riwayat Asbabun Nuzul.

D. Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul:


1.  Asbabun Nuzul surat An Nisa’ ayat 51
Sebab-sebab turun ayat ini adalah seorang Yahudi Mandinah bernama
Ka’ab Ibnu Asyraf datang berkunjung ke Mekkah. Ia menyaksikan perang Badar
dan mendorong orang kafir Quraisy menuntut bela dan memerangi Muhammad
SAW. Kemudian orang-orang Quraisy bertanya kepada Ka’ab yang mengetahui
4
Al Kitab (Taurat): “Siapakah yang lebih benar jalannya (siapakah yang berbeda
dipihak yang benar ?) apakah Muhammad SAW ?. lalu Ka’ab menjawab:
“kalianlah yang benar”, justru ucapan itu, maka Ka’ab telah berdusta dan
mendapatkan kutukan oleh Allah SWT terhadap orang-orang berpandangan
demikian,kemudian turunlah surat An Nisa’ ayat 51 yang berbunyi:Artinya: Ap-
akah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al
kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-
orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-
orang yang beriman.
2. Asbabun Nuzul surat Al Maidah ayat 93
Sebab-sebab turunya ayat tersebut adalah sahabat Usman Ibnu Mazh’un
dan Amru Ibnu Ma’dikariba pernah mengatakan bahwa Khamar itu sebenarnya
mudah (boleh diminum), keduanya menggunakan surat Al-Maidah ayat
93:Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu,
apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap
juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.Padahal Amru dan Ma’dikariba belum tahu apakah sebabnya
ayat tersebut diatas diturunkan. Ayat ini turunya adalah pada saat turunnya ayat
yang mengharamkan Khamar, kemudian para sahabat bertanya kepada
Rasulullah, “bagaimanakah nasib bagi saudara-saudara kami yang telah
meninggal dunia, sedangkan dalam perut mereka ada minuman khamar (ketika
hidup mereka minum khamar), lalu Allah memberitakan bahwa minuman
khamar semasa hidupnya sedangkan ayat yang mengharamkan belum turun,
telah dianggap tidak berdosa lagi seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah
ayat 39.Demikianlah jelas bahwa Usman dan Amru tidak mengetahui Asbabun
Nuzul surat Al Maidah 93 sehingga hampir saja keduanya menghalalkan khamar
yang telah diharamkan Allah.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Asbabun Nuzul.
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan
“Nazala”, kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab,
maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal
dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah
sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
2. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak
lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung
dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang
yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik
dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka
diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
3. Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
Asbabun Nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:
1. Peristiwa berupa pertengkaran.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
3. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita
Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 
 Pertanyaan tentang masa lalu
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada
waktu itu
2. Pertanyaan tentang masa yang akan dating
4. Beberapa pandangan Ulama tentang Asbabun Nuzul.
Para ulama tidak sepakat mengenai Asbabun Nuzul. Mayoritas ulama tidak
memberikan keistemewaan khusus kepada ayat-ayatyang mempunyai riwayat
Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam
redaksi ayat. Jumhur ulama kemudian menetapkan suatu kaidah yaitu:” yang
dijadikan pegangan iala keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”.

6
B. Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan
dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritkan dan
masukan yang bersifat membangun.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Abu.2009. Ulumul Qur’an. Pekan Baru: Amzah

Muhammad al-Aruzi Abd Qodir, Masalah Takhsish al-Am bi al-Sabab,(t.p.;Jamiah Umm


Al-Qur’an,1983).

Sukardi K.D.2002.Belajar mudah ‘ulum Al-Qur’an.Jakarta:PT.Lentera Basritama.

Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2008,


Subhi Al-shalih, Mabahits fi’ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li al-Malayyin, Bairut, 1988
Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an(Bandung:P-
T.Alma’arif,1996)
Sukardi K.D,Belajar mudah ‘Ulum Al-Qur’an,(Jakarta:PT.LENTERA
BASTRITAMA,2002)

Anda mungkin juga menyukai