Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIK DALAM PROSES PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawy


Dosen pengampu : Dr. M. Misbah, M. Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Azizatuz Zulfa (224110402198)
2. Fatrol Lazi (224110402208)
3. Iklimatul Rizki Sofiyani (224110402215)
4. Muhamad Umar Ibnu Malik (224110402225)
5. Shafa Nur Syahrani (224110402238)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW., beserta
keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawy,
yang membahas mengenai Pendidik Dalam Proses Pendidikan. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan bahasa ataupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun , khususnya dari dosen pengapu
mata kuliah ini guna menjadi acuan bagi kami untuk lebih baik lagi dalam
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya.

Purwokerto, 02 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. PERSEPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 151 TENTANG
TUGAS SEORANG PENDIDIK.....................................................................................3
1. Asbabun nuzul Surah Al Baqarah pada ayat 151.............................................3
2. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 151...................................................3
B. PERSEPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL JUMUAH AYAT 2 TENTANG
TUGAS SEORANG PENDIDIK.....................................................................................6
1. Asbabun Nuzul Surah Al-Jumuah pada Ayat 2................................................6
2. Tasir Surah Al-Jumu’ah Ayat 2.........................................................................6
C. PERSPEKTIF HADITS RIWAYAT ABU DAUD.................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................9
B. SARAN......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia Pendidikan Agama Islam (PAI) ditemukan variasi konsep
pendidikan yang diajukan oleh para ulama dengan istilah tarbiyyah, Ta’lim dan
ta’dib. Istilah-istilah tersebut tentunya tidak muncul dari ruang kosong, akan
tetapi memiliki akar filosofis dan implikasi praktis dalam pendidikan Islam.
Problem ini menegaskan kembali hakikat pendidikan Islam, apakah sekedar
proses pendewasaan, pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), atau
penanaman nilai, atau pun lainnya. Ini membuktikan bahwa kebenaran tentang
adanya media pembelajaran sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu sejak zaman
Rasulullah SAW.
Pendidikan Agama Islam dalam al-Qur’an bertujuan untuk memberdayakan
spiritual seseorang melalui aqidah dan shari’ah serta pemberdayaan moralitas
personal dan sosial melalui pendidikan akhlak serta membekali mereka dengan
seperangkat kemampuan dasar (skill) agar dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan hidup yang kelak dihadapi dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
pembekalan potensi tersebut tentunya secara integratif dapat dilakukan melalui
pola pendidikan seimbang dengan pengokohan iman, pemberdayaan ibadah dan
moralitas.
B. Rumusan Masalah
Melalui makalah ini, penulis memaparkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perspektif al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 151 tentang tugas
seorang pendidik?
2. Bagaimana perspektif al-Qur’an surat al-Jumuah ayat 2 tentang tugas seorang
pendidik?

1
3. Bagaimana perspektif hadits riwayat Abu Dawud tentang guru adalah orang
tua kedua bagi murid?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana perspektif al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 151
tentang tugas seorang pendidik.
2. Untuk mengetahui bagaimana perspektif al-Qur’an surat al-Jumuah ayat 2
tentang tugas seorang pendidik.
3. Untuk mengetahui bagaimana perspektif hadits riwayat Abu Daud tentang
guru adalah orang tua kedua murid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERSEPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 151


TENTANG TUGAS SEORANG PENDIDIK

َ ‫َك َمٓا اَرْ َس ْل َنا فِ ْي ُك ْم َرس ُْواًل ِّم ْن ُك ْم َي ْتلُ ْوا َع َل ْي ُك ْم ٰا ٰي ِت َنا َوي َُز ِّك ْي ُك ْم َو ُي َعلِّ ُم ُك ُم ْالك ِٰت‬
‫ب َو ْالح ِْك َم َة‬
‫َوي َُعلِّ ُم ُك ْم مَّا َل ْم َت ُك ْو ُن ْوا َتعْ َلم ُْو ۗ َن‬
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari
(kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan
mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” (Q. S. Al-Baqarah: 151)
1. Asbabun nuzul Surah Al Baqarah pada ayat 151
Asbab Al-Nuzul pada Alquran Surat al-Baqarah ayat 151, masih
berkaitan dengan ayat sebelumnya (Alquran Surat al-Baqarah ayat 150). Ibnu
Jarir meriwayatkan dari jalur asSuddi dengan sanad-sanadnya, dia berkata
ketika kiblat shalat Rasulullah dipindahkan ke arah Ka`bah setelah
sebelumnya ke arah Baitul Maqdis lalu orang-orang musyrik Mekkah berkata
Muhammad bingung dengan agamanya sehingga kiblatnya mengarah kepada
kalian. Dia tahu bahwa kalian lebih benar darinya dan dia pun kelak masuk ke
dalam agama kalian.
Di dalam tafsir An-Nur menyebutkan bahwasanya asbabun nuzul pada
Alquran Surat al-Baqarah ayat 151 berkaitan dengan komentarkomentar
orang kafir pada ayat Ka`bah adalah kiblat Nabi Ibrahim.
2. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 151
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, Ayat ini
merupakan bukti pengabulan doa nabi Ibrahim as, yang dipanjatkan ketika
beliau bersama putranya Ismail as, membangun Ka’bah. Permohonan Nabi
Ibrahim disana berbunyi: “Tuhan Kami! Mereka seorang Rasul dari kalangan

3
mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat –Mu, dan mengajarkan
kepada mereka alKitab Dan al-Hikmah serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana” (QS.
AlBaqarah [2]: 129). Terdapat sedikit perbedaan antara permohonan Nabi
Ibrahim AS., dengan pengabulan Allah yang disebut dalam ayat 151 yang
dibahas ini. Perbedaan tersebut adalah bahwa pada ayat 129 menyucikan di
tempatkan pada peringkat terakhir dari empat macam permohonan, yaitu 1)
Rasul dari kelompok mereka, 2) Membacakan ayat-ayat Allah 3)
Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, 4) Menyucikan mereka. Sedangkan,
pada ayat yang akan dibahas ini, menyucikan ditempatkan pada peringkat ke
tiga dari lima macam anugerah Allah SWT. Dalam konteks memperkenankan
do’a Nabi Ibrahim. Lima macam anugerah itu adalah 1. Rasul dari kelompok
mereka, 2. Membacakan Ayat-ayat Allah, 3. Menyucikan mereka, 4.
Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, 5. Mengajarkan apa yang belum
kamu ketahui. Kalimat “mengajarkan apa yang mereka belum ketahui”, ini
merupakan nikmat tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui sekian cara.
Memang sejak dini Al-Qur’an mengisyaratkan dalam wahyu pertama
Iqra, bahwa ilmu yang diperoleh manusia diraih dengan dua cara. Pertama,
upaya belajar mengajar, dan kedua anugerah langsung dari Allah SWT.,
berupa ilham dan intuisi.1 Dalam Tafsir fi Zhilalil Qur’an, “Serta
mengajarkan kepada Kamu Al-Kitab Dan Al-Hikmah”, ditafsirkan dalam ini
tercakup segala hal yang disebutkan di muka, yaitu pembacaan ayat-ayat Al-
Qur’an dan penjelasan terhadap materi pokok di dalamnya, yaitu hikmah.
Hikmah adalah buah pendidikan dari kitab ini, yakni penguasaan yang benar
dan datang bersama hikmah pada suatu masalah, dan penimbang suatu
masalah dengan suatu timbangan yang benar serta mengetahui tujuan perkara-
perkara dan arahan-arahannya. Begitu juga akan terealisir hikmah ini secara
masak mendapatkan bimbingan dan penyucian dari Rasulullah SAW. Dengan
ayat-ayat Allah. “Dan Mengajarkan kepada kamu segala sesuatu yang belum
kamu ketahui.” Ini adalah sesuatu yang pasti pada umat Islam. Sungguh,

1
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: lentera hati, 2002), h. 361.

4
Islam telah memilih mereka dari lingkungan bangsa Arab yang pada waktu
itu tidak berpengetahuan sama sekali kecuali sangat sedikit dan berserak-
serakan, yang layak untuk kehidupan kabilah - kabilah di padang pasir, kota-
kota kecil atau pedalaman.
Dengan datangnya Islam, jadilah mereka sebagai umat yang memimpin
manusia dengan kepemimpinan yang agung, bijaksana, jelas, dan lurus. Hal
ini karena Al-Qur’an dijadikan pedoman dan arahan dalam perilaku dan
sikapnya, dan dijadikan sebagai dasar pendidikannya. Jika umat Islam ingin
kembali melahirkan generasi yang andal dan canggih dalam mengemban
kepemimpinan yang lurus, maka jalannya tidak lain adalah kembali dan
beriman kepada Al-Qur’an. Dan menjadikan Al-Qur’an sebagai manhaj
dalam hidupnya, bukan sekedar nyanyian untuk diperdengarkan kepada
telinga.2 Pada ayat di atas disebutkan: Dan Mengajarkan (Yu’allim),
kepadamu al-Kitab dan As-Sunnah kepada Umatnya.
Menurut Muhaimin, pengajaran pada ayat itu mencakup teoritis dan
praktis, sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran
melaksanakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan menampik
kemudaratan. Pengajaran ini juga mencakup ilmu pengetahuan dan Al-
Hikmah (bijaksana).3 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pertama, Rasulullah SAW adalah pendidik dan suri tauladan bagi umatnya.
Kedua, Aktivitas Rasulullah pada zaman dahulu dapat digambarkan sebagai
seorang pendidik, sedangkan umat atau sahabat-sahabatnya sebagai peserta
didik sebagaimana Rasulullah membacakan ayat-ayat yang diturunkan Allah.
Ketiga, Allah mengutus Rasul untuk menyucikan mereka, dengan
menyucikan ruh mereka dari kotoran syirik, noda-noda jahiliyah. Keempat,
Bahwasannya Bangsa Arab pada waktu itu tidak berpengetahuan sama sekali,
masih dalam keadaan tersesat. Dengan datangnya Islam, Rasulullah
mengajarkan kepada umat yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Tugas seorang
guru tidak hanya mengajar (transfer of knowledge), tetapi juga harus mampu
2
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2000), jil. 1, h. 251
3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta:Rajawali Press, 2005), h. 45.

5
menanamkan nilai-nilai dasar guna membangun karakter atau akhlak pada
murid dan menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman dan dasar pendidikannya.

B. PERSEPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL JUMUAH AYAT 2


TENTANG TUGAS SEORANG PENDIDIK
9‫ ْم‬9‫ ِه‬9‫ ي‬9‫ ِّك‬9‫ َز‬9ُ‫ ي‬9‫ َو‬9‫ۦ‬9‫ ِه‬9ِ‫ ت‬9َ‫ي‬9ٰ 9‫ ا‬9‫ َء‬9‫ ْم‬9‫ ِه‬9‫ ْي‬9َ‫ ل‬9‫ َع‬9‫ا‬9۟9‫و‬9ُ‫ ل‬9‫ ْت‬9َ‫ ي‬9‫ ْم‬9‫ ُه‬9‫ ْن‬9‫اًل ِّم‬9‫ و‬9‫س‬
ُ 9‫ َر‬9‫ن‬9َ 9‫ۦ‬9‫ ِّي‬9‫ُأْل ِّم‬9‫ ٱ‬9‫ ى‬9ِ‫ ف‬9‫ث‬ 9َ 9‫ َع‬9َ‫ ب‬9‫ ى‬9‫ ِذ‬9َّ‫ل‬9‫ ٱ‬9‫ َو‬9‫ُه‬
9‫ ٍن‬9‫ ي‬9ِ‫ ب‬9‫ ُّم‬9‫ل‬9ٍ 9َ‫ل‬9ٰ 9‫ض‬
9َ 9‫ ى‬9ِ‫ ف‬9َ‫ ل‬9‫ ُل‬9‫ ْب‬9َ‫ ق‬9‫ ن‬9‫ ِم‬9‫ ۟ا‬9‫ و‬9ُ‫ن‬9‫ ا‬9‫ َك‬9‫ ِإ ن‬9‫ َو‬9َ‫ ة‬9‫ َم‬9‫ ْك‬9‫ ِح‬9‫ ْل‬9‫ ٱ‬9‫و‬9َ 9‫ب‬ 9َ 9َ‫ت‬9ٰ 9‫ ِك‬9‫ ْل‬9‫ ٱ‬9‫ ُم‬9‫ ُه‬9‫ ُم‬9ِّ‫ ل‬9‫ َع‬9ُ‫ ي‬9‫و‬9َ
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Q. S Al-Jumuah:
2)
1. Asbabun Nuzul Surah Al-Jumuah pada Ayat 2
Adapun alasan diturunkannya Surah Al-Jumuah ayat 2, diriwayatkan
bahwa orang-orang Yahudi Madinah biasa menyombongkan pengetahuan
mereka tentang kitab suci dan status mereka sebagai “umat pilihan”.
Menanggapi klaim mereka, maka Allah SWT., menurunkan ayat ini dengan
mengutus seorang Nabi kepada orang Arab yang buta huruf, yang diangap oleh
orang Yahudi bodoh dan tidak beradab. Nabi Muhammad SAW., diutus oleh
Allah untuk menyampaikan risalah Islam, dengan tujuan untuk memurnikan
mereka daridosa masa lalu dan untuk membimbing mereka ke jalan yang
benar. Ayat ini menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW., adalah rahmat
bagi seluruh umat manusia, terlepas dari latar belakang atau keadaan
kebodohan mereka sebelumnya.

2. Tasir Surah Al-Jumu’ah Ayat 2


Berdasarkan buku “Tafsir Al-Misbah” karya M. Quraish Shihab tentang
konsep tujuan pendidikan Islam dalam al-Qur’an surat al-jumu’ah ayat 2 yaitu
tujuan sosial sebagai agent of change atau pengubah terhadap keadaan yang
ada disekitar. Berdasarkan surat al-jumu’ah ayat 2 dijelaskan bahwa tahap
menuju tujuan sosial dalam pendidikan Islam.

6
Pertama, ‫ يتلوا عليكم ءاياتنا‬membacakan kepada kalian ayat-ayat. Rasulullah
SAW., membacakan ayat-ayat Allah SWT., yang membimbing kejalan yang
benar, memberikan jalan petunjuk supaya mendapatkan hidayah-Nya. Nabi
Muhammad SAW., membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada umat sebagai
bentuk atau rasa kepeduliannya. Nabi memberikan kabar gembira yaitu
memberikan ilmu pengetahuan kepada umatnya agar mereka mengetahui
bagaimana cara melakukan suatu kegiatan atau ibadah yang sesuai dengan
konsep ajaran agama Islam. Dengan sifat sabar yang dimilikinya, Nabi
membimbing umatnya untuk meninggalkan kebiasaan buruk orang-orang
jahiliah. Nabi Muhammad merupakan sosok pendidik utama untuk sahabat dan
umatnya dengan cara memberikan ilmu pengetahuan dalam bentuk kalimat
yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami dan diaplikasikan serta lebih
mengena kepada hati dan akal umatnya.

Kedua, ‫زكيكم‬ZZ‫ وي‬membersihkan, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW.,


menyucikan dan membersihkan jiwa mereka dari akidah palsu, bujukan-
bujukan wasaniy dan kotorannya. Karena saat Rasulullah dan agama Islam
belum datang, bangsa Arab hidup dalam kehancuran akhlak, akidah dan etika.
Kemudian Nabi mengubah semua kejahiliahan baik akidah maupun akhlak
yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam seperti mengubur bahkan
membunuh anak perempuan karena menyakini bahwa anak perempuan
pembawa sial.

Ketiga, ‫ ويعلمهم الكتب و الحكمة‬dan mengajarkan al-kitab dan al-hikmah.


Maksud dari al-kitab yaitu al-Qur’an sedangkan Al-Hikmah yaitu hadits. Al-
Qur’an mengajak atau mengajarkan umat Islam agar mau belajar baik
membaca atau menulis menuju cahaya dan ilmu pengetahuan.

Tujuan akhir dari suatu pendidikan Islam yaitu menjadi seorang hamba
yang taat dan patuh dengan semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya,
menjadi khalifatullah fil ardh (wakil Allah di bumi), memperoleh ketenangan,
ketentraman, kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

7
C. PERSPEKTIF HADITS RIWAYAT ABU DAUD
Sebagaimana telah disebutkan didepan bahwa terdapat faktor yang
menyebabkan orangtua harus mendelegasikan tugas dan kewaiban mendidik
anak-anak mereka kepada pendidik (guru) di sekolah. Senada dengan hal
tersebut menurut Rasulullah SAW., guru memiliki kedudukan yang sama yaitu
sebagai orangtua. Hadist tentang pendidik sebagai wakil orang tua sebagai
berikut.

‫عن أبي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اء نما أنا لكم بمنزلة‬
‫ فاءذاأتى أحدكم الغائط فال يستقبل القبلة وال يستدبرها وال يستطب‬Z‫الوالدأعلمكم‬
‫بيمينه وكا ن يأ مر بثال ثة أحجار وينهى عن الروث والرمة‬
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rosullulloh SAW. bersabda,
“Sesungguhnya aku menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu.
Apabila salah seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap
atau membelakangi kiblat, janganlah ia beristinja’ (membersihkan dubur
sesudah buang air), dengan tiga batu dan melarang beristinja’ dengan
kotoran (najis) dan tulang.” (HR. Abu Dawud)[7]

Pendidik perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang


diamanahkan oleh Allah SWT., dan orangtua peserta didik. Mendidik anak
harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus
memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha
dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara
maksimal. Pendidik tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-
sifat yang tidak disenanginya dan peserta didik juga harus menghargai dan
menghormati pendidik, agar seimbang dan tercapainya suatu tujuan
pendidikan.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam makalah ini, pemakalah menyimpulkan bahwa tugas
seorang pendidik berdasarkan al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 151 dan
surat Al-jumu’ah ayat 2, bahwa Rasulullah SAW., merupaka seorang
pendidik dan suri tauladan untuk umatnya. Sahabat atau umat Nabi
sebagai peserta didik yang siap menerima ilmu pengetahuan dari pendidik
yaitu Rasulullah SAW. Allah mengutus Rasul untuk menyucikan orang-
orang Arab dari keburukan dan kesyirikan. Rasulullah mengajarkan Al-
Kitab dan Al-Hikmah untuk umatnya. Dari hal tersebut pendidik harus
mengajarkan peserta didik secara teoritis maupun praktis, seorang
pendidik mampu menanamkan nilai-nilai dan karakter serta akhlak yang
baik kepada peserta didik, menjadikan peserta didik untuk iman, taqwa
dan taat kepada Allah, menjadikan kitab suci Al-Qur’an dan ajaran
Rasulullah sebagai pedoman dan dasar pendidikannya. Sedangkan
menurut hadits riwayat Abu Daud, pendidik diibaratkan sebagai orang tua
kedua untuk peserta didik. Pendidik harus mempunyai sifat rasa kasih
sayang pada peserta didik dan tidak boleh membeda-bedakan antara
peserta didik yang satu dengan lainnya, sehingga tujuan suatu pendidikan
dapat tercapai.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari dosen mata kuliah Hadits Tarbawy maupun dari para mahasiswa.

9
DAFTAR PUSTAKA
Zafirah, M. (2022). Pembahasan Kata Ummy Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Surat
Al-Jumu’ah). Jurnal Islamic Pedagogia. 2 (1). 19-29.

Masturoh, Imas, Suci Nurul WD, M. Djaswidi Al Hamdani. 2015. Konsep Tujuan
Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah Ayat 2 (Analisis Tafsir Al-
Misbah Karya M. Quraish Shihab). Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. 3 (1). 81-
96.

Ashari. Moh. Yahya. (2015). Unsur-Unsur Pendekatan Pembelajaran PAI dalam


Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh Ayat 151. Jurnal Studi Islam. 6 (2). 128-147.

Arsalan. Muhammar Zuhdi. Zulfianah Sunusi. Zuhdiyah. (2021). Kompetensi Guru


dalam Al-Qur’an Surah Al-Jumu’ah [62]: 2. Jurnal el-Fakhru, Islamic Education
Teaching and Studies. 1 (1). 64-78.

Kadar M. Yusuf. Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan.


Jakarta: Amzah. 2017

10

Anda mungkin juga menyukai