MAKALAH
“Studi Al-Qur’an”
Dosen Pengampu:
PROGRAM STUDI
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas makalah yang berjudul “MEMAHAMI AMTSAL
DALAM AL-QUR’AN” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag pada mata kuliah
“Studi Al-Qur’an”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag
selaku dosen mata kuliah “Studi Al-Qur’an” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Team Kelompok 10
i
DATAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata amtsal merupakan bentuk jama’ darikata mitsal. Secara etomolgi kata
matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal
dipergunakan untuk menunjukkan arti keadaan, sidat, dan kisah yang mengagumkan.
1
Yang bisa dilihat pada surat al-Baqoroh ayat 17:
َم َثُلُهْم َك َم َثِل اَّلِذ ى اْسَتْو َقَد َناًراۚ َفَلَّم ٓا َاَض ۤا َء ْت َم ا َح ْو َلٗه َذ َهَب ُهّٰللا ِبُنْو ِر ِهْم َو َتَر َك ُهْم ِفْي
ُظُلٰم ٍت اَّل ُيْبِص ُرْو َن
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi
sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
Selanjutnya pada surat al Fath 29, kata matsal dalam ayat ini mengartikan
keadaan yang mana kata matsal digunakan untuk makna yang sesuai dengan kondisi
orang-orang munafik yang tidak dapat menerima petunjuk dari Allah.2
ُمَحَّم ٌد َّر ُسْو ُل ِهّٰللاۗ َو اَّلِذ ْيَن َم َع ٓٗه َاِش َّد ۤا ُء َع َلى اْلُك َّفاِر ُر َح َم ۤا ُء َبْيَنُهْم َتٰر ىُهْم ُر َّك ًعا ُسَّجًدا َّيْبَتُغ ْو َن
َفْض اًل ِّم َن ِهّٰللا َو ِر ْض َو اًناۖ ِس ْيَم اُهْم ِفْي ُوُجْو ِهِهْم ِّم ْن َاَثِر الُّسُجْو ِد ۗ ٰذ ِلَك َم َثُلُهْم ِفى الَّتْو ٰر ىِة
َۖو َم َثُلُهْم ِفى اِاْل ْنِج ْيِۚل َك َزْر ٍع َاْخ َر َج َش ْطَٔـٗه َفٰا َز َرٗه َفاْسَتْغَلَظ َفاْس َتٰو ى َع ٰل ى ُسْو ِقٖه ُيْع ِج ُب
الُّز َّر اَع ِلَيِغ ْيَظ ِبِهُم اْلُك َّفاَر ۗ َو َعَد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت ِم ْنُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka
tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan)
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih
11, 2
Mahbab Nuryadien. Metode Amtsal Metode AlQur’an Membangun Karakter. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2
3
yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan
tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-
orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.”
Kata matsal pada ayat tersebut mengarikan kisah atau cerita yang mengagumkan. Pada
kaitan ini Zamakhsyary mengatakan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal tersebut,
yaitu pertama, matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al nadhir yang berarti
serupa atau sebanding. Kedua, matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman
yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya
dianggap penting dan mempunyai keanehan.3
Banyak pengertian tentang amtsal ini, berikut adalah pengertian amtsal menurut
para ahli:
1. Ibn Al Qayyim
Menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan
sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan
salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap yang satu
sebagai yang lain.
2. Al Suyuthiy
Mendeskripsikan makna dengan gambaran yang kongkrit karena lebih
mengesankan di hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang nampak,
yang gaib dengan yang hadir.
3. Manna’ al Qaththan
Menonjolkan makna dalam bentuk yang menarik dan padat serta mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih maupun dalam bentuk
kalimat-kalimat bebas.
Dari pengertian yag telah didefinisikan oleh para ahli tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa amtsal AlQur’an adalah membuat perumpamaan-perumpamaan
mengenai keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lainya baik didampingi kalimat metaforis
3
Mahbab Nuryadien. Metode Amtsal Metode AlQur’an Membangun Karakter. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
4
(isti’arah), dengan cara anthrofomorphism (tasybih) atau dengan cara lainya. Dengan
begitu, jika dipelajari dengan seksama perumpamaan-perumpamaan dalam AlQur’an
memakai bentuk yang beragam dan nasihat, serta dapat difahami oleh akal fikiran. 4
Dalam amtsal AlQur’an ada empat rukun yang harus dipenuhi, yaitu:5
4
Mahbab Nuryadien. Metode Amtsal Metode AlQur’an Membangun Karakter. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
5, 6
Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. Ilmu Amtsalil Qur’an. Digilib.uinsy.ac.id.
6
5
َم َثُلُهۡم َك َم َثِل ٱَّلِذ ى ٱۡس َتۡو َقَد َناً۬ر ا َفَلَّم ٓا َأَض ٓاَء ۡت َم ا َح ۡو َلُه ۥ َذ َهَب ٱُهَّلل ِبُن وِر ِهۡم َو َت َر َك ُهۡم ِفى ُظُلَم ٰـ ٍ۬ت اَّل
) َأۡو َك َص ِّيٍ۬ب ِّم َن ٱلَّس ٓاِء ِفيِه ُظُل ٰـ ٌ۬ت َر ۡع ٌ۬د١٨( ) ُص ُّۢم ُبۡك ٌم ُعۡم ٌ۬ى َفُهۡم اَل َيۡر ُعوَن١٧( ُيۡب ِص ُروَن
َم َو َم ِج
ُۢط
( َو َب ۡر ٌ۬ق َيۡج َع ُل وَن َأَص ٰـ ِبَع ُهۡم ِفٓى َء اَذ اِنِہم ِّم َن ٱلَّص َو ٲِع ِق َح َذ َر ٱۡل َم ۡو ِۚت َو ٱُهَّلل ُمِح ي ِبٱۡل َك ٰـ ِفِر يَن
ۚ
) َيَكاُد ٱۡل َبۡر ُق َيۡخ َطُف َأۡب َص ٰـَر ُهۡمۖ ُك َّلَم ٓا َأَض ٓاَء َلُهم َّم َشۡو ْا ِفيِه َو ِإَذ ٓا َأۡظ َلَم َع َلۡي ِہۡم َقاُم وْا َو َلۡو َش ٓاَء ٱُهَّلل١٩
)٢٠( َلَذ َهَب ِبَس ۡم ِع ِهۡم َو َأۡب َص ٰـ ِر ِهۡمۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ۡى ٍ۬ء َقِد يٌ۬ر
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api maka setelah
api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya [yang menyinari] mereka,
dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (17) Mereka tuli,
bisu dan buta maka tidaklah mereka akan kembali [ke jalan yang benar]. (18) atau
seperti [orang-orang yang ditimpa] hujan lebat dari langit disertai gelap gulita,
guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena
[mendengar suara] petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang
yang kafir. (19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap
menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu”.
2. Amtsal Kaminah
Pada amtsal jenis ini tidak dijelaskan dengan rinci dengan lafal tamtsil
(permisalan) naming menjukan makna yang indah dan menarik dalam
penyampaian serta mempunyai pengaruh terhadap perpidahan yang serupa
dengannya. Bisa dilihat pada surat al Furqon 67:
َو اَّلِذ ْيَن ِاَذ ٓا َاْنَفُقْو ا َلْم ُيْس ِرُفْو ا َو َلْم َيْقُتُرْو ا َو َك اَن َبْيَن ٰذ ِلَك َقَو اًم ا
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang
apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di
antara keduanya secara wajar”
3. Amtsal Mursalah
Untuk amtsal jenis mursalah didefinisikan sebagai kalimat-kalimat yang tidak
memakai lafal tasybih dengan jelas, namun kalimat itu berlau menjadi matsal.
Sebagai contih pada surat al Muddatsir 38:
6
ْيَنٌۙة
ُك ُّل َنْفٍۢس ِبَم ا َك َسَبْت َر ِه
“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”
Maka dari itu, menurut hasil analisis para ulama bahwa manfaat dan tujuan amstal
al-qur’an itu adalah antara lain:7
1. Menampilkan sesuatu yang bersifat rasional yang hanya dapat dijangkau oleh
pikiran dalam bentuk yang konkrit (material) yang dapat ditangkap oleh indra
manusia, sehingga pada akhirnyaakal dapat dengan mudah menerima pesan yang
disampaikan oleh perumpamaan tersebut. Karena pengertian yang bersifat abstrak
tidak akan bisa tertancap atau setidak-tidaknya sedikit sulit diterima oleh benak
hati nurani manusia, kecuali jika dituangkan dalam bentuk yang bersifat indrawi
yang dekat dengan daya pemahaman. Contohnya, Allah membuat matsal bagi
orang-orang yang memberikan hartanya dengan riya’ makai a tidak akn pernah
mendapatkan balasan pahala sedikitpun dari Allah atas perbuatannya itu.
3. Dapat menghimpun makna yang indah dan menarik di dalam suatu ungkapan
yang padat dan singkat, sebagaimana telah terdapat dalam amtsal al kaminah dan
amtsal al mursalah
5. Dapat menjauhkan seseorang dari suatu larangan untuk tidak dilakukan, jika
matsal tersebut berupa sesuatu hal yang tidak dikehendaki atau dibenci oleh jiwa.
Sebagai contoh, larangan al-qur’an untuk menggunjing orang lain.
6. Untuk memuji orang-orang yang menjadi sasaran amtsal itu sendiri, misalnya
pujian Allah kepada para sahabat.
7. Dengan matsal,dapat dideskripsikan sesuatu yang memiliki sifat yang dipandang
buruk orang banyak. Sebagai contoh, matsal tentang keadaan orang yang
dikaruniai kitab Allah tetapi ia tersesat di jalan, sehingga pada akhirnya ia pun
tidak mau mengamalkan isi kitab tersebut.
8. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih berpengaruh dan lebih mengena
pada jiwa, lebih efektif dalam menyampaikan nasihat atau larangan dan lebih
dapat memuaskan hati serta lebih kuat pengaruhnya.8
Metode penyajian suatu informasi dalam kegiatan proses belajar mengajar, akan
lebih menarik dan efisien jika ditumpahkan dalam sebuah cerita dan ungkapan yang
indah. Salah satu prosedurnya adalah menggunakan tamtsil yang secara etimologi
berarti perumpamaan atau penyerupaan. Dalam konteks sastra matsal ialah ungkapan
yang dilontarkan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam suatu
ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu dicetuskan. Sehingga matsal
8
Jalaluddin al Suyuthi, Al Ithqan Fi ‘Ulum al Qur’an, (Muassassah al Kuub al Tsaqafiyyah,
1996), juz. 4, hlm. 343
8
sering digunakan untuk mengacu kualitas hasil yang diharapkan dapat diambil
pelajaran bagi pendengarnya.9
9
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Teras, 2008), hal. 141
10
Lihat, H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1991), hal.77
11
Manna Al Qaththan,Op. Cit., hal.289
12
Umar Syihab, Al Qur’an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1990), hal.56
9
Dari berbagai bentuknya, matsal dalam Pendidikan ada beberapa faktor
diwujudkan, antara lain:13
13
Ahmad Munir Op. Cit. hal. 145-147
10
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Tolchah, M. A., Dr. H. Moch (2018). Ilmu Amtsalil Qur'an. digilib.uinsby.ac.id, 3-7.
Nuyadien, M. (JURNAL AL TARBAWI AL HADITSAH ). Metode Amtsal Metode AlQu'an. IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, VOL 1 NO 1 ISSN 2407-6805.
Isma’il, Muhammad Bakar, Dirasat Fi Ulum al Qur’an, (Kairo: Dar al Manar, 1991).
Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Teras, 2008)
Qayyim, al. Ibnu, ‘A’lam al Muwaqqi’in, j.i, (Beirut: Dar al Kutub al Islamiyah, 1993).
Shalih, al, Subhi, Mabahits Fi Ulum Al Qur’an, (Beirut: Dar al Ilmi Li al Malayin, 1972).
Suyuthiy, al, Jalaluddin, Al Itqan Fi Ulum Al Qur’an, j.ii, (Beirut: Dar al Fikr, t.t.)
Syihab, Umar, Al Qur’an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990).
Zarkasyi al, Badruddin bin Abdullah, Al Burhan Fi Ulum Al Qur’an, j.i., (Beirut: Dar Al Fikr, 1988).
11