Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AMSALUL QUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

DOSEN PEMBIMBING :
Lina Agustina, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. SITI ISNA WAHYUNI
2. SITI NUR HAYATI
3. UMI MAULIDA

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM
AT TANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.       


        Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam
mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia,
Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan
Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia Nya hingga akhir zaman.
        Makalah yang berjudul “Amtsalul Qur’an” ini, kami susun unuk memenuhi
tugas yang diamanahkan kepada kami pada mata kuliah Ulumul Qur’an serta
sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Ulumul Qur’an  dan pihak lain yang
berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat sederhana  dan fokus pada
pokok bahasan  sehingga mudah dipahami  dan memiliki ruang lingkup yang
terbatas pada judul diatas.
        Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun  sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan 
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini. Kami berharap  mudah-mudahan makalah ini bermanfaat  bagi para pembaca.
Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sumberrejo, 13 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................i


Daftar Isi....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................2
A. Pengertian Amtsalul Qur’an..................................................................2
B.  Macam-Macam Amstalul Qur’an ........................................................3
C.  Faedah Amtsalul Qur’an .....................................................................5
D.  Hukum  membuat Amtsal dengan Al-Qur’an .....................................7
BAB III : PENUTUP.................................................................................9
A. Kesimpulan .......................................................................................9
B. Saran ..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sejak zaman jahiliyah atau sebelum kedatangan Rasulullah SAW,salah
satu kegemaran orang arab adalah berpantun atau bersyair  dengan
menggunakan  bahasa-bahasa  yang menurut standar mereka sudah
mengandung nilai-nilai estetika bahasa.Sehingga dalam beberapa cataatan
sejarah menunjukkan semakin indah bahasa yang digunakan seseorang  dalam
melantunkan syair maka semakin menguatkan status sosialnya  dikalangan
masyarakat umum.Ketika Allah SWT yang Maha Mengetahui ,Maha Indah,
mengutus seorang Rasul di tengah- tengah  masyarakat pada saat itu ,maka
Allah SWT membekalinya dengan sebuah kitab , yang keindahanya  bahasa
dan sastranya tidak bisa di tandingi oleh para penyair arab.
Disamping gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi , Al-Qur’an  juga
menawarkan ungkapan  dengan menggunakan perumpamaan-perumpammaan
(amtsal) yang sangat indah dan logis,sehingga perumpamaan - perumpamaan
mengandung ajaran itu bisa diterima masyarakat pada masa itu. Karena
terlalu indah, kadang –kadang para ulamak tidak mampu untuk
membahasakan keindahan perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al
Qur’an.
Untuk memahami itu semua maka ulamak tafsir menganggap perlu
adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an agar
manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan
tersebut.Karena itulah kami mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut,yaitu
ILMU AMTSALUL AL- QUR’AN.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian Amtsalul Qur’an?
b.      Ada berapa macam-macam Amtsalul Qur’an?
c.       Apakah faedah-faedah Amtsalul Qur’an?
d.      Bagaimana hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an?
BAB II

1
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AMTSALUL QUR’AN


       Secara bahasa (etimologi) kata Amtsal adalah bentuk jamak dari
matsal, mitsul dan matsil.1  Kata ini memiliki makna kata syabah, syibah dan
syabih baik secara lafal maupun maknanya. Bentuk tersebut di ungkapkan 
sebanyak 19 kali di berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an. 2  Sedang
dalam bentuk lain di ungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan
surat dalam Al-Qur’an.3 Pengertian Amtsal secara bahasa ada tiga macam
yaitu:
1.    Perumpamaan, gambaran atau perserupaan
2.    Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan
3.    Sifat, keadaan atau tingkah laku.
Sedangkan menurut istilah (terminologi) Amtsal mempunyai beberapa
definisi diantaranya sebagai berikut:
1.  Menurut ulama ahli ilmu adab:
َ ‫ب قَوْ ٌل ُمحْ ِك ٌّي َساَِئ ٌر يُ ْْق‬
ُ‫ص ُد بِ ِه تَ ْشبِ ْيه‬ ِ ‫في ْااَل َد‬ِ ‫َو ْال َمثَ ُل‬
‫ِ حا ِل ْالََّ ِذي ُح ِك َي فِ ْي ِه بِ َح ِل ْالََّ ِذي قِ ْي َل اِل ًجْ لِه‬        
َ  
Artinya: “Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab  ialah ucapan
yang seringkali disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang
dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu
yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju”.
Maksud dari definisi diatas adalah Amtsal itu bertujuan untuk
menyamakan hal yang akan di ceritakan dengan asal ceritanya (asal
mula cerita). Contohnya yaitu  ucapan orang arab:‫رُبَّ َر ِميَّ ٍة ِم ْن‬
   ‫ َغي ِْر َر ٍام‬ 
Artinya: ” Banyak panahan  yang tidak ada  panahanya”

1 Ahmad Warson al-munawwir, Qamus al-munawir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku


Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Krapyak, 1984,h.1404
2 Untuk lebih mengenal kata amtsal tersebut lebih jelas ,lihat QS.al-An’am 38,160. QS.al-A’raf
194. QS.al-Ra’du 17. QS. Ibrahim 25. QS.al-Nahl 74. QS.al-Nur 35. QS.al-Furqon 39. QS.al-
Ankabut 43. QS. Muhammad3,10,38.
3 Muhammad Fu’ad Abd al Baqi ,al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral
Kutub,t.t.,h.659-661

2
Maksudnya,  betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran
yang dilakukan oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat
lemparannya.

2.   Menurut ulama ahli ilmu bayan :


‫اَ ْل َمثَ ُل هُ َو ْال َم َجا ُز ْال ُم َر َكبُ الََّ ِذي تَ ُُكوْ نُ َعالَقَتُُهُ ْال ُمتَ َشابِهَة‬ 
Artinya: “Perumpaan  ialah  bentuk  majaz murakkab yang
kaitanya / konteknya  ialah persamaan”.
Maksudnya, Amtsal adalah sebuah ungkapan majaz atau kiasan
yang majemuk, dimana  hubungan  antara yang disamakan  dengan
asalnya adalah karena adanya persamaan atau keserupaan antar
keduanya.
B.   MACAM –MACAM AMTSALUL QUR’AN
Amtsal dalam al qur’an ada tiga macam yaitu:
1. Amtsal Musharrahah yaitu amtsal yang tegas  dan jelas menggunakan
kata-kata perumpamaan.Didalamnya ada lafadz matsal atau yang
menunjuk kepada tasybih. Contohnya:  Firman Allah tentang orang-orang
munafik (QS.Al Baqarah 17-20).
Dalam ayat ini Allah SWT membuat dua perumpamaan bagi orang
munafik yaitu matsal yang berkenaan dengan api. Allah SWT menyebut
orang munafik “….adalah seperti orang yang menyalakan api….”
Untuk penerangan dan manfaat, mengingat mereka memperoleh
manfaat materi dengan sebab masuk islam. Namun disisi lain, Islam
tidak memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa?
karena Allah SWT menghilangkan cahaya dalam api itu”. Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka…” dan perumpamaan yang
kedua yaitu matsal yang berkenaan dengan air…” atau seperti (orang-
orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…” Allah SWT
menyerupakan orang munafik dengan keadaan orang yang ditimpa hujan
lebat yang disertai gelap gulita, gemuruh dan kilat. Sehingga rusaklah
segenap kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari jemari untuk
menyumbat telinga serta memejamkan mata karena takut petir

3
menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan dan kitabnya bagi orang munafik tak ubahnya seperti
petir yang sambar-menyambar.

2. Amtsal Kaminah yaitu amtsal yang tersembunyi.


Maksudnya,lafadz tamsil (pemisalanya ) tidak ditegaskan tetapi
menunjuk kepada  makna-makna yang indah ,menarik dan mempunyai
pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contohnya sbb:
Ayat –ayat yang senada dengan perkataan:
(sebaik-baiknya urusan adalah pertengahanya) yaitu:
a.       FirmanAllahSWTmengenai sholat )QS.Al-Isra’110)Artinya: “…
Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalatmudan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu…”
b.      Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68)
Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda:pertengahan antara itu…”
c.       Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68)
Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda:pertengahan antara itu…”
d.      Firman Allah SWT mengenai harta (QS.Al-Furqon 67) Artinya:
“Dan orang-orang yang membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan pembelanjaan itu
ditengah antara yang demikian”.
3. Amtsal Mursalah yaitu amtsal yang terlepas .
Maksudnya, kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih
secara jelas. Contoh:
a.       “Sekarang jelaslah kebenaran ini’’ (QS.Yusuf 51)  ُ‫ص ْال َحق‬
َ ‫ْالَئنَ َحصْ َح‬
b.      “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati  mereka terpecah
belah” (QS. Al- Hasyr 14)  ‫تَحْ َسبُهُ ْم َج ِم ْي َعا َوقُلُُوْ بُهُ ْم َشتَّي‬ 

4
c.       “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya itu selain Allah”
(QS. An-Najm 58)       ‫ْس لَهَا ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ َكا ِشفَه‬
َ ‫لَي‬
Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-yat yang
mereka namakan amtsal mursallah ini apa atau bagaimana hukum
menggunakanya sebagai matsal. Sebagian ahli ilmu memandang hal
demikian telah keluar dari adab Al-Qur’an, Ar-Razy berkata ketika
menafsirkan ayat  َ‫ ِد ْين‬ŒŒŒŒَ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُُك ْم َولِي‬  “Untukmu agamamu dan untukku
agamaku” (QS.Al- Kafirun 6).
 Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk
membela, membenarkan perbuatanya ketika meninggalkan
agama/murtad) padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah
menurunkan Al-Qur’an bukan untuk dijadikan matsal,tetapi untuk di
renungkan dan kemudian di amalkan isi kandungannya.4
C. FAEDAH AMTSALUL QUR’AN
     Beberapa faedah dari adanya Amtsalul Al-Qur’an adalah: 
1. Memperjelas pengertian yang abstrak dengan menggunakan bentuk yang
kongkrit, akan mudah ditangkap oleh indera dan mendorong akal manusia
untuk  memahami ajaran Al-Quran. Seperti gambaran  Al-Qur’an dalam
surat Al Baqarah  264  yang menggambarkan hilangnya  pahala  sedekah
yang diserupakan dengan hilangnya debu diatas batu akibat tersiram air
hujan  deras.
2. Dapat mengungkapkan realitas perkara dan mengkongkritkan hal yang
abstrak. Contoh surat Al Baqarah 275 Artinya: “Orang-orang yang
maakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”. Ayat ini
mengumpamakan orang yang makan riba adalah orang yang tertipu oleh
hawa nafsunya, diserupakan dengan orang yang sempoyongan karena
kesurupan syaitan.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah ,menarik,dengan ungkapan yang
ٍ ‫ ْز‬ŒŒ‫ ُل ِح‬ŒŒ‫ُُك‬
singkat dan padat. Contoh surat Al-Mu’minun 53. ‫ َد ْي ِه ْم‬ŒŒَ‫ا ل‬ŒŒ‫ب بِ َم‬

4 Liliek chana dan Syaiful Hidayat,Ulumul Qur’an dan pembelajaranya (Surabaya: Kopertais IV


Perss,2014) h.365.

5
َ‫فَ ِرحُوْ ن‬ Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi  mereka (masing-masing)”.
4. Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan melakukan hal-hal
yang dijadikan perumpamaan yang sangat menarik dalam Al-Quran.
Contoh: Surat Al-Baqarah 261, Artinya: “…Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa
yang Dia kehendaki”.
Perumpamaan diatas dapat mendorong orangn untuk lebih banyak
beramal sedekah dikarenakan besarnya pahala bagi yang mengerjakanya
karena terdorong oleh perumpamaan tersebut.
5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela   yang dijadikan 
perumpamaan dalam alquran,setelah  ia memahami  kejelekan  dari
perbuatan  tersebut. Contoh: Surat Al-Hujurat ayat 12, Artinya: “… Dan
janganlah sebagian  dari kalian  menggunjing sebagian  yang lain.
Apakah  senang jika salah seorang  diantara kamu suka memakan  daging 
saudaranya yang sudah mati? maka tentulah  kamu merasa jijik
kepadanya”.
Manusia akan merasa jijik dan tidak suka memakin bangkai, karena
itu Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain dengan
tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.
6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada
sahabatnya Rasulullah dalam Surat Al-Fath 29 Artinya: “…Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pohonnya, tanamn itu menyenangkan hati penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kufur (dengan kekuatan mu’min)
…’’
       Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada permulaan islam,
kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari10. Namun

6
dalam waktu yang  terbilang singkat 23 tahun, para sahabat jumlahnya
menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam
peristiwa Fatkhul Makkah.
7. Digunakan untuk mencela ,ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi
perumpamaan adalah hal yang di anggap buruk oleh manusia. Seperti
dalam Surat Al-A’raf 176, Artinya: “Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi
dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkanya lidahnya dan jika kamu membiarkanya dia mengulurkan
lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami…”
       Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap
cenderung pada kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah
menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
8. Pesan yang disampaikan melalui Amtsal lebih mengena dihati ,lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat atau larangan serta lebih kuat
pengaruhnya. Dalam kaitanya ini Allah berfirman di surat Az-Zumar 27,
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-
Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.5
D.    HUKUM MEMBUAT AMTSAL DENGAN AL-QUR’AN
       Para sastrawan biasa menggunakan matsal di tempat-tempat yang
kondisinya serupa atau sesuai dengan isi matsal tersebut. Jika  hal ini di
benarkan dalam ungkapan manusia, maka para ulama tidak menyukai
penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Sebab Allah menurunkan Al-
Qur’an bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan di
amalkan isi kandunganya,demikian menurut Ar-Razi. Mereka tidak
memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu ayat matsal
dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Hal ini demi
menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang
mukmin.       

5 Liliek chana dan Syaiful Hidayat,Ulumul Qur’an dan pembelajaranya (Surabaya: Kopertais IV


Perss,2014) h.368

7
        Ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang
mempergunakan Alqur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh.
Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah  terputus dari
manusia, lalu ia mengatakan: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya
hari itu selain Allah” (Q.S.An-Najm 58).
       Kata Abu Ubaid, “Demikianlah,seseorang yang ingin bertemu dengan
sahabatnya atau ada kepentingan denganya tiba-tiba sahabat itu datang tanpa
di minta,maka ia berkata kepadanya sambil bergurau: 
ٍ ‫ِجْئتَ َعلَئ قَد‬
‫َر يَا ُموْ َسئ‬
Artinya’’ Kamu datang menurut waktu yang di tetapkan hai
Musa.’’(QS.Toha ayat 40). Berdosa besar bagi seseorang yang dengan
sengaja berpura-pura pandai, lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal
sampai – sampai ia terlihat bagai sedang bersenda gurau”.
        Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap Al-Qur’an. Ibnu
Syihab Az-zuhri berkata, “Janganlah kamu menyerupakan sesuatu dengan
Kitabullah dan Sunnah Rasululloh”. Maksudnya kata Abu Ubaid,
“janganlah kamu menjadikan bagi keduanya sesuatu perumpamaan, baik
berupa ucapan dan perbuatan”.6
  

6 Radhiati,Makalah Amstalul Qur’an ,http://Radhiatiali, blogspot.com/2013/12/ulumul qur’an,di


akses tanggal 11 Desember pukul 11.30 WIB

8
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian di atas tentang Amtsalul Al-Qur’an  maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.      Amtsal Al-Qur’an adalah perumpamaan dalam Al-Qur’an yang
menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan
singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih  maupun
majaz mursal ungkapan bebas.
2.      Macam-macam amtsal al-quran adalah amtsal yang jelas dengan
menggunakan lafazh dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa adat
tasybih.
3.      Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah untuk
mendorong manusia  untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-
hal  yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.
Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan
mengambil hal hal yang baik dan menjauhi hal hal yang buruk demi
mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
4.      Para ulama tidak menyukai ayat-ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Mereka
tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu matsal
dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi.Hal ini demi
menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang
mukmin.Dasar pengembangan ilmu amtsalul qur an diriwayatkan oleh
Baihaqi: “Sesungguhnya Al-qur an diturunkan atas lima cara 1.Halal
2.Haram 3.Muhkam 4.Mutasyabih 5.Amtsal.Oleh karena itu, pelajari
yang halal dan hindari yang haram,ikuti yang muhkam dan berimanlah
dengan mutasyabih,dan ambil pelajaran dari amtsal” (HR.Baihaqi).

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Qamus al –munawwir. Yogyakarta:


Unit Pengadaan Buku Ilmiah  Keagamaan, Pondok Pesantren
Krapyak
Channa, Liliek dan Hidayat ,Syaiful. 2014. Ulumul Qur’an
dan Pembelajaranya. Surabaya: Kopertais IV Press
Fu’ad, Muhammad. al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral
Kutub
Radhiati. Makalah Amstalul Qur’an. 2013. http://Radhiatiali,
blogspot.com

10

Anda mungkin juga menyukai