AMSALUL QUR’AN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
DOSEN PEMBIMBING :
Lina Agustina, M.Pd
DISUSUN OLEH :
1. SITI ISNA WAHYUNI
2. SITI NUR HAYATI
3. UMI MAULIDA
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman jahiliyah atau sebelum kedatangan Rasulullah SAW,salah
satu kegemaran orang arab adalah berpantun atau bersyair dengan
menggunakan bahasa-bahasa yang menurut standar mereka sudah
mengandung nilai-nilai estetika bahasa.Sehingga dalam beberapa cataatan
sejarah menunjukkan semakin indah bahasa yang digunakan seseorang dalam
melantunkan syair maka semakin menguatkan status sosialnya dikalangan
masyarakat umum.Ketika Allah SWT yang Maha Mengetahui ,Maha Indah,
mengutus seorang Rasul di tengah- tengah masyarakat pada saat itu ,maka
Allah SWT membekalinya dengan sebuah kitab , yang keindahanya bahasa
dan sastranya tidak bisa di tandingi oleh para penyair arab.
Disamping gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi , Al-Qur’an juga
menawarkan ungkapan dengan menggunakan perumpamaan-perumpammaan
(amtsal) yang sangat indah dan logis,sehingga perumpamaan - perumpamaan
mengandung ajaran itu bisa diterima masyarakat pada masa itu. Karena
terlalu indah, kadang –kadang para ulamak tidak mampu untuk
membahasakan keindahan perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al
Qur’an.
Untuk memahami itu semua maka ulamak tafsir menganggap perlu
adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an agar
manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan
tersebut.Karena itulah kami mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut,yaitu
ILMU AMTSALUL AL- QUR’AN.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Amtsalul Qur’an?
b. Ada berapa macam-macam Amtsalul Qur’an?
c. Apakah faedah-faedah Amtsalul Qur’an?
d. Bagaimana hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an?
BAB II
1
PEMBAHASAN
2
Maksudnya, betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran
yang dilakukan oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat
lemparannya.
3
menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan dan kitabnya bagi orang munafik tak ubahnya seperti
petir yang sambar-menyambar.
4
c. “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya itu selain Allah”
(QS. An-Najm 58) ْس لَهَا ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ َكا ِشفَه
َ لَي
Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-yat yang
mereka namakan amtsal mursallah ini apa atau bagaimana hukum
menggunakanya sebagai matsal. Sebagian ahli ilmu memandang hal
demikian telah keluar dari adab Al-Qur’an, Ar-Razy berkata ketika
menafsirkan ayat َ ِد ْينŒŒŒŒَلَ ُك ْم ِد ْينُ ُُك ْم َولِي “Untukmu agamamu dan untukku
agamaku” (QS.Al- Kafirun 6).
Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk
membela, membenarkan perbuatanya ketika meninggalkan
agama/murtad) padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah
menurunkan Al-Qur’an bukan untuk dijadikan matsal,tetapi untuk di
renungkan dan kemudian di amalkan isi kandungannya.4
C. FAEDAH AMTSALUL QUR’AN
Beberapa faedah dari adanya Amtsalul Al-Qur’an adalah:
1. Memperjelas pengertian yang abstrak dengan menggunakan bentuk yang
kongkrit, akan mudah ditangkap oleh indera dan mendorong akal manusia
untuk memahami ajaran Al-Quran. Seperti gambaran Al-Qur’an dalam
surat Al Baqarah 264 yang menggambarkan hilangnya pahala sedekah
yang diserupakan dengan hilangnya debu diatas batu akibat tersiram air
hujan deras.
2. Dapat mengungkapkan realitas perkara dan mengkongkritkan hal yang
abstrak. Contoh surat Al Baqarah 275 Artinya: “Orang-orang yang
maakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”. Ayat ini
mengumpamakan orang yang makan riba adalah orang yang tertipu oleh
hawa nafsunya, diserupakan dengan orang yang sempoyongan karena
kesurupan syaitan.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah ,menarik,dengan ungkapan yang
ٍ ْزŒŒ ُل ِحŒŒُُك
singkat dan padat. Contoh surat Al-Mu’minun 53. َد ْي ِه ْمŒŒَا لŒŒب بِ َم
5
َفَ ِرحُوْ ن Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi mereka (masing-masing)”.
4. Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan melakukan hal-hal
yang dijadikan perumpamaan yang sangat menarik dalam Al-Quran.
Contoh: Surat Al-Baqarah 261, Artinya: “…Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa
yang Dia kehendaki”.
Perumpamaan diatas dapat mendorong orangn untuk lebih banyak
beramal sedekah dikarenakan besarnya pahala bagi yang mengerjakanya
karena terdorong oleh perumpamaan tersebut.
5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan
perumpamaan dalam alquran,setelah ia memahami kejelekan dari
perbuatan tersebut. Contoh: Surat Al-Hujurat ayat 12, Artinya: “… Dan
janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain.
Apakah senang jika salah seorang diantara kamu suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya”.
Manusia akan merasa jijik dan tidak suka memakin bangkai, karena
itu Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain dengan
tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.
6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada
sahabatnya Rasulullah dalam Surat Al-Fath 29 Artinya: “…Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pohonnya, tanamn itu menyenangkan hati penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kufur (dengan kekuatan mu’min)
…’’
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada permulaan islam,
kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari10. Namun
6
dalam waktu yang terbilang singkat 23 tahun, para sahabat jumlahnya
menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam
peristiwa Fatkhul Makkah.
7. Digunakan untuk mencela ,ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi
perumpamaan adalah hal yang di anggap buruk oleh manusia. Seperti
dalam Surat Al-A’raf 176, Artinya: “Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi
dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkanya lidahnya dan jika kamu membiarkanya dia mengulurkan
lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami…”
Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap
cenderung pada kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah
menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
8. Pesan yang disampaikan melalui Amtsal lebih mengena dihati ,lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat atau larangan serta lebih kuat
pengaruhnya. Dalam kaitanya ini Allah berfirman di surat Az-Zumar 27,
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-
Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.5
D. HUKUM MEMBUAT AMTSAL DENGAN AL-QUR’AN
Para sastrawan biasa menggunakan matsal di tempat-tempat yang
kondisinya serupa atau sesuai dengan isi matsal tersebut. Jika hal ini di
benarkan dalam ungkapan manusia, maka para ulama tidak menyukai
penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Sebab Allah menurunkan Al-
Qur’an bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan di
amalkan isi kandunganya,demikian menurut Ar-Razi. Mereka tidak
memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu ayat matsal
dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Hal ini demi
menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang
mukmin.
7
Ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang
mempergunakan Alqur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh.
Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus dari
manusia, lalu ia mengatakan: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya
hari itu selain Allah” (Q.S.An-Najm 58).
Kata Abu Ubaid, “Demikianlah,seseorang yang ingin bertemu dengan
sahabatnya atau ada kepentingan denganya tiba-tiba sahabat itu datang tanpa
di minta,maka ia berkata kepadanya sambil bergurau:
ٍ ِجْئتَ َعلَئ قَد
َر يَا ُموْ َسئ
Artinya’’ Kamu datang menurut waktu yang di tetapkan hai
Musa.’’(QS.Toha ayat 40). Berdosa besar bagi seseorang yang dengan
sengaja berpura-pura pandai, lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal
sampai – sampai ia terlihat bagai sedang bersenda gurau”.
Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap Al-Qur’an. Ibnu
Syihab Az-zuhri berkata, “Janganlah kamu menyerupakan sesuatu dengan
Kitabullah dan Sunnah Rasululloh”. Maksudnya kata Abu Ubaid,
“janganlah kamu menjadikan bagi keduanya sesuatu perumpamaan, baik
berupa ucapan dan perbuatan”.6
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas tentang Amtsalul Al-Qur’an maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Amtsal Al-Qur’an adalah perumpamaan dalam Al-Qur’an yang
menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan
singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majaz mursal ungkapan bebas.
2. Macam-macam amtsal al-quran adalah amtsal yang jelas dengan
menggunakan lafazh dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa adat
tasybih.
3. Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah untuk
mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-
hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.
Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan
mengambil hal hal yang baik dan menjauhi hal hal yang buruk demi
mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
4. Para ulama tidak menyukai ayat-ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Mereka
tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu matsal
dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi.Hal ini demi
menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang
mukmin.Dasar pengembangan ilmu amtsalul qur an diriwayatkan oleh
Baihaqi: “Sesungguhnya Al-qur an diturunkan atas lima cara 1.Halal
2.Haram 3.Muhkam 4.Mutasyabih 5.Amtsal.Oleh karena itu, pelajari
yang halal dan hindari yang haram,ikuti yang muhkam dan berimanlah
dengan mutasyabih,dan ambil pelajaran dari amtsal” (HR.Baihaqi).
9
DAFTAR PUSTAKA
10