Anda di halaman 1dari 17

AMTSAL, HADIST QUDSI DAN CONTOHNYA

Ditulis Guna Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan


Pada Mata Kuliah Ulumul
Dosen Pengampu : Hipzil Uman M.Pd

DISUSUN OLEH :

Sri Lestari
Nim : 2022.04.10.018

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
FAKULTAS TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL AZHAAR
LUBUKLINGGAU SUMATERA SELATAN
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karna atas rahmat-
Nyalah alhamdullillah akhirnya makalah yang kami susun mengenai “Amtsal,
hadis qudsi dan contohnya” ini dapat selesai pada waktunya.
Dengan ini kami menyadari benar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, sekalipun
telah diupayakan seoptimal mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif dan membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
makalah selanjutnya di kemudian hari.
Demikian pengantar kata yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini
bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi semua kalangan yang
memebacanya.
Amin, Yaa Rabbal ‘Alamin.

Lubuk linggau, Maret 2023


Penulis

Sri Lestari

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Amtsal ........................................................................... 3
B.Hadist Qudsi dan contohnya ............................................................ 8
Bab III Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................. 13
Daftar Pustaka............................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam mengenal dua sumber primer dalam perundang-undangan.
Pertama, Al-Qur’an dan kedua al-Hadits. Terdapat perbedaan yang signifikan
pada sistem inventarisasi sumber tersebut. Al-Qur’an sejak awal diturunkan
sudah ada perintah pembukuannya secara resmi, sehingga terpelihara dari
kemungkinan pemalsuan. Berbeda dengan hadits, tak ada perlakuan
khusus yang baku padanya, sehingga pemeliharaannya lebih merupakan
spontanitas dan inisiatif para sahabat.
Hadits pada awalnya hanyalah sebuah literatur yang mencakup semua
ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Persetujuan Nabi
yang tidak diucapkan terhadap orang-orang pada zamannya, dan gambaran-
gambaran tentang pribadi Nabi. Mula-mula hadits dihafalkan dan secara lisan
disampaikan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Setelah Nabi wafat pada tahun 10 H., islam merasakan kehilangan yang
sangat besar. Nabi Muhammad SAW. Yang dianggap sebagai yang memiliki
otaritas ajaran islam, dengan kematiannya umat merasakan otoritas. Hanya Al-
Qur’an satu-satunya sumber informasi yang tersedia untuk memecahkan
berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah umat islam yang masih muda
itu, wahyu-wahyu ilahi, meskipun sudah dicatat, belum disusun dengan baik,
dan belum dapat diperoleh atau tersedia secara materil ketika Nabi
Muahammad SAW. wafat. Wahyu-wahyu dalam Al-Qur’an yang sangat sedikit
sekali mengandung petunjuk yang praktis untuk dijadikan prinsip pembimbing
yang umum dalam berbagai aktivitas. Khalifah-khalifah awal membimbing
kaum muslim dengan semangat Nabi, meskipun terkadang bersandar pada
penilaian pribadi mereka. Namun, setelah beberapa lama, ketika muncul
kesulitan-kesulitan yang tidak dapat lagi mereka pecahkan sendiri, mereka
mulai menjadikan sunnah, seperti yang merupakan kebiasaan perilaku Nabi
sebagai acuan dan contoh dalam memutuskan suatu masalah. Sunnah yang

1
hanya terdapat dalam hafalan-hafalan sahabat tersebut dijadikan sebagai bagian
dari referensi penting setelah Al-Qur’an. Bentuk-bentuk kumpulan hafalan
inilah yang kemudian disebut dengan hadits.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Amtsal?
2. Bagaimana dengan hadist qudsi dan contohnya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian amtsal.
2. Untuk mengetahui hadist qudsi dan contoh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Amtsal
1. Pengertiaa Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya.
Amsal dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan
yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang
aslinya. Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan
matsal yang berarti serupa atau sama. Namun, dapat juga diartikan sebagai
contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.1
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat. Menurut istilah
ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan
sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju. Menurut ulama ahli
tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik
dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal.2
Didalam matsal haruslah terdapat empat unsur yaitu:
a. Ada yang disempurnakan (musyabbah), yaitu sesuatu yang akan
diperumpamakan.
b. Ada asal ceritanya (musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan
perumpamaan.
c. Ada persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu segi perumpamaan.
d. Ada alat Tasybih, yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang
menunjukkan makna perserupaan.
Contoh tamtsil dalam Al-Qur’an
‫ف ال يَ ْق ِدرُونَ ِم َّما‬
ٍ ‫َاص‬ ْ ‫م َأ ْع َمالُهُ ْم َك َر َما ٍد ا ْشتَ َّد‬fْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِ َربِّ ِه‬
ِ ‫ت بِ ِه الرِّي ُح فِي يَوْ ٍم ع‬
‫علَى َش ْي ٍء َذلِكَ هُ َو الضَّال ُل ْالبَ ِعي ُد‬
َ ‫َك َسبُوا‬
1
Ahmad Al-Hasyim, Jawahir al-Adab, Bairut: Dar el-fikri, 1993. Hlm. 107.
2
Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1997. hlm. 35.

3
Artinya: “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka
adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang
berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari
apa yang telah mereka usahakan . Yang demikian itu adalah kesesatan yang
jauh.”
Dari contoh tersebut wajhul syabbahnya adalah “kesia-siaan”(tidak
bermanfaat) dan alat tasybihnya menggunakan kata mitsil (‫)مثل‬. Sedangkan
musyabbah dan musyabbah bihnya adalah amalan orang kafir dan abu.3

2. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an


Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Amtsal Musarrahah adalah amtsal yang didalamnya dijelaskan dengan
lafaz matsal . Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah :17
ٍ ‫ور ِه ْم َوت ََر َكهُ ْم فِي ظُلُ َما‬
ِ ‫ت ال يُ ْب‬
‫صرُون‬ ِ ُ‫َب هَللا ُ بِن‬
َ ‫ت َما َحوْ لَهُ َذه‬ َ ‫َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذي ا ْستَوْ قَ َد نَارًا فَلَ َّما َأ‬
ْ ‫ضا َء‬
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan
cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat.”
b. Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan
dengan jelas lafaz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang
indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contoh pada
al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 68 :

ِ َ‫ك يُبَي ِّْن لَنَا َما ِه َي قَا َل ِإنَّهُ يَقُو ُل ِإنَّهَا بَقَ َرةٌ ال ف‬
ٌ ‫ارضٌ َوال بِ ْك ٌر ع ََو‬
‫ان‬ ُ ‫قَالُوا ا ْد‬
َ َّ‫ع لَنَا َرب‬
َ‫ك فَا ْف َعلُوا َما تُْؤ َمرُون‬ َ ِ‫بَ ْينَ َذل‬
Artinya : Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa
menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". (al-Baqarah : 68) Ayat
3
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung, 2000. hlm. 93-94

4
tersebut yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara yang
tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu seperti firman Allah diatas
yang artinya : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di
antara itu”
c. Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai
matsal. Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38
ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
Artinya:”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” 4

3. Sighat Amtsal Al-Qur’an


Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain :
a. Sighat tasybih ash-sharih (tasybih yang jelas)
Yaitu bentuk perumpamaan yang jelas dimana didalamnya terungkap
kata-kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah
Yunus
‫ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْنزَ ْلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء‬
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah
seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti
perumpamaan.

b. Sighat tasybih adh-dhimni (tasybih yang terselubung)


Yaitu bentuk perumpamaan yang tersembunyi, didalam perumpamaan itu
tidak terdapat kata al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi
artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12

4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Hlm. 309-3010

5
ْ‫ْض الظَّنِّ ِإ ْث ٌم َوال ت ََج َّسسُوا َوال يَ ْغتَب‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬
ٌ‫م بَ ْعضًا َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ تَ َّواب‬fْ ‫ض ُك‬
ُ ‫بَ ْع‬
‫َر ِحي ٌم‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” Dalam ayat tersebut tidak
terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas
menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan menggunjing
orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai saudaranya
sendiri.5
c. Sighat majaz mursal
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas dan tidak terikat
dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al hajj
‫ا‬fً‫وا ُذبَاب‬fُ‫ُون هَّللا ِ لَ ْن يَ ْخلُق‬
ِ ‫ ْد ُعونَ ِم ْن د‬fَ‫ب َمثَ ٌل فَا ْستَ ِمعُوا لَهُ ِإ َّن الَّ ِذينَ ت‬ َ ‫ُر‬ِ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ض‬
fُ ُ‫طل‬
‫وب‬ ْ ‫ضعُفَ الطَّالِبُ َو ْال َم‬ َ ُ‫َولَ ِو اجْ تَ َمعُوا لَهُ َوِإ ْن يَ ْسلُ ْبهُ ُم ال ُّذبَابُ َش ْيًئا ال يَ ْستَ ْنقِ ُذوهُ ِم ْنه‬
Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain
Allah sekali – kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat
itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah .”
d. Sighat majaz Murakkab
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya
diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah

5
Wahab Abdul Lathif, Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo, 1993. hlm. 203

6
perserupamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari
yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang
yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu
itu maju mundur saja. Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al –
jumu’ah ayat 5
َ ‫ار يَحْ ِم ُل َأ ْسفَارًا بِْئ‬
‫س‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ ُح ِّملُوا التَّوْ َراةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم‬
َ‫ت هَّللا ِ َوهَّللا ُ ال يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم الظَّالِ ِمين‬
ِ ‫َمثَ ُل ْالقَوْ الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَا‬
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim." disini keadaan keledai yang tidak
bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku
yang tebal-tebal itu.6
e. Sighat isyti’arah
Dengan bentuk perumpamaan sampiran. Bentuk ini hampir sama dengan
majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti
sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya
dalam al-qur’an seperti daam ayat 24 QS Yunus:

‫ض ِم َّما يَْأ ُك ُل‬ ْ َ‫ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْنزَ ْلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف‬
ُ َ‫اختَلَطَ بِ ِه نَب‬
ِ ْ‫ات األر‬
َ‫َت َوظَ َّن َأ ْهلُهَا َأنَّهُ ْم قَا ِدرُون‬ ِ ‫النَّاسُ َواأل ْن َعا ُم َحتَّى ِإ َذا َأخَ َذ‬
ْ ‫ َوا َّزيَّن‬f‫ت األرْ ضُ ُز ْخ ُرفَهَا‬

ِّ َ‫س َك َذلِ َك نُف‬


‫ص ُل‬ ِ ‫ َح‬f‫َعلَ ْيهَا َأتَاهَا َأ ْم ُرنَا لَيْال َأوْ نَهَارًا فَ َج َع ْلنَاهَا‬
ِ ‫صيدًا َكَأ ْن لَ ْم تَ ْغنَ بِاأل ْم‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
ِ ‫اآليَا‬
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah
seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan
suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang
dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya , dan pemilik-
6
Chairuddin Hadiri, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta : Gema Insani, 2005. hlm. 73

7
permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya , tiba-tiba
datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan kepada orang-orang berfikir”.7

4. Kegunaan Amtsal Al-Qur’an


a. Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit
yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
b. Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang
singkat dan padat.
c. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-
Qur’an.
d. Menghindarkan dari perbuatan tercela.
e. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para
cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam
wadah nilai-nilai universalnya.8

B. Hadist Qudsi Dan Contohnya


1. Pengertian Hadits
Kata haditst telah menjadi salah satu kosa kata bahasa indonesia. 9
Haditst adalah kata yang berasal dari bahasa Arab ; yaitu Al-Hadits ,
jama`nya Al-hadits, Al hisan dan Al hudsan; dan memiliki banyak arti
diantaranya, adalah al-jadid (yang baru) lawan dari al-qadim (yang lama)
dan Al-khabar (Kabar atau berita).10
Kata hadits dalam Al-quran digunakan sebanyak dua puluh tiga kali,
yang secara garis besar dapat dicontohkan dalam empat macam antar Lain:
7
ibid, hlm. 75
8
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang,1977. hlm. 102
9
W.J.S Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia diolah kembali oleh pusat
pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta:
Balai Pustaka, 1985), Cet. VIII, hlm. 829
10
Ahmad bin Muhammad Al-Fayyumi, Al-Misbah Al- Munir fi gharib al-syarh li al-rafi`i
Bairut: Dar al-kutub al-ilmiyyah, 1398Hlm. 150-151

8
a. Berarti pesan atau perkataan (Al-quran).
b. Berarti cerita mengenaii masalah duniawi
c. Berarti cerita Historis
d. Berarti cerita atau perbincangan yang masih hangat.11
Dengan Demikian, Menurut ulama` Hadits, esensi hadits adalah segala
berita yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi
Muhammad SAW., yang dimaksud ikhwal adalah segala sifat dan keadaan
pribadi Nabi SAW.12

2. Hadits Qudsi
Hadits Qudsi secara bahasa berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan,
artinya suci atau bersih. Jadi, hadits qudsi secara bahasa adalah hadits yang
suci.13 Dalam pengertian etimologi dan terminologi hadits qudsi
didenifisikan sebagai berikut:
‫ هو ما نقل الينا عن النبى صلى هللا‬:‫ القدسي اى الطهر اصطالحا‬: ‫الحديث القدسي لغة‬
‫عليه وسلم مع اسنا ده اياه الى ربه عز ووجل‬.
Secara bahasa, kata “qudsi” berarti suci, sedangkan menurut istilah
hadits qudsi adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah dan
disandarkan kepada Allah. Hadits jenis ini juga disebut dengan istilah hadits
ilahi atau hadits rabbani, karena disandarkan kepada Allah.14 Untuk lebih
jelasnya, kami akan mengemukakan beberapa definisi tersebut,:
‫ بِاِإْل ْلهَ ِام َأوْ بِا ْل َمن َِام فََأ ْخبَ َر النَّبِ ِّي ِم ْن َذلِكَ ْال َم ْعنَى‬.‫م‬.‫َما ي ُْخبِ ُر هللاُ تَ َعالَى بِ ِه االنَّبِ ِّى ص‬
‫ار ِة نَ ْف ِس ِه‬
َ َ‫بِ ِعب‬.
Sesuatu yang diberikan Allah Swt., kepada Nabi-Nya dengan ilham atau
mimpi, kemudian Nabi Saw. Menyampaikan berita itu dengan ungkapan-
ungkapan sendiri.
‫ قَوْ اًل إلىاهللِ َع َّز َو َج َّل‬.‫م‬.‫ضيْفُ فِ ْي ِه َرسُوْ ِل هللاِ ص‬ ٍ ‫ ُكلُّ َح ِد ْي‬.
ِ ُ‫ث ي‬
11
Sa`dullah, Assa`idi, Hadits-haditst Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), hlm. 1
12
Agus solahudin & agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung : Pustaka Setia. 2008. Hlm. 15
13
Abbas Mutawali Hamadah. As-sunnah An- Nabawiyah wal makanatuh fi At-Tasyri`.
Kairo: Dar Al-Qaumiyah li Ath-Thiba`ah wa An-Nasyr. 1965. Hlm. 38
14
Op.Cit. Agus solahudin & agus Suyadi, Hlm. 25

9
Segala hadits Rasul SAW. Yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada
Allah `Azza wa Jalla`.
ِّ‫م ُمفَ َّو ضًا ِإلَ ْي ِه التَّ ْعبِي َْر بَِأي‬fَِ ‫َارةُ بِال َوحْ ِي َوتَا َرةً بِااْل ِء ْلهَ ِام َوتَا َرةً بِ ْال َمنا‬
َ ‫َما َأ ْخبَ َر هللاُ نَبِيَّهُ ت‬
‫ار ٍة َشا َء‬
َ َ‫ ِعب‬.
Sesuatu yang diberitahukan Allah SWT., terkadang melalui wahyu, ilham,
atau mimpi, dengan redaksinya yang diserahkan kepada Nabi SAW.15
Disebut hadits Karena redaksinya disusun sendiri oleh Nabi SAW.
Dan disebut qudsi karena hadits ini suci dan bersih (Ath-Thaharah wa At-
Tanzih) dan datangnya dari dzat yang maha suci. Hadits qudsi ini juga
sering disebut dengan hadits ilahiyah atau hadits rabbaniyah. Disebut ilahi
atau Rabbani karena hadits ini datang dari Allah rabb al `alamin.16
Mengenai cara periwayatannya, hadits qudsi ini maknanya berisi
pemberitahuan dari Allah kepada Rasulullah melalui Ilham atau melalui
mimpi yang benar (ru`yah shadiqah), Kemudian beliau memberitahukannya
kepada ummatnya dengan redaksi atau lafadz.yang beliau susun sendiri. Hal
ini berbeda dengan Al-Qur`an yang makna dan redaksinya berasal dari
Allah Swt.
Diantara contoh-contoh hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Dzarr dari Nabi SAW. Yang diriwayatkan dari Allah Swt. Yang
berisi tentang larangan Allah bagi Ummat-Nya untuk berbuat dzalim
sebagai berikut :

َ َ‫اركَ َوتَ َعالَى َأنَّهُ ق‬


‫ال يَا‬ َ ‫َع ْن َأبِي َذ ِّر عَن النَّبِ ِّي‬
َ َ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَ َّم فِ ْي َما َر َوى ع ََّن هللا تَب‬
)‫ (روه مسلم‬f‫ج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم َمح َّر ًما فَ َل تَظَالَ ُموْ ا‬
َ ‫لظ ْل َم َع َل نَ ْف ِسي َو‬
ُّ َ‫ت ا‬
ُ ‫ِعبَا ِدي َح َّر ْم‬
Dari Abu Dzar dari Nabi SAW., seperti yang beliau riwayatkan dari Allah,
bahwa Allah Ajja Wa jalla berfirman, “ wahai hamba-hamba ku,
sesungguhnya aku mengharamkan perbuatan aniaya pada diri-ku sendiri,

15
Muhammad Utsman Al-Khusyat. Al-Fatih`Ulum Al-Hadits. Kairo: Maktabah Al-Qur`an.
t.t. Hlm.48
16
Shubhi Ash-Shahih, ‘ulum Al- Hadits wa Musthlahuh. Beirut: Dar Al-Ilm li Al-Malayin.
1959 M/1379 H. Hlm. 11-13

10
dan aku jadikan ia diharamkan diantara kalian, karena itu, janganlah saling
berbuat aniaya. (H.R. Muslim).

‫ ثَاَل ثَةٌ َأنَا خَصْ ُمهُ ْم يَوْ َم‬: ُ‫ قَا َل هللا‬: ‫ قَا َل‬.‫م‬.‫ َع ِن النَّبِي ص‬. ‫ض‬. ِ ‫َع ْن َأبِي ه َُر ْي َرة َر‬
‫ْالقِيَا َم ِة َر ُجوْ ٌل َأ ْعطَى بِي ثُ َّم َغ َد َر َو َر ُج ٌل بَا َع ُح ًّرا فََأ َك َل ثَ َمنَهُ َو َر ُج ُل اِ ْستَْأ َج َر َأ ِخ ْيرًا‬
)‫ وابن ماجه وأحمد‬f‫ط َأجْ َرهُ (رواه البخارى‬
ِ ‫َولَ ْم يُ ْع‬ ُ‫ ِم ْنه‬f‫فَا ْستَوفَي‬
Dari abu Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW., Bersabda,”Allah SWT.
Berfirman, ` Ada tiga golongan yang aku menjadi musuh mereka kelak
dihari kiamat.siapa yang aku menjadi musuhnya, maka aku akan menjadi
musuhnya. Seseorang yang memberikan (janji) kepadaku lalu mengingkari.
Seseorang penjual orang yang merdeka, lalu memakan hasil penjualannya.
Dan seseorang yang memperkerjakan karyawan, lalu karyawan itu
memenuhi tugasnya, tetapi orang itu tidak memenuhi Upahnya. (H.R.
Bukhari, Ibn. Majah dan Ahmad)
a. Perbedaan Al-Quran dengan Hadis Qudsi
Ada beberapa perbedaan antara Al-Quran dan Hadis Qudsi diantaranya
sebagai berikut :
1) Al-Quran Al-Karim Adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada
Rasulullah SAW. Dengan Lafadznya. Dengan kalam Allah itu pula,
Orang Arab ditantang untuk membuat yang serupa dengannya,
sepuluh Surat yang serupa itu, bahkan satu surat, tetapi mereka tidak
mampu membuatnya. Tantangan itu tetap berlaku karena Al-Quran
adalah mukzijat yang abadi hingga hari kiamat, sedangkan hadis qudsi
tidak digunakan untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2) Al-Quran Al-Karim hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga
dikatakan,` Allah ta`ala telah berfirman`. Sedangkan hadis qudsi
terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah sehingga
nisbat yang dibuatkan. Maka dikatakan, `Allah telah Berfirman atau
allah Berfirman.` terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan
kepada Rasulullah SAW., tetapi nisbatnya adalah nisbat Khabar.

11
Karena nabi yang menyampaikan hadis itu dari allah Swt, dikatakan
Rasulullah SAW. Seluruh isi Al-Qur`an dinukil secara mutawatir
sehingga kepastiannya sudah mutlak. Hadis-hadis qudsi
kebanyakannnya adalah khabar ahad sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Ada kalanya hadis qudsi itu sahih, terkadang
hasan (baik), dan terkadang pula dhaif (lemah).
3) Al-quran Al-karim dari Allah, baik lafadz maupun maknanya maka
Al-Quran adalah wahyu, baik dalam lafaz maupun maknanya. Adapun
hadis qudsi, maknanya saja dari allah, sedangkan lafadznya dari
Rasulullah SAW. Hadis qudsi adalah wahyu dalam makna, tetapi
bukan sebagian besar ahli hadis, diperbolehkan meriwayatkan hadis
qudsi dengan maknanya saja.
4) Membaca Al-Quran Al-Karim merupakan ibadah sehingga dibaca
dalam shalat. Sebagaimana Allah SWT. Berfirman yang Artinya :
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. (Q.S. Al-
Muzzammil : 20)
Adapun Hadis Qudsi tidak disuruh dibaca di dalam shalat. Allah
memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Membaca
hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam
hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam
hadis mengenai membaca Al-quran bahwa pada setiap huruf terdapat
kebaikan.17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

17
Op.Cit. Agus solahudin & agus Suyadi, Hlm.28-29

12
Amtsal adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain,
demi tujuan yang sama. Unsur-Unsur Amtsal Al-Qur’an diantaranya adalah
musyabbah, musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat Tasybih,
Sedangkan Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam,
yaitu: Amtsal Musarrahah, Amtsal Kaminah, Amtsal Mursalah.
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain : Sighat
tasybih ash-sharih, Sighat tasybih adh-dhimni, Sighat majaz mursal, Sighat
majaz Murakkab, Sighat isyti’arah.
Sementara kegunaan amtsal al-qur’an adalah Pengungkapan pengertian
yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera
manusia, Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan
yang singkat dan padat, mendorong giat beramal, menghindarkan dari
perbuatan tercela, Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi
nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam
wadah nilai-nilai universalnya
B. Saran
Dalam penulisan serta penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan
dan kekurangannya, maka itu kami mengharapkan kepada dosen pengampu
dan teman-teman atas kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya
dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyim, Ahmad. 1993. Jawahir al-Adab. Bairut: Dar el-fikri.

Abdul Lathif, Wahab. 1993. Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo.

13
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1977. Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang.

Hadiri, Chairuddin. 2005. Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani.

Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung.

Djalal, Abdul, 2000.Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu.

Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

W.J.S Poerwadarminta. 1985. Cet. VIII. kamus Umum Bahasa Indonesia diolah
kembali oleh pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Ahmad bin Muhammad Al-Fayyumi, Al-Misbah Al- Munir fi gharib al syarh li al-
rafi`i Bairut: Dar al-kutub al-ilmiyyah, 1398.

Assa`idi Sa`dullah. 1996. Hadits-haditst Sekte, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Agus solahudin & agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadits, Bandung : Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai