Anda di halaman 1dari 7

AL QURAN HADITS

Pengajar : Ibu Nengsih, S. Pd. I.

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Disusun oleh :
1. Aura Putri Maulida
2. Fevian Setiawan Putri
3. Muhammad Raihannur
4. Muhammad Rizalni
5. Nabila Eka Agustyaningrum
6. Nabila Putri Handayani
7. Nadya Putri

MAN KOTA PALANGKA RAYA


XI MIPA 2
2023/2024
DAFTAR ISI

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ Halaman
BAB I. PEMBAHASAN..................................................................................................................1
A. Pentingnya Menuntut Ilmu.........................................................................................................5
1. Q. S. At-Taubah ayat 122.....................................................................................................5
2. Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu............................................................................6
B. Ciri-ciri Orang Yang Berilmu dan Kewajiban Menyebarkannya...............................................8
1. Q. S. Ali Imran ayat 190-191................................................................................................9
2. Hadits tentang Kewajiban Menyebarkan Ilmu.....................................................................9
BAB II. KESIMPULAN................................................................................................................15
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
A. Pentingnya Menuntut Ilmu

1. Q. S. At-Taubah ayat 122

‫ًۗة‬
‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّف َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهْو ا ِفى الِّد ْيِن َو ِلُيْنِذُرْو ا‬
‫َقْو َم ُهْم ِاَذ ا َر َج ُعْٓو ا ِاَلْيِهْم َلَعَّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬
Artinya: “Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian
dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam
pengetahuan pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?.”

a) Asbabun Nuzul

Dalam buku "Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuthi dijelaskan
Asbabun Nuzul Surat At-Taubah ayat 122. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah
bahwasanya dia berkata:

Ketika turun firman Allah: "Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan
menghukum kamu dengan azab yang pedih.." padahal waktu itu sejumlah orang tidak dapat ikut
berperang karena sedang berada di padang pasir untuk mengajar agama kepada kaum mereka, maka
orang orang munafik mengatakan, "Celakalah orang orang padang pasir tersebut."

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya yang menjelaskan Asbabun nuzul surah At
Taubah 122. Riwayat hadis tersebut melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan,
bahwa keinginan umat Islam yang sangat besar untuk ikut berjihad sangat besar sehingga ketika
Rasulullah mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya ingin berangkat. Mereka
meninggalkan Nabi SAW di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah
surat at-Taubah ayat 122 sebagai respon atas prilaku para sahabat nabi.

Berdasarkan asbabun nuzul surat at-Taubah ayat 122 di atas, dapat dipahami bahwa ketika umat
Islam berada dalam peperangan, hendaknya semua orang Islam tidak berangkat ke medan perang.
Akan tetapi sebagian umat Islam harus ada yang di tinggal di daerahnya untuk menuntut ilmu. Para
sahabat yang tidak berangkat ke medan perang bertugas menuntut ilmu dan mendalaminya dengan
tekun agar ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan
dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.

Pendalaman ilmu agama merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian
bukti-bukti. Islam menilai orang-orang yang menuntu ilmu sama halnya dengan orang yang
berjuang di medan perang
b) Isi Kandungan Q. S. At-Taubah ayat 122

Dalam Q.S. At-Taubah/9: 122, Allah Swt. menjelaskan tentang kewajiban umat Islam untuk
mendalami berbagai ilmu agama Islam dan menuntut ilmu pengetahuan lainnya. Menuntut ilmu
pengetahuan dan mendalami ilmu-ilmu agama juga merupakan suatu perjuangan yang
memerlukan kesabaran dan pengorbanan baik pikiran, tenaga, dan harta benda.

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. mengingatkan agar umat Islam mengatur strategi dalam
perjuangannya dengan membagi tugas.

Orang orang yang mendapatkan bagian untuk mendalami ilmu agama dan menuntut ilmu
pengetahuan berkewajiban untuk mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak berkesempatan
untuk belajar karena sibuk mengikuti peperangan.

Seorang yang alim dan cerdas disebut Faqih ilmu agama dalam pengertian luas adalah semua
ilmu pengetahuan yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan manusia, serta tidak
bertentangan dengan norma-norma agama. jumat Islam harus tajin mempelajari Al-Qur'an.

Al-Qur'an tidak hanya untuk dibaca ayat-ayatnya, telah tetapi juga harus dikaji kandungannya,
diamalkan, dan diajarkan kepada orang lain. Umat Islam harus mengetahui ajaran-ajaran agama,
termasuk hal-hal y dihalalkan dan hal-hal yang diharamkan, serta hal-hal yang diperintahkan dan
saja yang dilarang-Nya. Dalam hadits Rasulullah Saw. ditegaskan:

‫عن عبد الَّرْح مِن عن عبد الَّرْح مِن اْبِن َأبي َبْك َر َة َعْن َأِبيِه َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬
)‫ ُك ْن َعاِلًم ا يتفقا َأْو ُم ْس َتِمًعا َأْو جًبا َو اَل َتُك ن َخ اِمًس ا َفَتْه ِلَك (رواه البيهقي‬: ‫َو َس َّلَم َقاَل‬

Artinya:

"Dari Abdurrahman bin Abi Bakrab, dari ayahnya, dari Nabi Saw bersabda, Jadila kamu orang
pandai, pelajar, pendengar atau pencinta (ilmu). Dan jangalah kamu menjah orang kelima, sebab
kamu akan binasa." (H.R. Baihaqi)

2. Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

‫ َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض ٌة على ُك ِّل‬، ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫عن أنس بن َم اِلٍك َقاَل‬
‫ َو الُّلْؤ ُلو الذهب (رواه ابن‬، ‫ُم ْس ِلٍم َوَو اِض ُع اْلِع ْلِم ِع نَد َغْيِر َأْهِلِه َك ُم َقَّلِد اْلَخَتاِز ي اْلُجْو َهَر‬
)‫ماجه‬

Artinya :
Dari Anas bin Malik, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada selain ahlinya, sepe mengalungi babi dengan
permata, mutiara, dan emas." (H.R. Ibnu Majah)

a) Isi Kandungan Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang lebih
sempurna dari segala makhluk ciptaan Allah wajib untuk menuntut ilmu. Karenanya, manusia
diberi tiga indra, yakni indra zahir, indra batin, dan indra qalbu. Dimana indra zahir
merupakan daya serap atau akal bagi manusia menuntut ilmu, indra batin merupakan
pemahaman dan penerapan dari ilmu yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, dan indra
qalbu untuk membantu unsur rohani memahami ilmu. Ketiga indra ini menjadi sarana
transformasi ilmu pengetahuan umat manusia demi meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
makhluk Allah.

Dalam pandangan Al-Quran, ilmu dapat membentuk sikap dan sifat manusia yang dapat
menjadi gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Contohnya pola pikir atau sikap seseorang
yang berpendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Oleh karena itu, banyak ayat-ayat Al-
Qur'an yang memerintahkan kita agar banyak belajar, meneliti, dan mengamati guna
mendapatkan ilmu pengetahuan.

Pada hadits riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik dijelaskan bahwa jika ilmu seseorang
tidak mengubah dirinya menjadi positif, maka penempatan ilmunya salah sehingga
diibaratkan mengalungi hewan dengan mutiara, permata, dan emas. Padahal, ilmu seharusnya
bisa menjadi penghias bagi pemakainya dan diibaratkan jika berada di leher hewan tidak
mengubah penampilannya untuk menjadi menawan.

B. Ciri-ciri Orang yang Berilmu dan Kewajiban Menyebarkannya

1. Q. S. Ali Imran ayat 190-191

‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب‬

‫ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُر وَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُر وَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض‬
‫َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِط اًل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190) (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (191)

a) Isi Kandungan Surah Ali Imran 190-191

Dalam Q.S. Ali Imran/3: 190 tersebut, Allah Swt. menjelaskan tentang tiga fenomena alam yang
sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu penciptaan langit dan bumi, serta pergantian
siang dan malam. perputaran bumi dan porosnya telah menyebabkan adanya pergantian siang dan
malam sepanjang waktu yang dapat dirasakan langsung oleh tubuh dan cara berpikir kita karena
pengaruh panas matahari, dinginnya malam dan pengaruhnya bagi makhluk hidup lainnya. Semua
itu adalah tanda-tanda (ayat-ayat) kebesaran Allah Swt. yang seharusnya dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan seorang muslim. Namun kenyataannya, hanya orang-orang yang
berakal (ulul albab) sajalah yang dapat mengambil pelajaran dari berbagai kejadian itu. Ulul albab
adalah orang-orang yang memilik akal yang lurus dan bersih, tidak terselubungi dengan
kekacauan berpikir yang sering melahirkan ide yang sesat. Dalam pengertian lain, ulil albab
adalah orang beriman yang memanfaatkan akal pikiran yang diberikan Allah Swt. untuk
merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Selanjutnya, dalam Q.S. Ali Imran/3: 191 Allah Swt. menjelaskan salah satu ciri orang-orang
yang berakal (ulul albab), yaitu orang yang dapat membaca alam semesta (ayat-ayat kauniyah)
untuk mengingatkannya terhadap keagungan penciptanya dalam setiap kesempatan dan sepanjang
waktu, baik dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, dan sebagainya.

Itulah puncak dari perjalanan hidup orang yang dapat menggunakan akal dan hatinya untuk
membaca dan merenungkan ayat-ayat Allah Swt. Mereka telah berhasil menemukan hakikat
hidup, yaitu untuk menyembah hanya kepada Allah Swt., mengabdi dengan mengikuti aturan.

Rasulullah Saw. pernah pergi bersama para sahabatnya, sedangkan waktu itu mereka sedang
tafakkur. Setelah itu, Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut.

‫تفكروا في الخلق َو اَل َتَفَّك ُر وا في الخالق‬

Artinya :

"Berpikirlah kalian tentang ciptaan (Allah) dan jangan sekali-kali berpikir tentang Penciptanya".

2. Hadits tentang Kewajiban Menyebarkan Ilmu

‫ َبْلُغ ْو ا َع ِّني َو َلْو آَيًة َو َح ِّد ُثوا‬: ‫َع ْن َع ْبِد ِهللا ْبِن َع ْم ٍر و َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫ َو َم ْن َك َذ َب َع َلَّي ُم َتَع ِّم ًدا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْقَع َد ُه ِم َن الَّناِر ( رواه‬، ‫َع ْن َبِني ِإْس َر اِئيَل َو اَل َحَر َج‬
)‫البخاري‬
Artinya :

Dari Abdullah bin Amr, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: "Sampaikanlah apa yang datang
dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang kamu dengar dari Bani Israil, dan hal itu
tidak ada salahnya. Dan barang siapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah untuk
menempati tempatnya di neraka." (H.R. Bukhari)

a) Isi Kandungan Hadits tentang Kewajiban Menyebarkan Ilmu

Dalan ajaran islam, ilmu itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan sehingga
orang yang berilmu harus berusaha mengamalkan ilmunya. Pertama, memanfaatkan ilmu itu
untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai hamba Allah SWT. Apapun jenis ilmu tidak
dilarang untuk dipelajari, selama ilmu itu tidak bertentangan dengan agama dan bertujuan
baik, yaitu meningkatkan kualitas pengabdian dirinya Kepada Allah SWT. Kedua,
menyampaikan ilmu itu kepada orang lain.

Pahala yang bermanfaat akan terus mengalir mengharumkan nama seseorang meskipun orang
tersebut sudah berada di alam kubur.

Rasulullah Saw. Bersabda:

‫ ِاَذ اَم اَت اِإْل ْنَس اُن ِاْنَقَطَع‬: ‫َقا َل‬ ‫َعْن َأِبْي ُهَر ْيَر َةَأَّن َر ُسْو َل ِهّٰللا َص َّل ُهّٰللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ َاْو َو َلٍدَص ا‬،‫ُيْنَتَفُع ِبِه‬ ‫ َاْو ِع ْلٍم‬،‫ َص َد َقٍةَج اِر َيٍة‬: ‫َع َم ُلُه ِااَّل ِم ْن َثاَل ٍث‬

)‫ِلٍح َيْدُع ْو َلُه (رواه مسلم‬

Artinya:

"Dari Abu Hurairah R.A., bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda: ‘ketika seorang manusia
meninggal dunia, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal. Yaitu shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak shalig yang selalu mendoakan (kebaikan) untuk kedua orang
tuanya. “(H.R. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai