Anda di halaman 1dari 7

Nama : Indra Satria Wijaya

Semester : 2

Kelas/Prodi: E/Ilmu Komunikasi

Matakuliah : Fiqh As-Sunnah An-Nahdliyyah 


Dosen Pengampu : Muhajirin, SPd. M.Pd.I

1. Sebagian kelompok kecil berpendapat bahwa kata “sayyidina” pada Rosulullah adalah
bid’ah adalah. Berbeda halnya dengan para ulama Ahlussunah Waljamaah yang
memperbolehkan bahkan menganjurkan penambahan kata “sayyidina”. Jelaskan
dalilnya!
JAWAB :
Salah satu alasan bagi mereka yang enggan menambahkan kata sayyidinâ adalah karena
Rasulullah tidak menyebutkan kata itu ketika mengajarkan bacaan shalawat kepada para
sahabat. Mereka ingin mengamalkan apa yang diajarkan oleh beliau apa adanya tanpa
tambahan apa pun. Sebagaimana diketahui bahwa ketika sahabat menanyakan perihal
bacaan shalawat maka Rasulullah mengajarkan sebuah bacaan shalawat dengan kalimat
yang tidak ada kata sayyidinâ di dalamnya. Saat itu Rasulullah bersabda:
َ ‫قُولُوا اللهُ َّم‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
Artinya: “Ucapkanlah Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad.” (Muslim bin Al-Hajjaj An-
Naisaburi, Shahîh Muslim, [Indonesia: Maktabah Dahlan, tt.], juz IV, hal. 305)
Atas dasar ajaran dan perintah Rasulullah inilah mereka tidak menambahkan kata
sayyidinâ dalam bershalawat, pun dalam menyebutkan nama beliau di luar shalawat.

Adapun kelompok yang menambahkan kata sayyidinâ mereka tidak hanya melihat pada
satu dalil hadits di atas namun juga memperhatikan banyak dasar dan alasan yang
mendukungnya. Di antara beberapa dalil yang menjadi rujukan mereka adalah sebagai
berikut: Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

‫َأنَا َسيِّ ُد َولَ ِد آ َد َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬


Artinya: “Saya adalah sayid (tuan)-nya anak Adam di hari kiamat.” (Muslim bin Al-Hajjaj
An-Naisaburi, Shahîh Muslim, [Indonesia: Maktabah Dahlan, tt.], juz IV, hal. 1782) Dalam
riwayat yang lain--sebagaimana dituturkan Imam Nawawi dalam Al-Minhaj—
ada tambahan kalimat wa lâ fakhra (tidak sombong) untuk menjelaskan bahwa
penuturan Rasul tentang ke-sayyid-annya bukan sebagai sikap kesombongan.
Pernyataan Rasulullah tentang ke-sayyid-annya ini disampaikan kepada umatnya
sebagai rasa syukur kepada Allah atas pemberian nikmat berupa kedudukan yang agung
ini. Sebagaimana Allah memerintahkan agar menceritakan nikmat yang diberikan-Nya
kepada orang lain; wa ammâ bi ni’mati Rabbika fa haddits. Pengakuan Rasulullah ini
menjadi perlu agar kita sebagai umatnya memahami pangkat dan kedudukan beliau
kemudian memperlakukan beliau sebagaimana mestinya serta mengagungkannya
sesuai dengan pangkat dan kedudukannya yang tinggi itu. (Yahya bin Syaraf An-Nawawi,
Al-Minhâj, [Kairo: Darul Ghad Al-Jadid, 2008], jil. VIII, Juz XV, hal. 36)

2. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, bahwa nabi Muhammad SAW
membaca kunut pada solat subuh. Tuliskan redaksi bacaan qunut!
JAWAB :
Doa Qunut
، َ‫ض&يْت‬ َ َ‫برحمتكش& َّر َماق‬
َ ‫ار ْك لِ ْى فِ ْي َما اَ ْعطَيْتَ َوقِنِ ْي‬ ِ َ‫اَللّهُ َّم ا ْه ِدنِ ْى فِ ْي َم ْن هَ َديْتَ َوعَافِنِى فِ ْي َم ْن عَافَيْتَ َوتَ َولَّنِ ْى فِ ْي َم ْن ت ََولَّيْتَ َوب‬
‫ضى َعلَ ْيكَ َواِنَّهُ الَ يَ& ِذلُّ َم ْن َوالَيْتَ َوالَ يَ ِع& ُّز َم ْن عَ&ا َديْتَ تَبَ&ا َر ْكتَ َربَّنَ&&ا َوتَ َع&الَيْتَ فَلَ&&كَ ال َح ْم& ُد َعلَى َم&ا‬ َ ‫ض ْى َوالَ يُ ْق‬ ِ ‫ك تَ ْق‬ َ َّ‫فَاِن‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ٍد النَّبِ ِّي ْاالُ ِّم ِّي َو َعلَى آلِ ِه َو‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ك َوَأتُوبُ ِإلَ ْي َك َو‬ َ ‫ضيْتَ َأ ْستَ ْغفِ ُر‬
َ َ‫ق‬
3. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isro Mi’roj merupakan tradisi keagamaan
yang dilakukan umat Islam di Indonesia. Jelaskan kedua tradisi keagamaan tersebut
dalam perspektif ontologi, epistemologi dan aksiologi?
JAWAB :
Maulid Nabi
Secara ontologis, kita mengenal maulid Nabi Muhammad SAW atau sebagai
Maurid. Maulid Maulid berarti hari untuk memperingati kelahiran Nabi. Tujuan utama
Maulid adalah untuk meneladani perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW dan
mengkontekstualisasikan tindakannya sehingga menjadi bagian dari pengalaman hidup
kita.
Maulid Nabi secara epistemologis berada dalam koridor epistemologis Islam
Nusantara. Hidup dalam keyakinan warga Nahdliyin yang melampaui logika positivisme.
Pembukaan Daqaaqul Akhbar ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan Syajaratul
Yaqin (Pohon Iman) dan Nur Muhammad sebelum menciptakan seluruh alam semesta
ini. Dari ruh inilah lahir ruh Khulafaur Rasidun (Abu Bakar, Umar, Usman, Ali), ruh Nabi,
ruh makhluk hidup, dan seluruh alam semesta. Kitab-kitab yang diajarkan di Pondok
Pesantren Nahdliyin berisi kitab-kitab misterius yang diperoleh para ulama dengan ilmu
Kasyaf. Ada yang mengatakan bahwa kitab ini memuat kisah Isra'iliyyat, sebuah kisah
yang tidak logis dan misterius.
Secara aksiologis, peringatan maulid Nabi merupakan bentuk rasa syukur atas
nikmat Allah yang diberikan kepada dunia di akhirat. Selain itu, semua Muslim
merayakan kelahiran Nabi entah bagaimana menggambarkannya sebagai bentuk
memuji Nabi sebagai rasul Allah, menyampaikan pesan kenabian, dan menyebarkan
rahmat.
Isra Mi’Raj

Secara ontologis secara ontologis) jika lingkup penelaahannya berada pada


daerah jelajah atau jangkuan akal pikiran manusia. Dan sesuatu dianggap benar jika
didasarkan pada tiga hal: koherensi, korespondensi dan pragmatisme. Penganut
positivisme hanya mengakui satu kebenaran, yaitu kebenaran yang bersifat inderawi,
yang teramati dan terukur, yang dapat diulangbuktikan oleh siapa pun.  Dalam konsep
keilmuan Barat, ilmu berhubungan dengan masalah empiri-sensual (induktif), empiri-
logik (deduktif) atau logico-hipotetico-verificatif, artinya baru disebut sebagai ilmu jika
telah dibuktikan kebenarannya secara empiris. Jelaslah dari sini, jika
peristiwa Mi’raj dilihat dari perspektif keilmuan Barat, maka ia tidak dipandang sebagai
sesuatu yang ilmiah melainkan hanya bersifat dogma dan sistem kepercayaan (credo).

Namun, jika dilihat dari prespektif keilmuan Islam, maka persoalannya menjadi lain, ia
tetap ilmiah dan benar, sebab dalam konsep Islam, ilmu di samping memiliki paradigma
deduktif-induktif juga mengakui paradigma transenden, yaitu pengakuan adanya
kebenaran yang datang dari Tuhan. Pengakuan terhadap hal-hal yang bersifat metafisik
(misalnya adanya Tuhan, malaikat, hari kebangkitan, surga, neraka dan seterusnya)
merupakan kebenaran agama yang tak perlu adanya bukti empiris, melainkan persolan-
persoalan metafisik tersebut benar adanya (realistis). Sesuatu yang tidak atau belum
terjangkau oleh akal pikiran manusia tidaklah selalu menjadi dalih akan ketidakbenaran
sesuatu itu sendiri, sebab Al-Qur’an menyebutkan : …. “Dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit sekali” (QS.17 : 85).

Ta’allum (Proses pembelajaran)

Selama perjalanan Isra’ Mi’raj, nabi Muhammad SAW melihat 17 kejadian yang belum
pernah dilihatnya, dan Beliau tidak memahami maknanya. Salah satu peristiwa yang
beliau lihat adalah peristiwa dimana ada seorang petani yang menanam tumbuhan, dan
setelah menanam langsung dapat memetiknya. Dan ketika habis dipetik buah tersebut,
maka tumbuhan tersebut sudah berbuah lagi. Sebagaimana dijelaskan oleh Malaikat
Jibril, bahwa kejadian itu menggambarkan orang yang di dunia melakukan sedekah. Hal
ini sesuai dengan Firman Allah,bahwasanya orang yang bersedekah akan diganti oleh
Allah sampai dengan 700 kali lipat.Peristiwa pembelajaran ini mengandung makna,
bahwa kita sebagai umat nabi Muhammad SAW harus senantiasa belajar. Melalui belajar
kita dapat tahu banyak hal yang pada akhirnya kita bisa banyak berkarya.

Memakmurkan Masjid
Peristiwa Isra’ Mi’raj mengambil dua lokasi yang sangat penting yaitu Masjid Al-Haram
dan masjid Al-Aqso. Hal ini mengandung hikmah, bahwa umat Islam harus senantiasa
memakmurkan masjid. Masjid harus dapat menjadi pusat budaya, pusat pendidikan, dan
pusat dari aspek-aspek kehidupan lain bagi umat Islam. Terkait dengan memakmurkan
masjid ini, Al Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa memakmurkan masjid meliputi :

• Membangun

• Mengisi kegiatan

• Menggantukan diri pada masjid

• Mendekatkan diri kepada Allah di masjid

• Komitmen kepada masjid

Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 18 yang artinya“Sesungguhnya yang


memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, seta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
apapun)kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk”.

Tafakur dan Tadabur (Berpikir dan Merenung)

Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang spektakuler dimana atas kehendak-Nya,
Nabi Muhammad SAW diperjalankan sampai shidrotul muntaha (QS. 53 : 13 - 18) . Allah
memperlihatkan kebesaran-Nya untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW setelah
ditinggal oleh Istri dan pamannya. Hal ini mengandung himah, bahwa kita sebagai umat
nabi Muhammad SAW, harus selalu berpikir dan merenung atas kebesaran Allah melalui
ayat-ayatnyaa, sebagaimana firman Allah dalam QS. 3 : 190-191.

Menyampaikan tugas/kepercayaan

Sebagaimana disampaikan di awal,bahwa syariat melakukan sholat diturunkan melalui


peristiwa Isra’ Mi’raj. Perintah ini harus disampaikan kepada para sahabat dan pengikut
beliau, walau sebenarnya sangat sulit untuk dilakukan. Mengingat, pada zaman itu
transportasi masih belum maju seperti saat ini. Namun demikian, karena ketaatan Beliau
dalam mengemban amanah, maka beliau sampaikanlah syariat melaksanakan sholat
tersebut. Sehingga, kita sebagai umatnya harus mengikuti jejak beliau dalam
mengemban tugas. Tugas yang dimaksud semestinya dalam arti yang luas,baik amanah di
lingkungan keluarga maupun di masyarakat dan tempat kerja. Hal ini sesuai dengan
firman Allah di dalam QS. 4 ayat 58.

Mengerjakan Sholat fardhu

Melalui Isra’ Mi’raj inilah syariat sholat diturunkan.Sehingga,memperingati Isra’ Mi’raj


merupakan momen yang sangat tepat untuk melakukan peningkatan dalam
melaksanakan sholat. Taat dan menerima sepenuhnya untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa beban

Makna dan nilai yang terkandung pada maulid nabi :

1. Nilai spiritual

Nilai spiritual Maulid Nabi adalah menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad.
Ungkapan kegembiraan dalam perayaan tersebut merupakan ceriminan penghormatan
terhadap Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad adalah sosok Nabi yang membawa
rahmat bagi seluruh alam. Sehingga, umat Islam wajib meneladani sifat-sifat terpuji Nabi
Muhammad. Merayakan Maulid Nabi, maka hati akan tergerak mengucap shalawat Nabi
dan amalan-amalan lain.

2. Nilai moral Maulid Nabi adalah menyimak akhlak terpuji dari Nabi Muhammad SAW.
Adapun akhlak terpuji itu adalah ajaran moral yang baik untuk seluruh umat manusia.
Diharapkan umat manusia dapat mempraktikan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad
dalam kehidupan sehari-hari..

3. Nilai sosial

Nilai sosial Maulid Nabi adalah terjalinnya hubungan yang baik antar manusia. Hubungan
antar manusia tersebut menggambarkan kerukunan umat Islam dalam membantu
sesama. Di antaranya bagi orang yang menyediakan hidangan dan jamuan bagi para
tamu dari golongan fakir miskin.Maulid Nabi bisa menjadi sebuah tradisi untuk
mensyukuri rahmat Allah yang diberikan melalui perayaan Maulid Nabi.

4. Nilai persatuan berkaitan dengan nilai sosial.


Nilai persatuan perwujudan persatuan umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi.
Umat Islam kemudian bersatu dalam suasana suka cita menyambut peringatan kelahiran
Nabi Muhammad

Dari epistemologi, Isra’ Mi’raj merupakan dua gabungan dari kata “Isra’” dan
“Mi’raj” yang bermaksud proses perjalanan dan naiknya Nabi Muhammad SAW bertemu
dengan Allah SWT. Isra’ secara Bahasa bermakna “perjalanan” di malam hari, sementara
menurut istilah adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram menuju
Masjid al-Aqsha di Jerussalem.

Secara aksiologi, spirit Isra’ Mi’’raj merupakan bentuk keteguhan hati dan
keimanan seseorang untuk menguatkan nilai-nilai persatuan bangsa, kesalehan sosial
untuk kebangsaan dan keindonesiaan dalam ibadah kurban sangat ditekankan, nilai-nilai
keindahan Isra Miraj terletak pada sikap dan tindakan umat Islam dalam membangun
nilai-nilai kesatuan Bangsa Indonesia.

4. Tabarrukan (berharap barokah) merupakan proses untuk mencari berkah, baik dengan
perantara personal maupun tabaruk dengan amal. Hal ini banyak dikuatkan oleh dalil-
dalil naqli. Jelasakan Satu hikayat berkenaan dengan “tabarukan” baik yang dilakukan
oleh nabi Muhammad SAW atau para sahabat nabi!
JAWAB :
Tabarukan (mengharap berkah) adalah proses mencari berkah baik melalui perantara
pribadi maupun tabulk dengan amal. Hal ini sangat diperkuat dengan pernyataan naqli.
Ceritakan sebuah kisah tentang "Tabalkan" yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
atau sesama Nabi!
Sahabat Nabi yang mulia dari Saraf Sale, bernubuat dengan menyentuh tubuh Nabi,
mencium tangannya, meminum sisa minuman, mengambil sisa air cucian, dan
memetiknya. dari orang lain. Rambutnya meminta Nabi untuk memberkati bayi mereka
dan orang lain. Imam al-Muslim adalah bab dari buku "Shohi al-Muslims, Vo lume 1,
halaman 164, Fukum Bauri at Tifra al Rodi", atau Volume 6, halaman 176, Istihab Tanik
Al. -Bab Cetakan dengan jelas menjelaskan tindakan Sarah Saleh . Saya menerima
berkah Nabi untuk anak-anaknya.
5. Setelah selesai solat jum’at, imam solat bersama makmum bersama-sama membaca
surat al-ikhlas, al falaq dan annas. Jelaskan fadilah pembacaan ketiga surat tersebut?
JAWAB :
Membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tujuh kali
setelah shalat Jumat memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, yaitu bisa menjadi
sebab turunnya ampunan Allah SWT. Bahkan selain ampunan, Allah juga memberikan
pahala besar bagi orang yang melakukannya. Dari sini lah kemudian kesunahan atau
ajuran membaca surat-surat tersebut setelah shalat Jumat dapat dimengerti. Lebih
lanjut Sulaiman al-Bujairimi juga mengutip hadits lain yang diriwayatkan Ibnus Sunni
dari hadits riwayat Aisyah RA.
6. "Ngupati" merupakan tradisi selamatan yang dilaksanaka ketika usia kehamilan
menginjak empat bulan. Dalam Islam, apa yang menjadi dasar pelaksanaan tradisi
tersebut?.
JAWAB :
Pelaksanaan tradisi Ngapati merupakan praktek yang berlandaskan hadis Nabi SAW
yang kemudian mengalami transmisi seiring dengan berkembangnya zaman. "Ngupati"
adalah tradisi selamatan yang berlangsung saat usia kehamilan empat bulan. Apa dasar
pelaksanaan tradisi dalam Islam? Dalam Islam, menjelang bulan ke-4 kehamilan, bayi
dalam kandungan sudah memiliki bagian tubuh manusia yang utuh, sebagaimana
ditegaskan Imam Muslim dalam hadits riwayat (HR).
Sesungguhnya kamu masing-masing akan dikumpulkan dalam rahim ibumu selama 40
hari (dalam bentuk sperma), dalam 40 hari ia juga akan menjadi segumpal darah, dan
dalam 40 hari ia akan menjadi segumpal daging. Kemudian seorang malaikat dikirim
untuk menanamkan semangat dan diperintahkan untuk menulis empati. Mata
pencahariannya, kematiannya, perbuatannya, dan apakah dia orang yang tidak
beruntung atau orang yang beruntung.” (Muslim bin Hajaji an Naisaburi, Sahih Muslim)
Dari hadits ini dapat kita simpulkan bahwa dibutuhkan waktu 3 x 40 hari, total 120 hari
atau 4 bulan, agar janin terbentuk sempurna di dalam kandungan, saya bisa
melakukannya. Kandungan aslinya masih berupa air mani dan diproses dalam 40 hari
pertama. 40 hari berikutnya akan menjadi gumpalan darah, dan 40 hari berikutnya akan
menjadi massa daging yang berisi bagian-bagian tubuh.
Berdasarkan hadits ini, pasangan yang mengharapkan bayi mengikuti tradisi merayakan
bulan ke-4 kehamilan mereka dengan dukungan keluarga besar. Acara selamatan ini
biasanya berupa pembacaan bersama keluarga dan melibatkan teman dan kerabat yang
membantu berdoa.

Anda mungkin juga menyukai