1. Pergi dan duduknya ke majelis ilmu wajib ikhlas hanya karena Allah Ta'ala,
tanpa adanya riya' dan tujuan lainnya.
Dalam kitab hadist yang masyhur salah satunya adalah karya Imam An-
Nawawi Rahimahullah, Arba’in Nawawiyyah pada bab niat dijelaskan bahwa setiap
amalan benar-benar tergantung pada niat, dan amal akan dibalas berdasarkan apa
yang kita niatkan.
Maka seorang penuntut ilmu perlu memperhatikan sejauh mana ia mengawal
niat karena Allah SWT dari awal hingga akhir belajarnya. Karena tidak dipungkiri
setiap penuntut ilmu pasti terselip niat-niat yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Apalagi seorang awam yang baru atau belum lama dalam berjuang
menuntut ilmu, perlu untuk mengantisipasi akan hal ini.
“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk.” (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714).
Apapun aktifitas kita ketika dilakukan didalam masjid maka sebaiknya melaksanakan
sholat 2 rakaat terlebih dahulu, karena ada perintah dari Nabi SAW. Melakukannya
adalah suatu kebaikan yang akan dibalas oleh Allah SWT. Bisa jadi dengan begitu
Rahmat dan ridho Allah turun kepada kita dalam proses menuntut ilmu.
Bersambung…
Dalam menuntut ilmu kita juga harus memperhatikan jamaah, terutama bagi
penyelenggara majelis ilmu hendaknya memperhatikan kondisi jamaahnya. Jika
bercampur antara laki-laki dan Perempuan maka wajib adanya penghalang atau
pembatas disediakan untuk menghindari berbagai fitnah. Dengan adanya pembatas
tersebut akan membuat jamaah merasa aman, nyaman, tenang serta fokus dalam
menuntut ilmu.
6. Tidak menyuruh kepada orang lain untuk berdiri, pindah atau menggeser
dari tempat duduknya.
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak boleh seseorang menyuruh
orang lain untuk berdiri dari tempat duduknya lalu ia duduk di situ, akan tetapi
longgarkanlah dan luaskanlah”. [HR Muslim juz 4, hal. 1714 no 28]
Telah datang larangan dari Nabi SAW tentang hal ini, maka setiap dari penuntut ilmu
wajib memperhatikannya. Karena hal ini juga termasuk kedalam etika atau adab
dalam menuntut ilmu. Bahkan Allah SWT memerintahkan untuk berlapang-lapang
dalam majelis dan Ikhlas menerima jika seorang penuntut ilmu tersebut menempati
tempat yang tersisa. Allah SWT berfirman:
ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْي َل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْف َس ُحْو ا َي ْف َس ُهّٰللا َلُك ْۚم
ِح
َو ِاَذ ا ِقْي َل اْنُشُز ْو ا َفاْنُشُز ْو ا َي ْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْي َن ُاْو ُتوا اْل ِع ْل َم
َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َت ْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. [QS. Al-Mujaadalah : 11].
7. Tidak meletakkan tangan kiri ke arah belakang, karena itu adalah perilaku
kaum yang dimurkai (HR. Abu Dawud no. 4848).
‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR
Abu Dawud, hasan).
8. Hendaknya segera mendekat kepada ustadz saat dia akan memulai kajian.
Dari Abu Waqid Al-Laitsiy, ia berkata, "Pada suatu waktu Rasulullah SAW sedang
duduk di masjid bersama orang banyak, kemudian datang tiga orang. Yang dua
orang langsung maju menghadap Rasulullah SAW, sedangkan yang seorang lagi
berpaling lalu pergi. Perawi berkata : Lalu dua orang tersebut berhenti pada majlis
Rasulullah SAW. Adapun salah satu diantaranya melihat tempat yang masih longgar
di dalam majlis tersebut, kemudian ia duduk padanya. Dan yang satunya lagi duduk
di belakang mereka. Sedangkan orang yang ketiga langsung berpaling lalu pergi.
Setelah selesai, kemudian Rasulullah SAW bersabda : "Maukah aku beritahukan
kepada kalian perihal tiga orang tersebut ? Adapun yang satu orang, ia mencari
keridlaan Allah, maka Allah-pun ridla kepadanya. Yang satunya lagi, ia malu kepada
Allah, maka Allah Ta’aalaa-pun malu kepadanya. Sedangkan yang satunya lagi, ia
berpaling, maka Allah-pun berpaling pula darinya. [HR. Bukhari juz 1, hal. 24].
Hadist tersebut memiliki banyak makna diantaranya ketika seorang guru sudah ada
dihadapannya ada beberapa tipe penuntut ilmu, ada diantaranya yang langsung
datang mendekat kepada sang guru, ada yang malu-malu, ada pula yang duduk di
paling belakang bahkan ada pula yang berpaling dari majelis. Semua hal tersebut
memiliki balasan masing-masing.
Namun satu yang pasti, bagi para penuntut ilmu yang memperhatikan hal ini adalah
penuntut ilmu yang memiliki kesungguhan belajar yang tinggi. Maka, ketika guru
sudah datang ia langsung bersiap untuk menyimak apa yang disampaikan.
Sumber :
https://rumaysho.com/2482-duduk-bersandar-yang-dimurkai.html
https://muslim.or.id/22750-fatwa-ulama-batasan-dalam-menyerupai-orang-kafir.html
https://muslim.or.id/18829-shalat-tahiyatul-masjid.html
Brosur MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN (MTA) PUSAT Ahad, 20 Maret 2022/17
Sya’baan 1443 Brosur No.: 2072/2112/IA ADABUL MAJLIS DAN THALABUL ‘ILMI